Kerja keras dan ketekunan mereka di ladang telah membuahkan kemandirian ekonomi yang kokoh.
Pada pertemuan sore itu, Ma Enah tampak sedang asyik mengupas kacang arit, sejenis kacang roay yang memiliki bentuk unik menyerupai arit atau sabit kecil.Â
Dengan raut wajah bahagia, Ma Enah menuturkan bahwa setelah tiga bulan masa tanam, kacang aritnya kini siap dipanen.Â
Keistimewaan kacang arit ini, lanjut Ma Enah, adalah kemampuannya untuk dipanen lebih dari satu kali, bahkan hingga tiga kali dalam satu musim tanam.
Dari hasil panen kacang arit ini, Ma Enah mampu mengumpulkan hasil yang cukup signifikan, berkisar antara 15 hingga 20 kilogram.Â
Kacang arit hasil kebunnya kemudian dijual kepada bandar dengan harga yang cukup menguntungkan, yaitu sepuluh ribu rupiah per kilogram.
Kacang arit goreng renyah atau sayur kacang arit yang gurih seringkali menjadi menu santapan keluarga, anak-anak, serta sanak saudara lainnya.Â
Inilah salah satu cara Ma Enah memaksimalkan potensi hasil kebunnya.
Lebih lanjut, Ma Enah dengan semangat menceritakan bagaimana ia melihat potensi kacang arit sebagai sumber kemandirian ekonomi keluarga.Â
Baginya, menanam kacang arit bukan hanya sekadar mengisi lahan kosong atau menunggu musim tanam komoditas lain.Â