Tanggal 1 Mei, yang diperingati sebagai Hari Buruh Internasional, adalah momen krusial yang terukir dalam kalender global dan nasional.Â
Bagi pekerja di seluruh dunia, termasuk Indonesia, hari ini bukan sekadar penanda libur, melainkan waktu yang didedikasikan untuk mengenang kembali sejarah panjang perjuangan kelas pekerja, merefleksikan kondisi kerja saat ini, dan yang terpenting, merumuskan visi untuk masa depan yang lebih baik.Â
Hari Buruh adalah jeda tahunan yang penuh makna, sebuah kesempatan untuk mengukur langkah dan memandang ke depan.
Dalam konteks Indonesia, Hari Buruh bukan hanya perayaan atau sekadar tuntutan. Ia telah bertransformasi menjadi sebuah "visi tahunan" sebuah praktik kolektif yang berulang setiap tahun.
Di mana berbagai elemen masyarakat, khususnya buruh dan pemangku kepentingan terkait, berhenti sejenak dari rutinitas untuk meninjau, merancang, dan memperbarui mimpi serta target pembangunan yang berpihak pada pekerja.Â
Ini adalah momen untuk mengkalibrasi kembali kompas perjuangan dan arah kebijakan ketenagakerjaan.
Menengok ke belakang, perjuangan buruh di Indonesia telah menorehkan sejarah panjang yang penuh tantangan. Dari era kolonial hingga masa kemerdekaan dan reformasi, buruh senantiasa menyuarakan hak-hak mereka yang kerap terabaikan.Â
Lahirnya berbagai undang-undang ketenagakerjaan, penetapan upah minimum, dan pengakuan hak berserikat adalah buah dari perjuangan heroik para pendahulu. Hari Buruh tiap tahun menjadi pengingat jasa mereka.
Namun, visi tahunan ini tak berhenti pada kilas balik sejarah. Ia memaksa kita untuk melihat realitas masa kini yang kompleks. Pekerja Indonesia saat ini masih dihadapkan pada berbagai tantangan laten, upah yang dirasa belum sepenuhnya layak di tengah kenaikan biaya hidup.
Lalu, maraknya isu keamanan dan kesehatan kerja yang diabaikan, ketidakpastian jaminan sosial bagi sebagian besar angkatan kerja, serta persoalan pekerja kontrak dan alih daya yang menimbulkan kerentanan.
Di sisi lain, dinamika dunia kerja juga menghadirkan tantangan dan peluang baru. Revolusi digital dan otomatisasi mengubah lanskap pekerjaan, menuntut pekerja untuk terus meningkatkan keterampilan.Â