Mohon tunggu...
Jujun Junaedi
Jujun Junaedi Mohon Tunggu... Penulis dan Pendidik dari Bandung 31324

Pendidik dan pemerhati lingkungan. Aktif mengedukasi di sekolah berwawasan lingkungan di Kota Bandung sejak 1997

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cahaya Ramadan Masih Terpancar di Masjid Agung Cicalengka Bandung

12 April 2025   06:14 Diperbarui: 12 April 2025   06:14 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Agung Cicalengka, Kab Bandung, Jawa Barat. | Image by ig. infocicalengka

Ramadan, bulan suci yang penuh berkah, telah meninggalkan kita dua pekan yang lalu. Namun, gelora kebaikan yang membara di dalamnya seakan tak lekang oleh waktu, membekas dalam ingatan dan amalan setiap insan beriman. 

Bagi mereka yang bertakwa, semangat berbagi dan berbuat baik yang membuncah di Ramadan seharusnya tidak padam seiring berlalunya bulan suci, melainkan terus menyala dan mewarnai setiap detik kehidupan di bulan-bulan selanjutnya.

Benarlah adanya, bahwa jejak-jejak kebaikan Ramadan masih terasa begitu kental di bulan Syawal yang mulia ini. Pengalaman pribadi usai menunaikan ibadah salat Jumat pada tanggal 11 April 2025 menjadi saksi bisu akan hal tersebut. 

Langkah kaki ini bersama beberapa jamaah lainnya terhenti sejenak di dekat seorang bapak yang diperkirakan berusia enam puluh tahunan. 

Beliau tampak sibuk melayani para pembeli, seorang penjual kopi asongan yang setia menjajakan dagangannya di pelataran Masjid Agung Cicalengka, Kabupaten Bandung.

Ada sebuah pemandangan luar biasa yang menyentuh hati pada hari Jumat yang penuh berkah itu. Bapak penjual kopi tersebut dengan tulus hati memberikan diskon khusus bagi para jamaah masjid. 

Harga segelas kopi hitam, susu, atau campuran yang biasanya dibanderol empat ribu rupiah, pada hari itu hanya dihargai dua ribu rupiah saja. Bahkan, bagi mereka yang memiliki keterbatasan ekonomi, beliau tak segan-segan untuk menggratiskan segelas kopi hangat.

Rasa penasaran mendorong untuk bertanya, "Mengapa didiskon, Bapak? Bukankah nanti Bapak bisa rugi?" Jawaban beliau sungguh di luar dugaan, membuat hati ini tertegun dan merenung. Dengan senyum tulus, beliau menjawab, "Tidak akan rugi, kang. Pasti untung, karena ada Allah yang pasti akan menggantinya." 

Sebuah keyakinan yang mendalam akan janji Allah SWT, bahwa setiap kebaikan pasti akan berbalas.

Di tengah kesibukan Bapak penjual kopi melayani para pembeli dengan harga super diskonnya, terlihat pula pemandangan yang tak kalah indah. Para jamaah lainnya seolah berlomba-lomba dalam kebaikan. 

Mereka tidak hanya membayar kopi sesuai harga diskon, namun banyak di antara mereka yang memberikan lebih, ada yang membayar lima ribu rupiah atau bahkan lebih. 

Meskipun Bapak penjual kopi tetap menyebutkan harga dua ribu rupiah, para jamaah dengan ikhlas memberikan lebih sebagai bentuk apresiasi dan partisipasi dalam kebaikan.

Pemandangan bada Jumat di depan Masjid Agung Cicalengka itu menjadi sebuah oase yang menyegarkan jiwa. Di sana, terpancar dengan jelas cahaya Ramadan yang belum pudar, manifested dalam aksi saling berbagi dan berlomba-lomba dalam kebaikan. 

Semangat Ramadan seolah menemukan wadahnya kembali, tidak hanya dalam ibadah ritual, tetapi juga dalam interaksi sosial yang penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan.

Kisah sederhana dari seorang penjual kopi asongan di pelataran masjid ini adalah cerminan betapa nilai-nilai Ramadan dapat terus dihidupkan di luar bulan suci. 

Ketulusan hati dalam berbagi, keyakinan akan balasan Allah, dan semangat untuk saling membantu adalah esensi dari ajaran Ramadan yang seharusnya terus melekat dalam kehidupan seorang muslim.

Masjid Agung Cicalengka pada siang itu tidak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga panggung bagi aksi nyata kebaikan. Bapak penjual kopi dengan inisiatif sederhananya telah mengajarkan sebuah pelajaran berharga tentang bagaimana kebaikan tidak mengenal waktu dan tempat. 

Ia telah menjadi perpanjangan tangan dari keberkahan Ramadan, menyebarkan cahaya kebaikan kepada sesama.

Semoga kisah ini dapat menjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus menghidupkan nilai-nilai Ramadan dalam kehidupan sehari-hari. Jangan biarkan semangat berbagi, kepedulian terhadap sesama, dan keyakinan akan janji Allah pudar seiring berlalunya bulan suci. 

Mari jadikan setiap hari sebagai kesempatan untuk berbuat baik, sekecil apapun itu. Karena sesungguhnya, cahaya Ramadan akan terus bersinar jika kita senantiasa menjaganya dalam hati dan tindakan kita.

Kejadian di depan Masjid Agung Cicalengka pada hari itu adalah bukti nyata bahwa semangat Ramadan tidak terbatas pada bulan tertentu. Ia adalah sebuah spirit yang seharusnya terus hidup dalam setiap muslim, menggerakkan untuk selalu berbuat kebaikan dan memberikan manfaat bagi sesama. 

Cahaya Ramadan masih terlihat, tidak hanya di masjid-masjid, tetapi juga dalam setiap hati yang ikhlas berbagi dan setiap tangan yang ringan membantu.

Mari kita jadikan bulan Syawal ini sebagai momentum untuk semakin memperkuat ikatan persaudaraan, meningkatkan kepedulian sosial, dan terus menebarkan kebaikan di lingkungan sekitar kita. 

Belajar dari ketulusan Bapak penjual kopi, bahwa rezeki tidak akan berkurang dengan berbagi, justru Allah akan melipatgandakannya.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita kekuatan dan keistiqamahan untuk terus menghidupkan nilai-nilai Ramadan dalam setiap aspek kehidupan kita. 

Cahaya Ramadan akan terus terlihat jika kita semua memiliki komitmen yang sama untuk menjadi agen-agen kebaikan di muka bumi ini. 

Masjid Agung Cicalengka pada hari itu telah menjadi saksi bisu, bahwa semangat Ramadan masih bergelora dan akan terus menyala dalam hati setiap insan yang beriman.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun