WKB menggunakan strategi pemasaran berbasis konsep modern dan kebersihan. Selain itu, franchisee didukung dalam mendaftarkan outlet mereka di layanan pesan antar online untuk memperluas jangkauan pasar, terutama di era digital saat ini.
Analisis Aspek Finansial
Untuk membuka franchise WKB, dibutuhkan modal sekitar Rp 160--200 juta, khusus untuk wilayah Jabodetabek, belum termasuk biaya sewa tempat. Namun, biaya ini sudah mencakup renovasi dan seluruh perlengkapan operasional. Dengan investasi tersebut, pengembalian modal diperkirakan 1--2 tahun, atau bahkan lebih cepat jika lokasi sangat strategis. Namun, penting dicatat bahwa estimasi ini sangat bergantung pada pemilihan lokasi, yang menjadi faktor utama kesuksesan bisnis.
Meskipun tidak tersedia data margin keuntungan secara spesifik, WKB memiliki peluang profitabilitas tinggi berkat model bisnis yang sudah teruji, pasar yang stabil, dan keunggulan berupa bebas royalty fee yang meningkatkan keuntungan bersih bagi pemilik franchise.
Analisis Aspek Manajemen dan Organisasi
Sebagai franchise besar, WKB memiliki struktur organisasi jelas dari pusat hingga outlet. Pemilik franchise berperan sebagai pengelola outlet, dibantu oleh beberapa karyawan yang disesuaikan dengan kebutuhan operasional harian. Untuk memastikan SDM dikelola secara baik, sesuai standar layanan, dan mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan. WKB juga menyediakan pendampingan secara berkala bagi franchisee.
Dalam sistem pengawasan WKB memanfaatkan sistem pengawasan dengan pemasangan CCTV, yang memudahkan pemilik usaha memantau aktivitas di outlet secara real-time demi menjaga kualitas layanan.
Analisis Aspek Sosial dan Ekonomi
Dengan menyediakan makanan terjangkau, terutama untuk kelas menengah ke bawah, WKB berperan penting dalam mendukung perekonomian lokal. Selain itu, jaringan outletnya yang besar turut menciptakan lapangan kerja baru dan memberdayakan pengusaha lokal. WKB berhasil mengubah persepsi masyarakat terhadap warteg, dari yang sebelumnya identik dengan kesan kumuh menjadi lebih bersih, nyaman, dan modern. Transformasi ini tidak hanya meningkatkan citra warteg di mata publik, tetapi juga membuka peluang baru bagi pelaku usaha untuk naik kelas dalam ekosistem bisnis kuliner.
Kemampuan adaptasi WKB terbukti saat pandemi COVID-19, di mana banyak warteg tradisional tutup sementara WKB tetap bertahan berkat integrasi dengan platform pesan antar online, yang mempermudah konsumen tetap mengakses produk mereka tanpa datang langsung ke outlet.
Analisis Aspek Lingkungan