Atas diusungnya Gibran Rakabuming sebagai calon walikota Solo ternyata membuat pendukung Achmad Purnomo kecewa.
Hal itu pun dikatakan Purnomo,"Perasaan kecewa, kok begini, itu kan lumrah. Karena mesti pikirannya, itu kaderisasi dari awal kok malah tidak diterima, kata Purnomo kepada Tempo, 18/7/2020.
Dengan rasa kecewa itu dapat berdampak buruk tentunya terhadap dukungan ke Gibran. Ya, itu bisa saja terjadi.
Awalnya, Gibran tidak diketahui akan ikut kontestasi politik di Solo tetapi di tengah jalan Gibran memutuskan ikut. Hal itu juga menyebabkan sosok Purnomo mendapatkan saingan berat putra Presiden Jokowi yaitu Gibran.
Pendukung Purnomo yang sedari awal sudah mendukungnya pasti akan terkejut dan kecewa ketika orang yang didukung gagal ikut pilwalkot Solo.
Dampaknya bisa jadi dukungan ke Gibran. Sangat mungkin para pendukung Purnomo tidak ikut dalam memenangkan Gibran karena terlanjur kecewa.
Itu sah-sah saja dalam politik. Seperti penulis katakan bahwa politik itu tidak dapat diterka. Selalu ada kejutan yang kita tak bisa memprediksi.
Politik itu juga kadang menyakitkan dan kadang menyenangkan. Menyakitkannya ketika kita disalip oleh teman sendiri menuju panggung politik maupun menuju kursi kepemimpinan.
Menyenangkannya adalah ketika kita memang dalam sebuah kontestasi karena kekuatan kader partai yang setia mendukung kita sampai habis-habisan.
Hal itulah yang sering terjadi di perpolitikan Indonesia dan di perpolitikan negara lain. Mau bagaimana lagi, itulah politik yang tidak bisa diubah.
Demi sebuah persaingan dan cita-cita, siapapun akan dilawan setelah itu jadi kawan lagi. Sebab itulah, penulis berpandangan kekecewaan dari pendukung Purnomo sah-sah saja. Cuma, pertanyaannya, apakah DPP PDIP, DPD, maupun DPC PDIP bisa menenangkan pendukung Purnomo yang sudah kecewa dan ikut membantu Gibran menuju walikota Solo?.
Itu adalah tantangan menarik dari PDIP. Andai kekecewaan itu makin kuat, berarti Gibran harus berjuang habis-habisan dengan tim sukses seadanya saja untuk memenangi pilwalkot Solo 2020 ini.
Semoga saja dia mampu untuk itu, dengan pengalaman yang dia miliki, popularitas dia sebagai anak asli Solo dan ayahnya yang punya reputasi baik juga di Solo.
Perjuangan Gibran harus kita tunggu. Andai dia melawan kotak kosong, tetap saja dia harus berjuang karena pernah terjadi di Makassar dimana kotak kosong yang menang.Â
Andai ada pasangan lain sebagai lawan politik Gibran, maka dirinya juga harus habis-habisan juga  untuk memenangi kontestasi politik tersebut.