Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

PSBB Jakarta: Berbuntut Flash Sale IHSG dan Isu Pemerintah yang Tak Selaras

10 September 2020   22:46 Diperbarui: 11 September 2020   13:17 1136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kompas.com/Garry Andrew Lotulung

PSBB Jakarta dan Anjloknya IHSG

Tidak hanya Online Shoping yang mengenal istilah 'flash sale', bursa saham pun hari ini menawarkan 'flash sale' besar-besaran. Jika beruntung, para investor saham bisa dapat saham bagus dengan harga super diskon. 

Namun jika terus menerus didiskon dalam beberapa hari ke depan, siapa yang yakin akan tetap bertahan tanpa menarik dana investasinya? Bisa-bisa para investor justru akan angkat kaki dan segera meninggalkan pasar modal.

Tak tanggung-tanggung, hari ini (10/09/2020) Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup dengan minus 5,01%. Jika mengacu pada penutupan perdagangan sebelumnya, IHSG terkoreksi 257,915 poin hingga ditutup pada level 4.891,461.

Sejak awal Agustus 2020, IHSG sesungguhnya mulai merangkak naik setelah terus terus anjlok di awal-awal terjadinya pandemi Covid-19. IHSG sempat menyentuh titik nadir terendah pada 24 Maret 2020 pada posisi 3.937.632.

Jika berkaca pada indeks terendah ini, sebenarnya hingga rabu (10/09/2020), IHSG telah naik sejauh 1.211,744 poin atau mengalami kenaikan sekitar 30,77%.

Jatuhnya IHSG tidak terlepas dari 'flash sale' saham-saham yang tergabung dalam Indeks LQ45. Sebagai informasi, Indeks LQ45 merupakan indeks pasar saham yang terdiri dari 45 saham dengan kapitalisasi pasar tertinggi, dengan kondisi keuangan, prospek pertumbuhan, dan nilai transaksi yang tinggi pula.

Lebih parah dari IHSG, LQ45 bahkan hari ini terkoreksi hingga mencapai minus 6%. Koreksi sangat dalam ini membuat indeks LQ45 ditutup ke level 756,115 atau terkoreksi 48,235 poin dari hari sebelumnya.

Beberapa saham yang termasuk dalam indeks LQ45 periode Agustus - Oktober 2020 diantaranya adalah Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Bank Central Asia (BBCA), Aneka Tambang (ANTM), Adaro Energy (ADRO), Telekomunikasi Indonesia (TLKM), dan Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP)

Mari kita lihat pergerakan 6 saham LQ45 ini lebih lanjut.

BBRI dan BBCA

Saham BBRI dan BBCA merupakan dua saham yang mewakili sektor perbankan (Finance). Bisa dibilang, kedua saham ini adalah penggerak utama IHSG. Menariknya, kedua saham ini mewakili saham perbankan milik pemerintah dan swasta.

BBRI hari ini ditutup terkoreksi minus 6,74% di harga Rp3.180 per lembar saham. Investor asing terlihat berbondong-bondong menjual saham BBRI dengan volume penjualan sebanyak 1.025.779.

Tak jauh berbeda dengan BBRI, BBCA hari ini terkoreksi minus 6,97% dan ditutup pada harga Rp29.050 per lembar saham. Asing juga terlihat melepas saham BBCA dalam jumlah besar, mencapai sell net volume 226,840.

Anjloknya kedua saham perbankan dengan kapitalisasi pasar terbesar ini bisa dibilang menjadi penggerak sehingga IHSG terseret minus 5% hari ini.

ANTM dan ADRO

ANTM merupakan perusahaan plat merah yang bergerak di sektor pertambangan emas. Sedangkan, ADRO bergerak di sektor pertambangan batubara.

Tak berbeda dari dua saham sektor perbankan yang dilihat sebelumnya, ANTM dan ADRO juga mengalami koreksi sangat dalam hari ini masing-masing -6,92% dan -6,67%. Keduanya ditutup pada harga masing-masing Rp740 dan Rp 1.120.

Hingga minggu lalu, ANTM dan ADRO sebenarnya telah menunjukkan tren positif sejak April 2020, meskipun dengan tingkat fluktuasi yang berbeda. Keduanya sempat anjlok hingga lebih 100% pada bulan April lalu jika mengacu dari harga pada awal tahun 2020.

Melambungnya harga emas akhir-akhir ini turut membawa harga saham ANTM terus mengalami kenaikan. Sampai akhirnya hari ini kembali anjlok hampir 7%.

Indeks saham-saham sektor pertambangan hari ini terkoreksi minus 4,74%. Tak hanya ANTM dan ADRO, perusahaan pertambangan lainnya seperti Indo Tambang Raya Megah, PT Bukit Asam dan Timah Tbk juga terkoreksi hampir 7%.

TLKM dan ICBP

Bagaimana saham-saham dari sektor jasa telekomunikasi dan konsumsi? Meski turut mengalami koreksi, saham TLKM dan ICBP ternyata tidak jatuh sedalam saham-saham sektor perbankan dan pertambangan.

TLKM hari ini mengalami koresksi minus 3,57% dan ditutup pada harga Rp2.700. Berbeda dari saham-saham sektor lainnya, investor asing justru terlihat melakukan akumulasi pada perdagangan hari ini. Tercatat, asing melakukan buy net volume sebesar 52.478.

Sementara ICBP cukup mampu bertahan dengan koreksi tidak lebih dari minus 3%. ICBP hari ini ditutup pada harga Rp9.975, terkoreksi 300 poin pada penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada umumnya, hampir semua emiten saham yang terdaftar di BEI mengalami penurunan harga pada perdagangan hari ini. Salah satu isu yang menjadi katalisatornya adalah kebijakan Gubernur DKI Jakarta yang tiba-tiba merencanakan pemberlakuan kembali PSBB mulai pekan depan.

Secara langsung, saya pun turut merasakan dampak wacana pemberlakuan kembali PSBB Jakarta ini meski bukan warga Jakarta. Hari ini saya mengalami kerugian jutaan rupiah seiring dengan anjloknya saham BBRI dan ANTM yang saya pegang selama ini.

PSBB Jakarta dan Isu Pemerintah yang Tak Selaras

Kebijakan penerapan PSBB memang akan sangat berdampak pada harga saham-saham yang diperdagangkan di BEI. Hal ini juga terjadi pada saat penerapan PSBB di awal-awal terjadinya pandemi di Indonesia.

Setelah hampir 6 bulan ini, penularan virus corona di Indonesia bisa dibilang masih belum terkendali dengan baik. Malahan, memasuki bulan september ini, kasus baru per hari yang terjadi terus mengalami lonjakan yang mengkuatirkan.

Dari data Worldometers, penambahan jumlah terkonfirmasi positif Covid-19 di Indonesia kembali mencatat rekor tertinggi yaitu 3.861 kasus baru. Hingga hari ini, total jumlah positif Covid-19 telah mencapai 207.203 kasus dengan tingkat kematian pasien Covid-19 melebihi 4% secara nasional.

DKI Jakarta, dalam 4 hari berturut-turut ini juga terus menambah jumlah baru terkonfirmasi selalu di atas 1000 kasus. Hari ini terjadi penambahan sebanyak 1004 kasus baru, sehingga total kasus positif Covid-19 di Ibukota kini mencapai 49.397. Angka ini setara 23,8% dari jumlah terkonfirmasi nasional dan merupakan angka tertinggi se Indonesia.

Penambahan yang terus terjadi dan sepertinya makin sulit dikendalikan, membuat Pemprov DKI Jakarta melakukan tarik rem dengan kembali menerapkan PSBB. Dalam kondisi ini, kesehatan masyarakat menjadi perhatian utama bagi Gubernur Anies Baswedan.

Meski dalam pernyataannya tertulisnya, Gubernur DKI Jakarta bukan sedang mengabaikan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), namun tetap saja anjloknya IHSG hari ini menjadi cerminan bahwa keputusan tersebut memunculkan sentimen negatif bagi perekonomian dalam negeri.

Ditambah lagi makin hangat berita soal Indonesia dicekal oleh sejumlah negara dan ancaman resesi ekonomi yang makin di depan mata, turut membuat kekuatiran makin memuncak terutama bagi investor di pasar modal.

Sejatinya, baik pengendalian Covid-19 dan PEN harus berjalan seiring. Perbaikan salah satunya tetapi terjadi perburukan pada sektor lainnya akan membuat situasi negara terus mengkuatirkan.

Terlepas dari kebijakan mengejutkan yang diambil Gubernur DKI Jakarta, pada dasarnya memprioritaskan kesehatan masyarakat tanggung jawab utama bagi pemerintah. Namun tentu saja kita tidak berharap ini hanya sekedar tindakan gegabah tanpa persiapan yang baik bagaimana tetap menjaga roda perekonomian.

Termasuk kesan yang banyak ditangkap oleh masyarakat soal ketidakselarasan antara Pemprov DKI dengan Pemerintah Pusat. Seharusnya hal ini tidak perlu terjadi, karena akan membuat timbulnya ketidakpercayaan masyarakat terhadap kinerja Pemerintah, baik Pusat maupun Pemerintah Daerah.

Seyogyanya, keputusan seperti ini dimatangkan dengan duduk bersama sehingga tidak terkesan seperti ajang show off kebijakan mana yang paling benar, antara Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat.

Semoga kesan tak selaras ini tidak kembali akan dipertontonkan oleh sejumlah pemimpin daerah lainnya. Pada dasarnya masyarakat akan tetap mendukung segala keputusan Kepala Daerah jika telah dikaji dampak baik buruknya dan bukan menjadi sekedar ajang siapa yang berkuasa.

Kembali ke soal anjloknya IHSG hari ini, apakah saham-saham dari sektor jasa telekomunikasi dan konsumsi bisa dibilang cukup aman saat ini? Bisa saja.

Bagaimana pun, di masa pandemi saat ini, telekomunikasi digital terus mengalami peningkatan kebutuhan. Demikian pula produk-produk industri makanan, rasanya tidak akan pernah ditinggalkan masyarkat.

Namun tentu saja ini akan sangat bergantung pada prilaku investor pasar modal. Jika tingkat kekuatiran akan pandemi bisa mengalahkan kinerja positif perusahaan emiten saham, bukan tidak mungkin IHSG akan terus menawarkan 'flash sale' hingga situasi pandemi benar-benar diyakini telah terkendali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun