"Ya sudah, apapun alasannya, kamu sudah melanggar kesepakatan kelas. Jadi, kamu harus menjalani hukuman," ucap Bu Guru dengan tegas. Di kelas Izul memang ada kesepakatan kelas, kalau tidak berseragam sesuai harinya, maka dihukum membersihkan toilet.
"Tapi jangan membersihkan toilet ya, Bu."
Mendengar permintaan Izul, teman-teman sekelasnya jadi ramai. Mereka memaksa Bu Guru dan Izul untuk tetap bertanggungjawab sesuai kesepakatan kelas.
"Bu Guru nggak akan memberi toleransi, Zul. Semua siswa harus tahu resiko kalau tidak tertib di kelas."
**
Sore harinya, Izul menunggu jemputan. Dia tidak bisa bercanda dengan teman-temannya. Dia menahan malu di sekolah seharian. Rasanya benar-benar membuatnya minder.
"Sudah menunggu lama, Zul?"
Izul mendongakkan kepala. Rupanya Ibu sudah menjemputnya. Senyum manis Ibu membuatnya sedikit nyaman. Dia merasa kalau ibunya sangat menyayanginya, meski dia melakukan kesalahan.
"Yuk, naik. Keburu hujan!"
Izul segera membonceng motor. Ibu melajukan motor dengan pelan. Dalam hatinya, dia bersyukur karena Ibu selalu memaafkan kesalahannya. Dia berjanji pada dirinya sendiri kalau akan selalu patuh pada nasihat Ibu. Dia tidak akan begadang lagi. Dia akan rajin menjaga kebersihan diri, pakaian, kamar dan barang-barang miliknya. Biar pengalaman buruk hari ini tidak akan terulang lagi.
"Cukup sudah aku malu karena ulahku," ucapnya lirih.