"Kalau begitu, kita tanya ke anggota yang lain," ujar Bu Kakatua. "Kami setuju, Bu Kakatua. Pasti kita kerjakan tumpeng itu penuh semangat!" ucap Moni. Anggota lain seperti Tupi, Kupu-kupu dan Kero pun mengangguk.
"Saya urun beras merahnya, ya," ucap Bu Kakatua. "Saya urun beras putih, kebetulan nenek saya baru panen," ucap Kero, yang ternyata mewakili neneknya yang sudah terlalu sepuh untuk ikut lomba.
"Sayurannya biar kami yang membawa!" ucap Tupi, mewakili Kupu-kupu dan Moni yang sedari tadi berpikir untuk ikut membantu sayuran untuk lomba pembuatan tumpeng. Di sekitar rumah mereka memang banyak sayuran hijau. Sayuran itu tumbuh liar namun dirawat terus, hingga selalu subur dan bagus sayurannya.
"Aku bawa wortel sama daun seledri, ya!" ucap Cici. Semua anggota tersenyum, bahan sudah siap.
**
Tanggal enam belas Agustus, Cici dan teman-temannya ke rumah Bu Kakatua lagi. Mereka akan memasak dan membuat tumpeng secara bersama-sama.
Mereka meracik aneka bumbu dan sayuran yang akan dimasak. Ayam hutan untuk ingkung pun sudah dimasak. Aroma bau bumbu masakan tercium.
Semua sayuran yang selesai diracik, akhirnya dikukus. Rencananya sayuran itu akan dibuat sayur gudangan atau sayuran rebus dengan bumbu sambal parutan kelapa muda. Warga Hutan Merdeka menyebutnya sambel ungkus.
"Biar masakannya nggak kebanyakan minyak goreng. Lebih sehat," begitu terang Bu Kakatua. Beliau memang pintar memasak. Memasaknya pun tidak sembarangan. Harus masakan yang sehat.
Sementara untuk ingkung sudah dibumbui dan direbus. Pembuatannya agak lama karena memasaknya berupa ayam utuh.
Sedangkan untuk memasak nasi merah dan nasi putih, dilakukan oleh Tupi, Kupu-kupu, Kero, dan Cici. Mereka memasaknya tetap dipantau Bu Kakatua, agar nasinya tidak terlalu lembek atau terlalu keras.