"Too..toloooooong!" teriak Tito. Namun tak ada yang mendengar suaranya.Â
Semakin lama, tenaganya semakin berkurang. Tubuhnya semakin lemah. Untuk berteriak, dia sudah tidak kuat lagi. Dia hanya bisa menangis dan menyesali dirinya yang tidak bisa berenang. Dia merasa kalau tidak mungkin selamat dari banjir bah seperti itu.
Saat pasrah dengan keadaan, tiba-tiba punggungnya terasa disentuh oleh seseorang.
"Tito...Titooo...bangun! Kamu itu kalau tidur jangan sore begini!"
Tito mengerjap-ngerjapkan matanya. Suara penolongnya sangat dikenalnya. Ya, itu suara Ibu.
"Ibuuuu! Huhuuuuhuuu."
Tito memeluk ibunya. Dia sangat bersyukur karena ibu telah menemukan dan menolongnya dari banjir bah.
"Terima kasih, Bu. Kalau Ibu nggak nolongin aku, pasti aku terbawa sampai laut."
Tito menangis sesenggukan. Sementara ibunya kebingungan dengan ucapan Tito.
"Hei, rupanya kamu mimpi buruk. Istighfar, To!"
Tito membuka matanya yang terasa pedih karena terlalu lama menangis. Saat melihat sekelilingnya, dia sadar kalau berada di dalam kamarnya. Akhirnya dia sadar kalau dia memang mimpi buruk. Tapi, tunggu dulu! Kalau itu benar mimpi buruk, kenapa dia merasa badannya basah semua?Â