Aku menangis, membayangkan kalau Ibu tiba-tiba tak lagi berada dalam perangkap tadi dan dibawa pergi oleh manusia jahat.
Karena terlalu lama, akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke tempat ibuku terperangkap. Kubalikkan badan dan mau kembali ke tempat Ibu berada, kudengar suara anak kecil dan bapaknya. Aku hafal betul dengan suara mereka.
Benar saja. Dari arah timur, kulihat mereka berjalan. Bapak itu membawa sabit. Sedangkan anak kecil menggendong tas seperti biasa kulihat. Dia tak lagi berseragam. Mungkin saja, setiap pulang sekolah, seragamnya dilepas dan dimasukkan ke dalam tasnya.
Hatiku bahagia saat melihat kedatangan mereka. Aku berlari dan berusaha meminta bantuan mereka. Tetapi aku kesulitan untuk mengatakan kepada mereka.
Aku hanya mengusap-usapkan kepalaku ke anak kecil dan bapaknya. Berharap kalau mereka akan memahami permintaanku.
"Lho, Rusa Kecil. Kamu kok mengusap-usapkan kepala begini?" tanya anak itu. Anak itu sepertinya merasa sedikit geli. Tapi aku tak peduli.Â
"Ada apa, Rusa Kecil?" tanya Bapak itu sambil jongkok dan memandangiku seraya mengelus kepalaku.
Aku membalas tatapan matanya dan membalikkan badan. Aku berjalan menuju tempat di mana Ibu terperangkap. Alhamdulillah anak kecil dan bapaknya itu mengikutiku.
Antara bahagia dan rasa khawatir kalau Ibu sudah diambil manusia jahat, aku berlari. Dengan terengah, aku sampai ke lubang perangkap tadi. Aku bahagia, Ibuku masih ada di sana.
Anak kecil dan bapaknya sampai di mana Ibu terperangkap. Begitu melihat Ibu di dalam lubang perangkap, Bapak itu paham akan maksudku.
"Ternyata Rusa Kecil itu meminta bantuan kita untuk menolong ibunya," ucap Bapak itu.