Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Dari Kegelapan Menuju Cahaya

19 April 2023   03:30 Diperbarui: 19 April 2023   03:44 534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: penamabda.com

Kau mengangguk. Lalu terdiam. Sampai akhirnya kau berpamitan. 

***

Aku tak percaya kalau aku akan dijodohkan dengan lelaki yang tak kukenal. Tetapi, kabar itulah yang kudengar dari ibu. Aku tidaklah dipingit seperti perempuan masa lalu, tapi mengalami nasib dijodohkan. 

Benar yang kukatakan tadi, tak ada rumus atau kamus pacaran kan? Langsung saja anak pak Sugeng mau dilamar. 

"Ibu dengar lelaki itu baik, Rana." Ucap ibu dengan suara lembut. Orang tuaku memanggilku Rana, bukan Kirana, seperti kau menyapaku. 

"Dia dari keluarga yang baik dan jelas bibit, bebet dan bobotnya," ibu melanjutkan keterangannya. Namun petuah perempuan teristimewa bagiku itu nyatanya tak menenangkan hatiku.

"Tapi, Bu. Aku belum siap menikah," jawabku. Sebuah jawaban yang menyiratkan penolakan atas rencana bapak dan ibu.

Zaman sudah begitu maju, kenapa aku harus dijodohkan? Bukankah itu sangat aneh? 

"Kau jangan beranggapan kalau perjodohan itu menyiksamu, Rana. Toh ibu sama bapakmu dulu juga dijodohkan. Bisa saling mencintai dan menjaga. Sampai kau dewasa seperti saat ini".

Ibu benar. Mereka memang sepasang suami-isteri yang dulunya dijodohkan oleh kakek-nenekku. Kudengar sendiri kisahnya dari nenek, saat aku masih kecil. Belum begitu memahami perasaan jika dua insan yang tak saling kenal bisa bertahan dalam biduk rumah tangga.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun