"Pasti teman-teman sekarang melihat Om Macan melompati lingkaran api..." batin Meri sedih.
Rasa sedih Meri tambah lagi, perutnya lapar. Dari pagi belum makan. Ibunya sudah menasehatinya untuk sarapan tetapi tak dihiraukan.Â
"Huhuuuuu..." Meri menangis sambil menahan lapar.
"Kenapa kamu masih di sini, nak? Di mana teman-temanmu?"
Tiba-tiba Meri mendengar suara ibunya. Meri terkejut. Namun hatinya bahagia sekali. Ternyata ibu menyusulnya.
"Ibu menyusulku...?" Meri bertanya kepada ibu.
Ibu mengangguk.
"Ibu mengkhawatirkanmu, nak. Tubuhmu belum begitu kuat untuk berenang."
"Terimakasih, Bu." Meri memeluk ibunya. Lalu Meri menceritakan kalau teman-temannya sudah pergi ke pertunjukan dengan naik punggung Bledug.
"Aku nggak bisa naik punggung Bledug. Punggungnya tinggi sekali. Akhirnya aku ditinggal, Bu."
"Kalau begitu, ibu antar ke pertunjukan ya, nak..."