Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ke Pertunjukan Sirkus

8 Agustus 2020   04:36 Diperbarui: 8 Agustus 2020   04:34 272
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: bobo.grid.id

"Kamu nggak boleh ke sana, nak. Untuk ke sana kamu harus menyeberangi sungai yang arusnya deras," ibu Bebek menasehati anaknya, Meri.

Meri cemberut. Bagaimanapun dia ingin sekali ke pertunjukan sirkus Om Macan. Dari cerita yang Meri dengar dari teman-temannya, Om Macan bisa melewati lingkaran api. Ya... teman-teman Meri sudah pernah menonton pertunjukan itu. Jadi sekarang Meri ingin menonton juga.

"Pertunjukannya nggak bayar kok, Bu," Meri meyakinkan ibunya untuk pergi ke pertunjukan itu.

"Iya, nak. Tapi keselamatanmu bisa terancam..."

"Tenang saja, Bu! Aku pasti bisa ke sana dengan selamat! Temannya banyak juga kok!" Ucap Meri dengan riang dan semangat.

**

Hari yang dinantikan Meri tiba juga. Hari di mana pertunjukan sirkus Om Macan dilaksanakan. 

Meri senang sekali. Pagi-pagi sebelum Subuh, dia sudah bangun. Dia mandi dan menyisir bulu tubuhnya biar rapi. Lalu dia shalat Subuh bersama ibu dan berdoa.

Setelah selesai shalat Subuh dan berdoa, Meri segera berpamitan kepada ibunya.

"Aku sudah ditunggu teman-teman, Bu. Aku berangkat dulu ya!" 

"Sarapan dulu, nak. Biar kamu kuat jalan..."

"Nggak ah, Bu. Nanti aku jajan di tempat pertunjukan saja."

"Tapi, nak..."

Meri segera keluar rumah tanpa sarapan. Dia berlari menuju pos ronda di tengah hutan. Dia janjian dengan teman-temannya di pos ronda.

Dengan terengah-engah, Meri sampai di pos ronda. Benar dugaannya, teman-temannya sudah berkumpul di sana.

"Kamu lama sekali, Meri!" Ucap Kelinci.

"Iya. Kalau saja kamu tidak segera sampai sini, kami memutuskan berangkat duluan..." ucap Tupai.

"Maafkan aku, teman-teman. Aku harus shalat bersama ibu. Jadi lama..."

**

Kini Meri, Kelinci, Tupai, Bledug sampai di pinggir sungai yang deras arusnya. Mereka berunding sejenak untuk melanjutkan perjalanan ke tempat Pertunjukan Sirkus Om Macan. 

Tempat pertunjukannya berada di seberang sungai. Untuk ke sana, Meri, Kelinci dan Tupai agak kesulitan. Mereka tidak bisa berenang. Sedang Bledug, si anak Gajah, sudah pasti bisa melalui sungai itu.

"Kalian naik ke punggungku saja, Meri, Kelinci dan Tupai," usul Bledug.

"Apa kamu yakin, Dug?" Tanya Kelinci.

"Iya. Kamu beneran yakin bisa membawa kami ke sana?" Tupai juga ikut bertanya.

"Beneran! Aku kan besar. Pasti bisa membawa kalian dengan mudah."

Satu persatu Kelinci dan Tupai meloncat ke punggung Bledug. Dengan mudah mereka berada di punggung Bledug. 

Kini giliran Meri, si anak Bebek. Meri mencoba naik ke punggung Bledug. Tetapi tak berhasil. Dua-tiga kali dia mencoba, tetap saja tidak bisa naik punggung Bledug.

"Ah...naik begitu saja nggak bisa. Payah kamu!" Ucap Tupai.

"Iya. Kalau kamu nggak bisa naik juga, kami tinggal saja..." ucap Kelinci.

"Tetapi..."

"Pertunjukannya keburu mulai, Meri..." ucap Bledug.

***

Meri duduk sendirian di tepi sungai. Dia sangat sedih. Teman-temannya meninggalkannya sendirian. Meski dia adalah anak ibu bebek yang jago berenang, tapi dia belum berani berenang di sungai yang deras. Dia pernah mencoba, tetapi dia hampir hanyut. Akhirnya dia kapok.

"Pasti teman-teman sekarang melihat Om Macan melompati lingkaran api..." batin Meri sedih.

Rasa sedih Meri tambah lagi, perutnya lapar. Dari pagi belum makan. Ibunya sudah menasehatinya untuk sarapan tetapi tak dihiraukan. 

"Huhuuuuu..." Meri menangis sambil menahan lapar.

"Kenapa kamu masih di sini, nak? Di mana teman-temanmu?"

Tiba-tiba Meri mendengar suara ibunya. Meri terkejut. Namun hatinya bahagia sekali. Ternyata ibu menyusulnya.

"Ibu menyusulku...?" Meri bertanya kepada ibu.

Ibu mengangguk.

"Ibu mengkhawatirkanmu, nak. Tubuhmu belum begitu kuat untuk berenang."

"Terimakasih, Bu." Meri memeluk ibunya. Lalu Meri menceritakan kalau teman-temannya sudah pergi ke pertunjukan dengan naik punggung Bledug.

"Aku nggak bisa naik punggung Bledug. Punggungnya tinggi sekali. Akhirnya aku ditinggal, Bu."

"Kalau begitu, ibu antar ke pertunjukan ya, nak..."

"Nggak usah, Bu. Kita pulang saja. Aku lapar..."

Ibu tersenyum. 

"Ibu bawakan makan untukmu, nak."

Ibu menyerahkan bungkusan yang berisi makanan untuk sarapan Meri. Meri menerima dengan senang.

"Waaah... terimakasih, buuu!"

Ibu mengangguk. Meri segera makan dengan lahap. 

***

"Kamu yakin, nggak menyesal karena langsung pulang? Kamu nggak nonton pertunjukan sirkus Om Macan lho!"

Meri mengangguk.

"Iya, Bu. Lain kali saja. Kalau tubuhku sudah lebih kuat saja untuk berenang..."

Meri menggandeng tangan ibu dan berjalan menuju rumahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun