Di antara berbagai pendekatan baru yang mulai diperkenalkan, metode deep learning diharapkan bisa hadir sebagai jembatan. Ia bukan sekadar tren. Tapi respon terhadap kebutuhan zaman.
Dalam konteks pendidikan yang diusung oleh Kemendikbud, deep learning menggabungkan tiga elemen penting: meaningful learning, mindful learning, dan joyful learning.
Maksudnya, proses belajar hari ini tidak lagi cukup hanya dengan menghafal. Siswa perlu benar-benar merasakan apa yang mereka pelajari, tidak sekadar menyerap, tapi juga menyelami dengan pemahaman yang mendalam. Yang tak kalah penting, belajar harus dilakukan dengan perasaan bahagia, agar setiap materi yang diterima tidak terasa sebagai beban. Karena pada akhirnya, tujuan utama pendidikan bukan hanya agar siswa pandai berteori, tapi juga mampu mempraktikkan ilmu itu dalam kehidupan nyata.
Tapi kita tahu, transformasi ini tidak mudah. Tak semua guru terbiasa dengan teknologi. Tak semua sekolah punya sarana. Dan, tak semua kepala mampu langsung beralih dari buku cetak ke kecerdasan buatan.
Guru yang Siap Tumbuh Butuh Ruang untuk Bertumbuh
Inilah saatnya kita berhenti menuntut, dan mulai menggandeng. Karena guru bukan Superman. Mereka juga manusia. Dengan keterbatasan, dengan beban administratif, dan kadang dengan gaji yang bahkan kalah dari harga gawai siswa mereka.
Menurut saya, di sinilah peran Telkom Indonesia terasa begitu pas.
Melalui program Indonesia Digital Learning (IDL) yang sudah menginjak tahun ke-13, PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk hadir bukan sekadar sebagai korporasi, tapi sebagai mitra.
Kegiatan yang diselenggarakan Telkom kali (IDL 2025) bertajuk "Guru Jabar Jago Digital," yang dikemas dalam bentuk pelatihan Digital Deep Learning & Creative Teaching dengan Pemanfaatan Teknologi dan AI.Â
Pelatihan ini sendiri diikuti oleh kurleb 100 guru dari Cirebon, Indramayu, Majalengka, dan Kuningan.