Mohon tunggu...
Harjono Honoris
Harjono Honoris Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Generasi Ke-2 Penjaga Toko Obat Cina Makassar | Aktif di Instagram Multi Prima @obatmultiprima

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Sirna Sudah Terang Dunia

18 April 2017   16:08 Diperbarui: 8 Juni 2017   12:08 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ku menuju gereja

Saat itu senja

Penuh dengan kaca berwarna

Bergambar Isa dan Salib-Nya

Pendeta mulai berkhotbah

Betapa suram jalan menuju Paskah

Anak Allah dihina

dengan tuduhan sesat, difitnah

sampai harus disalib ke Golgota

Masuk sinar sang surya

Memberi warna pada salib kaca


Merah, biru, kuning, jingga

Pendeta berkata, Isa,

dari awal Dia tahu Dia harus mati

Dia bisa menolak, tapi memilih tersiksa

Dia tidak dibunuh

Dia menyerahkan nyawa

Kuning cerah warna salib kaca

Jelas sekali salibnya

Sampai seperti ada yang tergantung disana

Semakin terbayang, Isa yang badan-Nya terluka

Semakin terbayang, Isa yang kepala-Nya berdarah

Setetes air jatuh menimpa tanganku

Kaget aku, mengira itu tetesan darah

Ternyata, itu air mata

Apakah aku menangis?

Apakah seperti murid-murid Isa yang bersedih,

Hilang harapan melihat Mesias yang mati

Ketika pesan kebangkitan masih samar-samar

Matahari mulai terbenam

Kaca berwarna cerah itu terpapar warna hitam

Salib itu semakin kelam

Pendeta berkata,

Isa menyerahkan nyawa dengan sukarela

untuk menjadi harapan bagi umat manusia

harapan itu telah nyata, dengan bangkit-Nya

Hari telah gelap gulita

Hitam sudah warna salib kaca

Sinar kaca berwarna itu telah sirna

Namun, terbit sinar baru dalam sukma

Sinar keselamatan, bagi manusia

Sinar dari Isa, dari wafat-Nya

kemudian bangkit-Nya

Sinar yang akan membawa

manusia berdosa pada Allah,

manusia berdosa tanpa hukuman,

tanpa penindasan

tanpa air mata,

ke Surga,

bagi orang percaya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun