Mohon tunggu...
Jon Hardi
Jon Hardi Mohon Tunggu... Pengacara - ADVOKAT

Alumnus Fak. Hukum Univ. Andalas Padang lulus 1990.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Masa Pensiun, Akhir Hidup atau Hidup Baru?

10 September 2021   12:07 Diperbarui: 10 September 2021   12:14 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hidup Baru Yang Indah

Sesungguhnya masa penisun itu adalah masa yang indah. Serasa menempuh hidup baru. Masa yang dinanti-nantikan. Puncak dari masa depan, sebelum masa depan yang sesungguhnya (alam akhirat). Kalau waktu sekolah dulu kita selalu berupaya mempersiapkan masa depan, maka masa pensiun adalah masa depan yang dipersiapkan itu. Masa untuk bersenang-senang. 

Masa menikmati hasil jerih payah puluhan tahun sebagai pegawai. Masa tenang, tanpa terikat jadwal, bebas dari target dan deadline. Masa terbebas dari kemarahan atasan, masa kita merasa duduk sama rendah berdiri sama tinggi dengan mantan bos. Masa tidak perlu menahan hati akibat ketidakadilan di tempat kerja, masa tidak perlu memikirkan konflik dengan rekan kerja atau pihak lain.

Yang penting adalah kesiapan mental. Bahwa usia pensiun sudah diketahui jauh-jauh hari, pada saat akan bergabung menjadi pegawai. Kedua, keyakinan bahwa rezeki sudah diatur oleh Yang Maha Kuasa. Setiap yang melata di muka bumi sudah disediakan-Nya rezeki. Rezeki sudah ditentukan sejak manusia dalam kandungan. Keyakinan ini tidak boleh goyah, sehingga batin menjadi tenang.

Beralih profesi

Masa pensiun merupakan saat yang tepat untuk menjalani profesi yang baru. Pensiun bukan berhenti bekerja tapi hanya beralih profesi. Ada yang melanjutkan usaha yang sudah mulai dirintis sejak berstatus karyawan. Bisa dengan memanfaatkan keahlian yang sudah ada, seperti mantan penegak hukum (jaksa, hakim, polisi), mantan legal korporat, menjadi advokad. 

Mantan eksekutif keuangan menjadi konsultan keuangan atau investor pada berbagai instrumen investasi yang ada. Mantan ahli kosntruksi di Perusahaan/instansi menjadi konsultan bangunan.

Profesi sebagai penulis merupakan pilihan yang baik. Tetap hadir di mana-mana tanpa harus ke mana-mana. Menulis melatih otak, perasaan dan memaksa untuk terus belajar. Menumpahkan uneg-uneg yang tertahan akibat belenggu birokrasi di tempat kerja. Menulis jadi ajang berbagi pengalaman.

Para mantan eksekutif perusahaan banyak yang selain menulis, juga mengajar pada masa pensiunnya. Seperti Pak Eet (sebut saja begitu), memilih mengajar di kampus setelah pensiun sebagai Direktur sebuah BUMN di Bandung. Berbagi ilmu dan pengalaman, membentuk karakter anak didik. Ilmu yang dibagi sebagai ladang pahala yang tidak putus meskipun jasad telah terkubur.

 Ada juga yang menjalani profesi baru di luar profesi yang telah digelutinya, misalnya menjadi pedagang atau produsen. Contoh, seorang pensiunan sebuah BUMN menjadi pengusaha sukses sebuah usaha kuliner terkemuka di Kota Bandung. Kolonel Sanders justru setelah pension dari militer mencapai sukses dengan usaha KFC yang legendaris.

Saran, sebaiknya tidak mengembail pekerjaan baru sebagai pegawai meskipun di instansi atau perusahaan yang berbeda, karena itu berarti mengulangi lagi periode sebagai pegawai. Ibarat keluar mulut harimau masuk mulut buaya. Akan tetap dalam kuadran satu yang berkategori poor dad versi Robert T. Kiyosaki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun