Mohon tunggu...
Jepe Jepe
Jepe Jepe Mohon Tunggu... Teknisi - kothak kathik gathuk

Males nulis panjang.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Menjadi Itik "Perancis" untuk Hadapi Senior di Kantor

30 Juli 2021   18:32 Diperbarui: 31 Juli 2021   12:59 834
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi hadapi senioritas di kantor dengan filosofi itik dari Perancis| Sumber: imtmphoto vis Kompas.com

"Ita... itu.. ita... itu?!! MANA?!" 

Kalimat yang dilontarkan senior saya di pertengahan tahun 90an kepada saya itu masih terngiang di telinga sampai sekarang. Adegan, ruangan, bau keringat, bercampur bau rokoknya pun masih menyengat.

Beliau, sang konsultan utama di biro teknik sipil itu panik mencari buku data ratio volume-kapasitas jalan nasional se-Indonesia yang memang maha penting dalam studi yang saat itu sedang kami kerjakan. Mata melotot-melotot ke arah saya sambil membentak.

"Lha itu Pak di dalam tas yang Bapak kempit", jawab saya menahan tawa.

Sejenak kemudian Bapak konsultan utama itu membuka dan memeriksa tasnya, dan benar saja ia menemukan buku data maha penting tersebut.

"Oh iya ini. Terima kasih!" lalu pergi melengos ke ruangannya sendiri. 

Saya hanya ngikik sambil bertanya dalam hati, "terima kasih kok ketus?"

***

Menjadi junior di sebuah kantor memang ada kalanya sulit. Di kantor saya waktu itu sebenarnya semua senior kami menyenangkan, kecuali yang tidak menyenangkan. Sayangnya Bapak konsultan utama dalam kisah singkat di atas adalah salah satunya.

Tidak sabar, semua urusan maunya cepat diselesaikan, sering lupaan, tidak ragu-ragu membentak-bentak pegawai junior seperti saya, dan tentu saja, tidak pernah minta maaf kalau terbukti salah.

Tapi di atas semua itu sebenarnya secara keilmuan, Bapak itu hebat sekali dan kami para junior sangat mengaguminya. Beliau akan cepat melihat kalau ada junior yang cepat belajar dan cepat menjadi pintar. 

Dia tidak akan ragu untuk mempromosikan kami para junior yang kompeten di matanya pada Big Boss perusahaan dan dia tidak ragu pula untuk memberikan kami tugas atau tanggung jawab atau wewenang yang lebih besar kalau di matanya kami sebagai junior dianggap sudah mampu.

Tapi jangan salah juga, Pak konsultan utama itu tidak suka junior yang keminter alias pura-pura kompeten padahal tidak. Beliau juga tidak suka junior yang cari muka, banyak tampil, banyak exist padahal nirprestasi.

Saya yakin, hampir di semua perusahaan ada tipe senior seperti ini. Hebat secara profesional, keilmuwan, namun bertemperamen tinggi atau brangasan alias tidak sabaran, tidak mau kalah apalagi ngalah, tidak suka kepura-puraan atau penjilatan namun sesungguhnya sangat perhatian dan menginginkan para juniornya untuk belajar dan bisa maju. 

"Jadilah seperti itik" (sumber gambar: tesis Vincensini, 2005)

Satu cara untuk menghadapi senior semacam ini adalah dengan menerapkan filosofi itik.

Filosofi itik ini berasal dari pepatah bahasa Perancis yang berbunyi:

"Soyez comme un canard. En surface ayez l'air calme et pose, sous la surface pedalez comme le maudit!"

Saritilawah-nya: 

"Jadilah seperti itik. Di permukaan, tetaplah tenang dan fokus, di bawah permukaan (air) mengayuhlah seperti orang kesurupan!"

Jadi jelas bahwa filosofi ini cukup sederhana untuk dilakukan dalam dua langkah.

Pertama, sebagai junior kita harus tetap tenang dan fokus.

Sikap tenang buat saya ada tiga macam arti.

Pertama, tenang artinya sebagai junior sebaiknya kita terlihat biasa saja, apa adanya. Tidak usah mencari muka dengan pura-pura sibuk, pura-pura rajin, atau pura-pura perhatian dengan seluk beluk pekerjaan. 

Jangan sampai juga memperlihatkan ekspresi terbeban saat harus lembur, bingung, atau malah panik saat pekerjaan memuncak atau deadline mendekat, seperti saat tanggal pengajuan tender tinggal besok.

Kedua, tenang juga berarti menampilkan ekspresi ramah, tidak cepat marah, atau emosional. Hal ini akan menimbulkan suasana nyaman di ruangan kerja dan meredakan stres. 

Sikap santai dan ramah juga akan menetralisir suasana bertegangan tinggi, umpamanya saat senior atau Big Boss tiba-tiba memarahi seseorang atau semua karyawan junior. Salah satu cara bisa bersikap tenang menghadapi senior yang temperamental seperti di kisah awal di tulisan ini adalah bisa merelativisir situasi. 

Saya tahu bahwa sikap angot-angotan Pak Konsultan Utama adanya siklusnya dan cepat atau lambat pasti akan menimpa saya. Maka dari itu, saat Pak Konsultan Utama tiba-tiba men-donder saya saat buku datanya 'hilang', entah kenapa saya justru setengah mati menahan tawa.

Ketiga, tenang berarti tidak melulu membicarakan pekerjaan. Ada kalanya, seorang junior harus bepergian dengan senior seperti Pak Konsultan Utama. Ada kalanya pula Pak Konsultan Utama itu mengajak salah seorang junior makan di luar atau mengajak merokok atau minum kopi. 

Pada kesempatan seperti itu, jika situasi memungkinkan tentunya seorang junior harus mampu juga bercakap-cakap tentang hal-hal di luar pekerjaan, entah itu tentang berita politik, olahraga, aktualitas, atau sekadar (kalau yakin lucu) bertukar guyonan. 

Mengetahui kegemaran, hobby atau minat dari senior kita adalah sangat penting untuk bisa mengimbangi pembicaran atau menciptakan chemistry agar hubungan tidak melulu profesional tapi juga antar manusia. Biar bagaimanapun senior juga manusia kan ya? 

Akhirnya, sikap "fokus" sudah jelas artinya. Sebagai junior memang seharusnya kita tetap fokus pada misi utama bekerja. 

Gosip kantor, godaan-godaan eksternal untuk mengalihkan perhatian kita dari pekerjaan sangat besar. Demikian pula tekanan mental karena dimarahi senior, karena kesalahan yang masuk akal tentu akan terjadi.

Kemampuan untuk bertahan dari godaan-godaan luar maupun untuk bangkit belajar kembali setelah melakukan kesalahan adalah kunci tetap fokus. 

Saat tekanan mental begitu besar, tirulah juga itik yang tetap terlihat tenang di permukaan walau air tempatnya mengapung dihantam hujan badai.

 Kedua, sebagai junior tentu kita harus kerja keras tanpa terlalu terlihat!

Junior yang bekerja keras tentu disukai senior. Tapi junior yang bekerja terlalu keras atau workaholic mungkin akan dibenci karena dianggap cari muka atau dianggap ingin menyaingi senior.

Satu hal yang bisa dilakukan sebagai junior untuk bisa bekerja keras tanpa terlihat senior adalah menemukan cara bekerja yang lebih efisien. 

Sekadar berbagi pengalaman: pertengahan 90an adalah saat di mana pekerjaan perhitungan tabulasi dilakukan dengan perangkat lunak bernama Lotus. Namun demikian untuk pekerjaan yang kami lakukan saat itu, perangkat lunak ini memiliki begitu banyak keterbatasan dan terkenal lambat untuk menangani perhitungan dengan jumlah observasi atau record data yang besar.

Saat itu saya mencari tahu alternatif metode untuk mengerjakan perhitungan untuk data yang besar lebih cepat dan menemukan Dbase programming sebagai jawabannya. Saya memanfaatkan waktu di malam hari untuk memelajari dbase dan pada saatnya saya terapkan di kantor.

Pak Konsultan Utama terheran-heran bagaimana saya bisa mengerjakan perhitungan tabulasi lebih cepat dari yang lain dan memanggil saya ke ruangannya. Di ruang kerjanya saya jelaskan bahwa saya menggunakan Dbase programming.

Tak lama kemudian kami keluar dari ruangan, lalu beliau mengumumkan ke kolega-kolega satu divisi, sambil tersenyum dan memelintir kumis:

"Mulai besok di kantor ini akan kita install Dbase programming! Dan besok rekan kita Jepe akan mengajarkan kalian cara menggunakannya!"

Sambil memandangi teman-teman yang ekspresinya sukar saya ungkapkan, saya pun tersenyum-senyum di samping Pak Senor, sementara hem saya tiba-tiba menjadi sempit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun