Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Cara Menghentikan Overthinking

18 September 2021   06:25 Diperbarui: 18 September 2021   06:27 250
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Sumber: Planet Mindful, July - August 2021, hlm. 22.

Ini bukan hanya ajakan untuk menumbuhkan mindfulness melalui indera untuk membantu mencapai keadaan pikiran yang seimbang, tetapi juga tawaran saran, misalnya bagaimana menghindari informasi yang manipulatif dan cara berlatih menghilangkan pemikiran-pemikiran negatif.

Dengan menumbuhkan kasih sayang, kita diajak untuk mempertimbangkan bagaimana kita menjalani hidup, berkomunikasi, berperilaku, dan terlibat dengan kehidupan kita, dengan motif yang mendasari untuk memeriksa tindakan dan kefanaan kita sendiri, sebagai cara mengelola pemikiran, mengisi perasaan dan mencegah overthinking.

Dalam ajaran Buddhisme, Delapan Jalan Mulia adalah tentang hidup dengan cara yang benar, yang melibatkan 8 latihan yang mengarah pada pencerahan, antara lain mengembangkan kekuatan batin Anda untuk memastikan Anda mengambil jalan yang benar dalam hal pemikiran, ucapan, tindakan dan cara hidup Anda; dan mengembangkan konsentrasi, membersihkan pikiran, menjadi sadar dan mengadopsi pandangan yang benar dan menggunakan meditasi untuk mengembangkan pikiran Anda dan untuk lebih memahami jalan Anda.

Apa Penyebab Overthinking?
Budaya dan masyarakat mengajarkan kita untuk memeriksa, menganalisis, belajar, dan bekerja keras. Ini sering memberitahu kita apa yang harus kita pikirkan, apakah itu melalui iklan, pemerintah, media sosial, berita, keluarga kita atau hanya melalui proses osmosis sosial, saluran-saluran yang berjangkauan luas, dan seringkali kita tidak menyadari pesan-pesan yang masuk ini. Budaya di Barat bergerak cepat dan didorong oleh kebutuhan untuk berhasil, memiliki semuanya, dan mencapai hal-hal besar.

Kita mulai menjadi tujuan ini, berapa pun biayanya. Bahkan ketika kita memulai sebuah pencarian penyembuhan diri atau perjalanan terapeutik, kita memiliki kecenderungan untuk ingin berjuang, mencapai atau mendapatkan hasil dengan cepat. Pola perilaku ini, dan sejauh mana kita berpikir berlebihan, akan bervariasi berdasarkan pengalaman hidup, kepribadian, dan lingkungan.

Kata Ryunosuke, "Sebagai manusia, kita selalu berpikir. Berpikir biasanya dianggap sebagai karakteristik manusia yang baik, dan kita cenderung percaya bahwa kita lebih unggul daripada hewan karena kita berpikir. Tapi apakah itu benar-benar terjadi? Perasaan saya adalah bahwa karena kita berpikir, kemampuan kita untuk berkonsentrasi bisa goyah, dan kadang kita bisa frustrasi atau tersesat. Sebut saja itu penyakit berpikir, penyakit yang muncul sebagai akibat dari berpikir."

Salah satu gagasan yang disebutkan di awal buku Ryunosuke ini adalah bahwa realitas kita terlalu membosankan atau biasa-biasa saja, dan bahwa sebenarnya, pemikiran negatif lebih menstimulasi sehingga pikiran pun mencari hal yang negatif.

Sangat mudah untuk masuk ke dalam kebiasaan yang tidak membantu ini, di mana kita merasa terlalu terstimulasi oleh pesan-pesan eksternal maupun internal.

Dampak pada Kesejahteraan
Ketika kita merasa bahwa tuntutan atau tekanan yang diberikan kepada kita lebih besar daripada kemampuan kita untuk mengatasinya, mengingat sumberdaya kita saat ini, kita bisa mengalami reaksi stres. Survei di tempat-tempat kerja menunjukkan bahwa hingga 13 juta hari kerja hilang dalam setahun karena stres dan penyakit terkait stres.

Reaksi stres terjadi karena pikiran dan tubuh sedang bersiap untuk menghadapi tekanan atau ancaman yang dirasakan. Overthinking dan dan pikiran yang stres menginstruksikan tubuh untuk melepaskan lonjakan hormon-hormon, terutama adrenalin, noradrenalin, dan kortisol, yang memaksimalkan kemampuan kita untuk menghadapi tekanan atau melarikan diri darinya. Ini juga dikenal sebagai respons "fight or flight" ("berkelahi/lawan atau lari").

Ketika tekanan telah berlalu, kadar hormon-hormon stres ini bisa kembali ke normal. Namun, kita terus-menerus overthinking dan ini bisa menyebabkan perasaan "stres," yaitu ketika tubuh kita terus-menerus melepaskan hormon-hormon stres, tanpa ada kesempatan bagi kadar hormon-hormon tersebut untuk kembali ke normal. Hormon-ormon stres ini bisa tetap berada di dalam tubuh dan menyebabkan gejala dan efek stres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun