Mohon tunggu...
Jeferson Kalundang
Jeferson Kalundang Mohon Tunggu... Guru

Saya merupakan pengajar di salah satu sekolah Negeri di Provinsi Sulawesi Utara, saya sangat memiliki ketertarikan pada bidang Teknologi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kok Bisa? Hidup Lebih Bahagia Justru dengan Barang Lebih Sedikit!

3 September 2025   22:25 Diperbarui: 3 September 2025   22:25 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dari Tren Jadi Gaya Hidup

Beberapa tahun lalu, kata "minimalis" mungkin hanya terdengar di dunia desain interior---furnitur putih, ruang rapi, tanaman hias secukupnya. Tapi sekarang, minimalisme sudah jadi gaya hidup. Anak muda Indonesia mulai sadar bahwa hidup penuh barang ternyata bukan jaminan bahagia. Bahkan seringnya, malah bikin stres: lemari penuh baju tapi tetap bilang, "Aduh, nggak ada yang bisa dipakai nih!"

Minimalisme hadir sebagai solusi. Prinsipnya jelas: punya lebih sedikit, biar hidup terasa lebih banyak.

Dompet Tipis, Hati Lega

Sebagian orang mengira, hidup minimalis itu muncul karena ekonomi sulit. Ya, ada benarnya. Tapi jangan salah, minimalis bukan berarti nggak punya uang, melainkan pintar mengatur uang. Misalnya, daripada beli 5 pasang sepatu murahan yang cepat rusak, mending beli 1 sepatu bagus yang tahan lama. Hemat? Iya. Stylish? Jelas.

Lagi pula, coba jujur: sepatu yang sering dipakai paling cuma dua pasang, kan? Sisanya tidur manis di rak, ngumpulin debu kayak koleksi museum.

Ruangan Kosong, Pikiran Longgar

Orang minimalis percaya bahwa ruang kosong itu penting. Bukan cuma biar rumah keliatan instagramable, tapi juga biar pikiran nggak sesak. Pernah nggak, masuk kamar berantakan, terus rasanya kepala ikut ruwet? Nah, makanya minimalis bilang: singkirkan yang bikin penuh.

Bahkan ada yang bikin aturan sederhana: kalau barang sudah 6 bulan nggak dipakai, langsung anggap eks. Jangan ragu, kasih ke orang lain yang butuh. Syukur-syukur dapet doa, bukan malah nyimpen barang kayak mantan---nggak dipakai tapi susah dilepasin.

Minimalis Itu Ramah Lingkungan (dan Ramah Jiwa)

Selain bikin hidup lebih simpel, gaya hidup ini juga lebih ramah lingkungan. Bawa tumbler sendiri ke kafe, thrifting baju biar nggak jadi korban fast fashion, sampai memilih transportasi umum atau gowes biar sehat.

Minimalis bukan cuma tentang barang, tapi juga soal prioritas. Daripada sibuk update barang baru tiap bulan, banyak anak muda sekarang lebih memilih healing: jalan ke gunung, naik kereta ke kota kecil, atau sekadar tidur siang tanpa diganggu notifikasi.

Jadi, Minimalis Itu Cocok Buat Siapa?

Jawabannya: siapa saja. Apalagi buat kamu yang sering ngeluh, "Aduh, rumah sempit banget!" Coba cek lagi, sempit karena rumahnya kecil, atau karena isi rumahnya kebanyakan?

Ingat, hidup minimalis bukan berarti hidup susah. Justru sebaliknya, ini soal menciptakan ruang untuk hal-hal penting. Kadang yang perlu dikurangi bukan barang, tapi drama. Barang bisa dijual di marketplace, drama bisa langsung di-unfollow.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun