Dari Tren Jadi Gaya Hidup
Beberapa tahun lalu, kata "minimalis" mungkin hanya terdengar di dunia desain interior---furnitur putih, ruang rapi, tanaman hias secukupnya. Tapi sekarang, minimalisme sudah jadi gaya hidup. Anak muda Indonesia mulai sadar bahwa hidup penuh barang ternyata bukan jaminan bahagia. Bahkan seringnya, malah bikin stres: lemari penuh baju tapi tetap bilang, "Aduh, nggak ada yang bisa dipakai nih!"
Minimalisme hadir sebagai solusi. Prinsipnya jelas: punya lebih sedikit, biar hidup terasa lebih banyak.
Dompet Tipis, Hati Lega
Sebagian orang mengira, hidup minimalis itu muncul karena ekonomi sulit. Ya, ada benarnya. Tapi jangan salah, minimalis bukan berarti nggak punya uang, melainkan pintar mengatur uang. Misalnya, daripada beli 5 pasang sepatu murahan yang cepat rusak, mending beli 1 sepatu bagus yang tahan lama. Hemat? Iya. Stylish? Jelas.
Lagi pula, coba jujur: sepatu yang sering dipakai paling cuma dua pasang, kan? Sisanya tidur manis di rak, ngumpulin debu kayak koleksi museum.
Ruangan Kosong, Pikiran Longgar
Orang minimalis percaya bahwa ruang kosong itu penting. Bukan cuma biar rumah keliatan instagramable, tapi juga biar pikiran nggak sesak. Pernah nggak, masuk kamar berantakan, terus rasanya kepala ikut ruwet? Nah, makanya minimalis bilang: singkirkan yang bikin penuh.
Bahkan ada yang bikin aturan sederhana: kalau barang sudah 6 bulan nggak dipakai, langsung anggap eks. Jangan ragu, kasih ke orang lain yang butuh. Syukur-syukur dapet doa, bukan malah nyimpen barang kayak mantan---nggak dipakai tapi susah dilepasin.
Minimalis Itu Ramah Lingkungan (dan Ramah Jiwa)