Mohon tunggu...
Joko Martono
Joko Martono Mohon Tunggu... Penulis - penulis lepas

belajar memahami hidup dan kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud featured

Mengenang Gempa Tektonik 2006 di Yogyakarta dan Sekitarnya (2)

27 Mei 2013   06:59 Diperbarui: 27 Mei 2019   12:48 5846
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lambatnya distribusi bantuan kepada para pengungsi korban gempa segera disikapi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X. Gubernur mengambil langkah taktis dengan memutuskan jalur distribusi tidak lagi melalui Satuan Pelaksana (Satlak) yang berpusat di Pemkab Bantul. 

Bantuan langsung didistribusikan ke masing-masing kecamatan. Dari kecamatan, bantuan tersebut didistribusikan ke desa dan dusun-dusun korban bencana. “Kita putuskan bantuan tidak lagi melalui Satlak. Semua bantuan dari provinsi langsung ke kecamatan-kecamatan,” jelasnya. 

Gubernur yang juga sebagai Ketua Satuan Koordinasi Pelaksana (Satkorlak) DIY mengatakan, dalam kondisi tanggap darurat, pihaknya sangat berharap agar para camat dan lurah yang daerahnya terkena bencana bertindak proaktif. Sebab merekalah yang paham dan tahu detail lokasi yang menjadi korban bencana. 

Kepada media massa atau wartawan, Sultan minta untuk menginformasikan jika memang masih ada wilayah yang belum tersentuh penanganan atau bantuan, atau masih sangat minim bantuan yang diterima agar segera disampaikan ke Satkorlak Penanggulangan Bencana DIY. 

Gubernur juga mengeluarkan pengumuman dan seruan yang meminta seluruh PNS segera kembali bekerja agar pelayanan masyarakat bisa berjalan optimal. Mereka yang mengurus keluarga karena rumahnya rusak atau ada anggota keluarga yang hilang/meninggal atau dirawat di rumah sakit diimbau segera melapor kepada atasan langsung.

Menanggapi munculnya isu-isu yang bisa menyesatkan pascagempa, seperti bakal segera datang gempa yang lebih besar lagi, menurut Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X hanyalah isu/rumor yang tidak bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya. Sebab kata Sultan, berdasarkan kajian teknis yang dilakukan Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG), meski masih ada gempa kecil susulan, namun keadaan sudah akan kembali normal.

Seperti dikatakan Kepala BMG Yogyakarta, Jaya Murjaya bahwa menurut prediksinya, dalam 11 hari lagi akan mendekati stabil meski intensitasnya terus mengalami penurunan namun belum bisa mencapai o (nol). Masyarakat tidak perlu khawatir, berdasarkan data masih ada gempa susulan skala kecil. Atas dasar itu, Sri Sultan meminta kepada masyarakat untuk tidak lagi tidur di luar rumah, karena dikhawatirkan justru mudah terkena serangan penyakit. 

Sementara kepada para pedagang eceran/grosir dan pedagang di pasar-pasar serta penyedia jasa lain yang masih layak buka, sedapat mungkin supaya mengusahakan untuk bisa beroperasi atau bekerja kembali, agar pelayanan kepada masyarakat dapat berjalan. 

Diharapkan pula kepada seluruh warga juga dapat menerima musibah sebagai cobaan Tuhan Yang Maha Kuasa, agar semua eling lan waspada, juga agar mampu bangkit kembali menunaikan tugas dan kewajiban masing-masing. Kegiatan masyarakat yang bersifat keramaian agar menyesuaikan dengan kondisi masyarakat yang penuh keperihatinan.

Empat hari pascagempa, berdasarkan laporan Satlak Bantul, Satkorlak DIY dan Jateng serta berbagai rumah sakit tercatat korban tewas mencapai 5.737 orang. Jumlah itu terdiri atas korban dari Bantul 3.481 orang, Sleman 326 0rang, Kota Yogyakarta 163 orang, Gunungkidul 69 orang, Kulonprogo 26 orang.

Selebihnya yakni 1.672 korban tewas berasal dari daerah Jawa Tengah. Di Kabupaten Klaten, korban tewas hingga hari ke-empat tercatat 1.044 orang dan korban luka sebanyak 8.904 orang.

Tiga kecamatan paling parah dan banyak menderita akibat gempa tektonik di Kabupaten Klaten adalah Kecamatan Gantiwarno, Wedi dan Prambanan.

Dalam kunjungannya di Posko Kecamatan Gantiwarno dan Wedi, Klaten (30/5), Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan, pemerintah terlebih dulu mengutamakan pemulihan kesehatan, pendidikan, dan mengobati warga yang masih mengalami luka-luka. Kebutuhan logistik harus terpenuhi, jika memang masih ada kekurangan akan dikerahkan bantuan. Diharapkan bantuan logistik sebaiknya langsung diserahkan ke desa atau kelurahan, berlanjut ke RW/RT dan jangan dibelokkan.

Di hari keempat itu pula, Bandara Adisumarmo (Solo) mulai dipenuhi pesawat-pesawat asing silih berganti mendarat, siap memberikan pertolongan terhadap korban gempa. Demikian halnya sejak Selasa (30/5) bantuan asing di Yogyakarta terus berdatangan, bantuan personel militer Amerika Serikat tiba di Bandara Adisutjipto (30/5) pukul 10.00 wib dengan menggunakan 7 pesawat Hercules. Selain personel, juga membantu sejumlah peralatan untuk melakukan evakuasi dan pertolongan lain kepada pengungsi.

Bantuan yang dikoordinasikan oleh Deplu dan Departemen Pertahanan AS (PACOM) melalui Deplu AS ini membawa 100 personel yang dikerahkan dari unit Angkatan Udara AS di Guam, membawa peralatan bedah, perawatan gigi, X-ray, peralatan laboratorium dan kebutuhan medis lainnya. Direktur PACOM, Brigjen Dana Atkins menyebutkan, tujuan utama kedatangan PACOM adalah mengurangi angka kematian dan meringankan penderitaan para korban gempa.

Sedangkan dari World Food Programm (WFP), melalui juru bicara Barry Came mengatakan, pihaknya mencadangkan bantuan pangan paling tidak untuk jangka waktu dua bulan bagi korban gempa di Yogyakarta. Untuk bulan pertama, bantuan pangan akan diberikan kepada 80.000 korban gempa dan bulan kedua akan menjangkau 50.000 korban. 

Sesudah itu program akan ditinjau dan tahap selanjutnya tergantung kebutuhan. WFP mengakui bahwa masih banyak ketimpangan dalam upaya pemberian bantuan untuk menolong korban gempa. Karena itu pihaknya mengisi bidang-bidang yang perlu penanganan segera, termasuk pangan, kesehatan, shelter dan perlindungan anak. WFP prihatin masih banyak korban gempa yang tidak mendapatkan makanan selama berhari-hari dan tidak memperoleh pelayanan kesehatan.

Pada bagian lain, Manager Administrasi dan Keuangan Angkasa Pura I Yogyakarta, Aryadi menyebutkan, tim medis dari negara-negara sahabat terus berdatangan, tim medis dari Jepang beranggotakan 25 orang langsung diterjunkan di depan Rumah Sakit Muhammadiyah Bantul dilengkapi peralatan kesehatan ultrasonografi dan X-ray, tim medis dari Cina tiba di Yogyakarta (30/5) terdiri dari 40 dokter. 

Sejak Senin (29/5) juga sudah mendarat 5 pesawat Hercules yang datang dari Singapura dan satu Hercules PBB dari Amerika Serikat yang berangkat dari pangkalannya, satu Hercules dari Malaysia. Pesawat-pesawat Hercules tersebut membawa sejumlah bantuan, berupa tim medis, obat-obatan dan makanan. Di samping juga membawa tim penjejak bersama puluhan anjing pelacak, ambulan, alat-alat berat juga kendaraan operasional seperti truk dan kendaraan lain.

Rabu (31/5), hari kelima pascagempa, para korban mulai frustrasi. Terutama kebutuhan pangan yang mulai menipis dan tersendatnya bantuan logistik, bahkan ada daerah yang belum mendapat bantuan, wakil mereka segera mendatangi Posko Satkorlak Provinsi DIY.

Jumlahnya sekitar ratusan orang berasal dari Kabupaten Bantul, Sleman dan Kota Yogyakarta, dengan penuh emosi meminta segera dikirim logistik. “Jangan kami diminta untuk terus bersabar. Kami sudah terancam kelaparan. Semua sudah ludes terkena gempa,” kata Warsono dari Sleman.

Tak lama berselang, begitu puluhan truk pengangkut beras datang di Posko Satkorlak di Kompleks Kepatihan, massa tersebut langsung berlomba naik ke bak-bak truk untuk berebut mengambil beras. Para petugas Satkorlak kewalahan menghadapi warga yang emosional tersebut. 

Hingga hari kelima (31/5), Pemprov DIY terus melakukan pendataan korban dan kerugian akibat gempa. Tidak ada perubahan yang signifikan mengenai jumlah korban yang meninggal, sampai dengan pukul 23.00 wib, di wilayah DIY tercatat korban tewas bertambah 4 orang berdasar data Satkorlak Provinsi DIY.

Sejak hari Rabu, tanggal 31 Mei 2006, bantuan dana bagi keluarga korban gempa tektonik sudah mulai cair. Pemerintah merealisasikan bantuan uang tunai kepada para korban di Kabupaten Bantul. Kali pertama bantuan uang tunai tersebut diberikan kepada warga yang bertempat tinggal di Kelurahan Sabdodadi dan Trirenggo. Para warga menerima uang makan Rp 3.000/jiwa perhari, uang pakaian Rp 100.000/jiwa (sekali diberikan), uang perabot rumah tangga Rp 100.000/kepala keluarga.

Penyerahan bantuan senilai Rp 1 milyar secara simbolis dilakukan Menko Kesra Aburizal Bakrie kepada Bupati Bantul HM Idham Samawi di Balai Desa Sabdodadi. “Bantuan uang makan itu kita berikan selama dalam pengungsian, uang perabot dan pakaian kita berikan sekali,” ujar Bakrie. 

Ditambahkan pula, uang bantuan dari pemerintah pusat sudah ada di Yogyakarta. Kini tinggal kecepatan para kepala desa untuk mendata jumlah warga yang menjadi korban bencana gempa. Menko Kesra juga meminta seluruh aparatur yang menangani bencana jangan mempersulit birokrasi, jangan ada yang menyunat uang bantuan, rakyat sangat membutuhkan. 

Selain bantuan uang, pemerintah juga menyediakan dana rekonstruksi rumah dan bangunan. Setiap rumah yang rusak berat mendapat jatah maksimal Rp 30 juta, rusak sedang/ringan Rp 10 juta, bantuan ini akan diberikan setelah selama satu bulan (Juni) dilakukan verifikasi pendataan atas rumah yang terkena gempa oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Satlak. Pemerintah juga akan menyantuni pembangunan sarana MCK sebesar Rp 500 ribu untuk 50 orang. Dana bantuan untuk rumah itu dihitung berdasarkan swakelola dengan tingkat kerusakannya. Sementara untuk bangunan umum seperti sekolah, tempat ibadah dan lainnya belum ditentukan.

Hingga 1 Juni 2006, data sementara yang dilansir Departemen Sosial RI, tercatat korban tewas akibat gempa bumi di Yogyakarta dan sekitarnya mencapai 6.234 orang, sedangkan korban luka berat mencapai 33.231 orang, luka ringan 12.917 orang. Rincian korban tewas di Bantul berjumlah 3.968 orang, Sleman 326 orang, Yogyakarta 165 orang, Gunungkidul 69 orang, Kulonprogo 26 orang. Total jumlah korban tewas di DIY adalah 4.554 orang. Sedangkan di Jawa Tengah tercatat korban tewas 1.680 orang, dengan rincian Klaten 1.668 orang, Purworejo 5 orang, Boyolali 3 orang, Magelang 3 orang, Sukoharjo 1 orang.

Korban luka berat di Bantul berjumlah 13.989 orang, Sleman 1.146 orang, Gunungkidul 1034 orang, Kulonprogo 252 orang, Kota Yogyakarta 224 orang. Total jumlah korban luka berat di DIY yakni 16.645 orang. Sedangkan di Kalaten korban luka berat mencapai 16.496 orang, Sukoharjo 67 orang, Boyolali 23 orang, Magelang dan Purworejo data belum masuk. Total jumlah korban luka berat untuk sementara di Jateng ini mencapai 16.586.

Korban luka ringan di Bantul sebanyak 8.612 orang, Sleman 4.075 orang, Kulonprogo 171 orang, Kota Yogyakarta 59 orang, Gunungkidul data belum masuk. Total korban luka ringan di DIY mencapai 12.917 orang. Untuk korban luka ringan di Jateng masih dalam pendataan.

Mengenai jumlah kerusakan rumah/bangunan dipaparkan jumlahnya mencapai 233.237 unit. Dari jumlah itu dapat dirinci melalui tiga kategori yaitu kategori rata dengan tanah berjumlah 67.505 unit, rumah rusak ringan sejumlah 93.599 unit, dan rusak berat/roboh mencapai 72.133 unit. Dibeberkan pula, rumah rusak rata dengan tanah di Bantul ada 22.123 unit, di Sleman 4.972 unit, Gunungkidul 1.404 unit, Kota Yogyakarta 2.016 unit dan Kulonprogo 1.470 unit. Total rumah yang rusak rata-tanah di DIY mencapai 31.985 unit.

Rumah rusak berat atau roboh di Bantul sebanyak 15.403 unit, Sleman 14.765 unit, Gunungkidul 6.640 unit, Kota Yogyakarta 3.727 unit, Kulonprogo 3.024 unit. Total jumlah rumah/bangunan roboh di DIY sementara berjumlah 43.559 unit. Sedangkan rumah rusak ringan jumlah totalnya mencapai 61.691 unit, terinci yakni di Bantul 12.965 unit, Sleman 29.278 unit, Gunungkidul 13.685 unit, Kota Yogyakarta 1.108 unit, Kulonprogo 4.655 unit.

Di wilayah Jateng, rumah rata-tanah mencapai 35.520 unit, terinci di Klaten 33.916 unit, Sukoharjo 1.604 unit, Boyolali, Purworejo dan Magelang data belum masuk. Untuk rumah rusak berat/roboh di Klaten berjumlah 28.554 unit, data dari kota lainnya belum masuk. Rumah yang mengalami rusak ringan di Klaten sebanyak 31.908 unit, data dari kota lainnya belum masuk. Tercatat pula, rumah ibadah di DIY dan Jateng yang mengalami kerusakan sebanyak 36 unit, kerusakan bangunan sekolah tercatat 23 unit, serta bangunan pemerintah mencapai 294 unit.

Setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meninggalkan kantornya di Istana Kepresidenan Gedung Agung Yogyakarta dan kembali ke Jakarta, Wakil Presiden Jusuf Kalla (1/6) menyusul menggantikannya. Dalam kunjungan ke Provinsi DIY dan Jateng mengingatkan, jangan sekali-sekali mempersulit warga yang sedang meminta bantuan, apalagi gara-gara tidak membawa KTP. “Nanti kalau ada yang minta bantuan, tidak perlu menunjukkan KTP lagi. Orang kesusahan jangan dipersulit,” tegasnya di Rumah Dinas Bupati Bantul.

Menindaklanjuti program rekonstruksi pascagempa di wilayah Provinsi DIY dan sebagian wilayah Jateng, pemerintah akan mengalokasikan dana Rp 30 juta untuk korban gempa yang rumahnya roboh atau rusak berat. Tanggal 10 Juni semua data lengkap kerusakan rumah harus disampaikan ke Satkorlak.

Menurut Wakil Koordinator Operasi II Bakornas Penanganan Bencana, Budi Atmadji (3/6) di Kompleks Kepatihan, bahwa keputusan itu belum final dan akan dimatangkan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Dijelaskan pula, bantuan sebesar Rp 30 juta hanya untuk rumah rusak berat atau roboh dengan hitungan Rp 750.000/m3 termasuk kontribusi kepada lingkungan Rp 1 juta. Rumah rusak sedang dalam arti dinding dan rangka masih ada dibantu Rp 20 juta/rumah dengan hitungan Rp 500.000/m3 sudah termasuk Rp 500.000/rumah untuk kontribusi lingkungan. 

Sedangkan untuk rumah rusak ringan dibantu Rp 10 juta/rumah dengan hitungan Rp 250.000/m3 termasuk kontribusi lingkungan Rp 500.000. Pelaksanaan pembangunan rumah warga korban gempa sepenuhnya dilakukan secara mandiri oleh masyarakat dengan bimbingan teknis dari Departemen PU atau pemerintah desa setempat. Selain itu, para korban gempa meninggal dunia juga akan mendapatkan santunan Rp 2 juta/ahli waris sebagai tanda duka dari pemerintah. 

Pemerintah juga memberikan bantuan beras 10 kg/orang perbulan, lauk pauk Rp 3000/orang perhari, Rp 100.000/orang untuk beli pakaian dan Rp 100.000/keluarga untuk beli peralatan rumah tangga. Bantuan beli pakaian dan alat rumah tangga diberikan satu kali. 

Semua program tersebut sedang digodok dan akan difinalkan Senin (5/6) mendatang oleh Wapres Jusuf Kalla agar secara teknis aman dan dapat diterima masyarakat serta mampu menggerakkan roda ekonomi di daerah bencana.

Berkait hal itu, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyatakan, detail rekonstruksi pascagempa akan dibahas minggu ketiga. Yang pasti rekonstruksi rumah korban warga dikerjakan masyarakat sendiri. “Pemerintah membantu dana. Harga maksimum sekian, tapi tolong dikerjakan masyarakat sendiri. Tidak ada pemborong dengan harapan ekonomi setempat tumbuh. Kalau ada pemborong, sing untung pemborong ning ekonomi setempat tidak tumbuh,” tegasnya.

Di tengah trauma dan perasaan panik yang masih melekat pada sebagian besar warga di Provinsi DIY dan Jateng, serta masih munculnya gempa-gempa susulan, kemudian kembali santer diisukan/rumor akan terjadi gempa dahsyat, berkekuatan lebih besar yaitu pada tanggal 07 Juni 2006.

Isu/rumor yang telah beberapa hari beredar melalui pesan pendek (sms) atau media online dan telah menyebarluas dari mulut ke mulut tanpa diketahui secara pasti sumbernya, bisa semakin meresahkan warga. Sebagai salah satu contoh isu/rumor dapat dipetik dari e-mail massal beranting yang juga pernah ditujukan kepada alamat saya berbunyi sebagai berikut:

From: Oky To: HRD Sent: Monday, June 05, 2006 2:36 PM Subject: bsk akan terjadi tsunami Menurut CNN, disiarkan 3 hari yang lalu bahwa lempeng bumi di australia sedang bergerak ke utara menuju asia.diperkirakan bisa bertubrukan dengan lempeng bumi di selatan pulau jawa.Diperkirakan 11 hari setelah gempa jogja, atau rabu besok(7 juni) akan ada gempa dahsyat dan memungkinkan terjadinya tsunami. Mohon doanya n plis forward ke temen-temen laen, jangan sampai putus di tangan kamu  Menanggapi menyebarluasnya isu/rumor tersebut, Tim Tanggap Darurat, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) mengatakan, gempa susulan yang terjadi sampai Kamis (2/6) pukul 23.45 wib dengan intensitas III Skala MMI magnitudo atau kekuatan gempa 3,5 skala Richter (SR) dan dirasakan sebagian warga di Provinsi DIY, merupakan gempa yang tidak berbahaya. “Gempa ini tidak berbahaya,” kata Dr Surono dari Tim Posko DESDM di Kepatihan, Yogyakarta. Sebab berdasar pengamatan sudah terjadi penurunan jumlah dan intensitas gempa bumi susulan setelah terjadi gempa utama (27/5) lalu. 

Menurutnya, kecil kemungkinan terjadi gempa bumi susulan dengan magnitudo yang sama atau lebih besar dari gempa 27 Mei 2006 silam yang berkekuatan 5,9 SR. “Oleh karena itu, masyarakat harap tenang, tidak mempercayai isu-isu/rumor yang menyebutkan akan terjadi gempa bumi dengan magnitudo lebih besar. Masyarakat dapat menghuni kembali rumah masing-masing yang tidak mengalami kerusakan.

Hal sama dikatakan ahli geologi UPN “Veteran” Yogyakarta, Dr Heru Sigit dalam menepis isu/rumor akan terjadi gempa lebih besar dalam waktu dekat ini. Menurutnya, gempa bumi dengan kekuatan lebih dari gempa yang terjadi Sabtu (27/5) lalu tidak akan terjadi lagi di wilayah DIY dalam kurun waktu satu hingga tiga tahun ke depan.

Penduduk aman menempati kembali rumah-rumah yang masih utuh atau hanya mengalami kerusakan ringan. Heru yakin tidak akan terjadi gempa lebih besar lagi di Yogyakarta dalam waktu dekat. Posisi lempeng benua dan samudera yang aktif bergerak dan menyebabkan gempa, telah mencapai keadaan seimbang hingga satu sampai tiga tahun. Sebagian energi yang tersisa sudah dilepaskan di tempat lain dan trend-nya sudah menurun. 

Berdasarkan cacatan gempa yang pernah terjadi, gempa besar akan terjadi satu hingga tiga tahun ke depan tetapi tidak bisa dipastikan terjadi di Yogyakarta, melainkan bisa dimana pun di daerah patahan di seluruh dunia. Gempa berkekuatan 5,9 skala Richter biasanya tidak menimbulkan kerusakan sehebat dampak gempa Yogyakarta dan sebagian daerah Jateng seperti yang terjadi sekarang. Gempa Sabtu lalu itu dirembetkan sesar lama yang sebetulnya sudah tidak aktif. Sesar memanjang sesuai aliran Sungai Opak dan berlanjut ke arah timur laut sampai wilayah Kecamatan Gantiwarno, Kabupaten Klaten, Jateng.

Tulisan ini bisa juga dibaca di blog pribadi penulis, http://jok-website.blogspot.com/ posted by joko martono | 6/30/2006 03:44:00 PM

JM (27-5-2013).

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun