Mohon tunggu...
Johan Irvani
Johan Irvani Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Menulis adalah jalan hidup saya. Saya akan tetap terus menulis karena saya yakin, sesuatu yang besar sedang menanti saya di sana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Adelia, Akhir dari Kisah Cinta Tanpa Keberanian

29 November 2018   21:31 Diperbarui: 1 Desember 2018   21:23 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah suatu hari. Kala itu guru kami, sebut saja namanya buk Yasmin, meminta seluruh siswanya untuk mengumpulkan buku catatan pelajaran sejarah, bagi yang belum melengkapi cacatan, punya interval waktu satu Minggu untuk melengkapinya.

Sebagaimana lazim laki-laki pada umumnya, cacatan bukanlah hal yang esensial bagi kami. Cacatan baru dilengkapi jika hanya ada pengumuman seperti ini.

Hari itu saya meminta Adelia untuk menulis cacatan saya dengan kesepakatan saya akan membuat makalah pelajaran Biologi untuknya.

Dia setuju, satu Minggu kemudian dia memberikan saya buku cacatan yang ia tulis.

Buku tersebut ternyata tidak hanya berisikan tulisan milik Adelia tetapi juga menyimpan aroma khas Adelia yang menempel di sana.

Setelah bukunya diperiksa dan dikembalikan, saya menyimpan buku tersebut dengan sangat rapi.


Entah minyak wangi apa yang di pakai Adelia, tapi setelah berminggu dan berbulan berlalu aroma khas Adelia masih tertinggal di buku tersebut.

Ujian UN pun tiba setelah itu kami lulus dan terpisah satu sama lain. Ketika hendak melanjutkan SMA kami tidak satu sekolah bahkan tidak satu kota lagi.

Terpisah antara jarak dan waktu dan setelah sekian lama, saat kelas 3 SMA teman lama menghubungi saya, dia memperlihatkan foto ijab kabul nikah Adelia.

Entah apa yang dipikirkan Adelia, dia memutuskan untuk menikah di usia relatif mudah.

Mendengar kabar tersebut, saya hanya ingin tidur dan berharap ketika bangun, hidup saya yang seperti ini hanyalah mimpi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun