Keris Kyai Anggrek (Kyai Hanggrek) yang dibawa Admiraal Evertsen itu menjadi satu-satunya keris yang terselamatkan dan mencapai Belanda. Kapal yang ditumpangi Admiral Evertsen sempat tenggelam. Tetapi Evertsen sempat menyelamatkan diri, berenang sembari menyelamatkan keris yang akan menjadi persembahan bagi raja Belanda. Evertsen akhirnya sampai Belanda, menumpang kapal yang tidak tenggelam.
Namun jejak keberadaannya di Belanda sempat buram. Bahkan menurut Sri Margana, doktor lulusan Leiden Belanda kelahiran Klaten Jawa Tengah yang kini Dosen Ilmu Sejarah di Universitas Gajah Mada (UGM), keris Kyai Anggrek sempat "raib" entah kemana disimpannya. Tidak diketahui rimbanya keris pusaka yang dipercaya memiliki "tuah keselamatan" itu.
Margana mengungkapkan hal ini dalam sebuah diskusi keris di Resto Poenakawan Yogyakarta, Minggu (28/5/2023) saat berlangsungnya Pameran Keris Kamarogan oleh Sanggar Keris Mataram (SKM). Tetapi rupanya apa yang diungkapkan oleh Sri Margana itu sekarang sudah menemui titik terang. Nyatanya dari Nederland, sudah ada yang mengunggah foto terakhir Kyai Anggrek di Facebook. Lengkap dengan warangka yang khas wanda sepuh Capu Mataram. (Foto Kyai Anggrek saya pakai dalam presentasi saya di Semarang, 10 Oktober 2025)
Keberadaannya keris Kyai Anggrek di Belanda, menurut Sri Margana, pernah disinggung oleh seorang penulis Belanda, Rita Wassing-Visser dalam bukunya "Royal Gifts from Indonesia: Ikatan Sejarah dengan House of Orange-Nassau (1600-1938)". Wassing Visser menulis, bahwa keris -- yang telah mengarungi drama perjalanan mencekam tersebut telah dipindahkan dari Museum Rijks Ethnographisch -- kini disebut Museum Volkenkunde, bagian dari Museum Budaya Nasional Dunia (NMVW) di Leiden, Belanda.
Di kalangan kolektor Indonesia saat ini, Keris Kyai Anggrek ini menjadi sebuah 'legenda' tersendiri sehingga menjadi semacam merek dagang yang banyak diincar, sehingga keris-keris yang berlabelkan "Kyai Anggrek" kualitas keren bermunculan, walau belum tentu asli. Banyak di antaranya keris-keris "Kyai Anggrek" ini yang, Â bahkan bohong besar.Itu bukan "Keris Kyai Anggrek" dari Paku Buwana IV untuk raja Willem Frederick di Belanda beneran. Nama Kyai Anggrek di pasaran para kolektor, menjadi "jaminan mutu" dan mendongkrak harga. "Kyai Anggrek" dengan garap bagus kini bisa mencapai harga ratusan bahkan milyar rupiah di kalangan mereka yang gila pusaka raja... *
Artikel Materi Sarasehan Nasional Keris di Wisma Perjuangan Jalan Imam Bonjol Semarang, 10 Oktober 2025 oleh
Jimmy S. Harianto, wartawan senior, mantan Redaktur Desk Internasional dan Olahraga Kompas.
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI