Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Dari Keris Rembrandt Sampai Pedagang Keris Paludani

10 Oktober 2025   09:53 Diperbarui: 10 Oktober 2025   14:53 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bernard Paludani (1550-1633) dia seorang dokter medis yang bebas keluar masuk kerajaan ternyata adalah juga pedagang antik termasuk keris. (Sumber: Freepik/BritishMuseum)

Sulit didapat di luar Banten

Di Jawa sendiri, hampir sulit didapat keris-keris Banten. Belakangan ini, tahun milenial, sudah mulai berdatangan dari Eropa. Sebagian besar berasal dari pemaharan atau lelang di Eropa). 

Sementara di Belanda? Banyak keris Banten. Umumnya diduga masuk melalui jalur perdagangan Banten-Eropa abad ke-17 yang terbuka, sementara di Jawa bagian tengah, Sultan Agung di Mataram dibelenggu kolonialisme korporasi Belanda.

Empat sampel keris Banten yang sosoknya mirip keris Bali dan juga seperti keris Cirebon, koleksi museum Eropa dan juga milik Raja Philip 2 Spanyol. (Sumber: KrisDisk/Karsten Sejr Jensen)
Empat sampel keris Banten yang sosoknya mirip keris Bali dan juga seperti keris Cirebon, koleksi museum Eropa dan juga milik Raja Philip 2 Spanyol. (Sumber: KrisDisk/Karsten Sejr Jensen)

Dan sebagian keris-keris Banten di kalangan kolektor Eropa masuk melalui "pedagang elit" seperti Dokter Bernard Paludani (1550-1633) di abad ke-17, seperti juga keris-keris yang didapat oleh pelukis terkenal Rembrandt van Rijn (1606-1609). Maupun keris-keris yang didapat oleh raja-raja Eropa, berkat keluwesan lobi Bernard Paludani sebagai seorang dokter medis yang relatif bebas keluar-masuk istana raja mengunjungi raja-raja Eropa.

Jalur perdagangan rempah-rempah Nusantara di abad ke-17 ketika itu adalah Banten di Jawa bagian Barat, Makasar/Gowa di Sulawesi, serta Aceh di Sumatera bagian Utara. Maka tidak heran jika keris-keris yang tersebar di Eropa pun berasal dari Banten, keris-keris Aceh di Sumatra dan keris Bugis, Bone di Sulawesi. Anda bisa melihat jejak perjalanan keris Nusantara itu misalnya di Tropen Museum Amsterdam, Rijkmuseum  Leiden di Belanda, Staatsliches Museum Dresden dan Museum fur Volkenkunde di Jerman. Bahkan perdagangan keris juga bisa mencapai Museum di Inggris, The Ashmolean Museum, Oxford. Ada keris-keris Sumatra di katalog The Tradescant Catalogue 1656 (terbitan 1637) menurut penulis barang antik,  Eva Winkler dari Dresden.

Bernard Paludani (1550-1633) dia seorang dokter medis yang bebas keluar masuk kerajaan ternyata adalah juga pedagang antik termasuk keris. (Sumber: Freepik/BritishMuseum)
Bernard Paludani (1550-1633) dia seorang dokter medis yang bebas keluar masuk kerajaan ternyata adalah juga pedagang antik termasuk keris. (Sumber: Freepik/BritishMuseum)
Bernard Paludani merupakan seorang dokter yang fenomenal di kalangan kolektor elit Eropa. Selain dirinya memang kolektor ulung, ia memiliki hubungan baik dengan kalangan bangsawan dan raja-raja Eropa. Namanya dikenal di seluruh eropa, termasuk kenal pula dengan raja Spanyol. Paludani sendiri tinggal di Belanda. Persisnya di Enkhuizen Belanda utara. 

Dia sangat banyak mengoleksi benda-benda etnografis, di antaranya keris. Katalognya berangka tahun 1617, misalnya, menyebutkan tiga keris yang akhirnya menjadi koleksi Museum Denmark Die Gottorfer Kunstkammer antara tahun 1651. Dan kemudian diambil alih oleh raja Denmark, The Royal Danish Kunstkammer pada tahun 1743.

Museum Die Gottorfer Kunstkammer Denmark itu dibangun oleh Raja Denmark, Frederik III pada 1650. Museum ini mula pertama ada di istana kerajaan, sebelum akhirnya menempati gedung arsip Denmark di Copenhagen sampai bubar 1825. 

Setelah 1825, koleksi museum kerajaan tersebar di berbagai museum lain di Denmark seperti Bente Dam-Mikkelsen & Torben Lundbaek. (KrisDisk, Karsten Sejr Jensen, 2008).

Dari catatan kaki penulis keris Karsten Sejr Jensen dalam karyanya KrisDisk (The Indonesian Kris), diperoleh tahu bahwa memang, kolektor antik, dokter kolektor yang pada akhirnya adalah juga para pedagang antik waktu itu ikut melancarkan penyebaran artefak berupa keris. Jalur lain ke Eropa di samping jalur perdagangan, tentunya adalah pampasan perang, rampasan perang dari para raja-raja di Timur yang dibawa oleh kolonialis Eropa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun