Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Akhir Kisah Sundapura, Sunda Kalapa, Jayakarta, Batavia, dan Jakarta

15 Maret 2024   18:57 Diperbarui: 16 Maret 2024   11:56 1097
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sang Raja (Pajajaran) dilukiskan Pires, "memiliki rumah yang sangat bagus, dibangun menggunakan 330 pilar kayu setebal tong anggur, setinggi 5 depa dan dihiasi ukiran yang sangat indah di bagian atasnya,"

Dikatakan Pires, perjalanan ke Kota Dayo "memakan waktu dua hari dari pelabuhan utama bernama Sunda Kalapa (Calapa, versi tulisan Pires),"

Sang Prabu (Paybou, versi tulisan Pires) adalah seorang atlet pemburu berbakat, memiliki dua permaisuri, serta lebih dari seribu selir. Masyarakat Sunda, kata Pires, terkenal dengan kejujurannya.

Kerajaan Sunda ini kata Pires, menghasilkan jenis merica berkualitas lebih baik dibandingkan merica Cochin (kota pelabuhan di barat daya India) dalam jumlah yang besar, yang ia katakan "sebanyak lebih dari 1.000 bahar setiap tahunnya," Dasar hitungan "bahar", satu bahar sekitar 350 kg atau seberat rata-rata seberat satu ekor buaya Sungai Nil.

Negeri Sunda juga menghasilkan cabai jawa dalam jumlah besar dan buah asam yang cukup untuk memenuhi seribu kapal, tulis Pires.

Negeri ini juga banyak memperjual-belikan budak-budak pria dan wanita, baik itu orang lokal maupun orang yang dibawa dari Kepulauan Maladewa. (Perjalanan dari Sunda ke Maladewa, menurut Pires, kurang lebih enam atau tujuh hari).

Sunda juga menggunakan (mata uang) emas yang dicetak dengan 8 mate (mate merupakan angka satuan goresan atau cetakan emas yang umum digunakan di Timur), menurut catatan Tome Pires.

Kerajaan Sunda menjual beras sebanyak lebih dari 10 jung tiap tahunnya, tulis Pires, juga sayur-mayur yang tak terbatas jumlahnya, serta daging, babi, kambing, domba dan sapi. Banyaknya tak terhitung.

Dua atau tiga jung dari Malaka menurut Pires sering datang ke Sunda untuk memperjual-belikan beras, budak dan merica. (Satu kapal jung merupakan kapal layar yang berukuran 4-5 kali Flor de la Mar, atau perahu yang ukuran panjangnya  69-78,3 meter).

Sebaliknya, pangajavas (jenis perahu yang digunakan untuk pertempuran di laut, digunakan baik oleh angkatan laut waktu itu maupun para bajak laut di Nusantara) atau disebut juga perahu 'penjajap' berbentuk panjang dan ramping, dengan haluan dan buritan sangat lancip, dibuat ringan agar dapat bergerak cepat, juga sering ke Malaka dari pelabuhan Sunda. Dalam operasinya pangajavas biasa didampingi perahu-perahu lebih kecil yang disebutnya 'kakap').

Dikuasai Demak dan Cirebon

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun