Mohon tunggu...
Said Sastraprayitna
Said Sastraprayitna Mohon Tunggu... pengamat media sosial

Suka makan steak dan minum bunga telang

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Apa Definisi Jahat atau Kejahatan

25 Agustus 2025   16:00 Diperbarui: 25 Agustus 2025   16:00 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kesadaran yang Terhambat: Ini sering terjadi. Pelaku sebenarnya punya hati nurani dan bisa berempati, tapi kesadarannya "terhambat" atau terdistorsi oleh alasan lain. Misalnya, "Ini demi ideologi yang benar", "Saya hanya menjalankan perintah atasan", atau "Semua orang juga begitu." Korupsi atau cyberbullying sering masuk kategori ini.

  • Non-Reflektif: Dalam kasus ini, pelaku tidak memiliki kapasitas reflektif sama sekali, seperti penderita psikopati ekstrem. Ini tidak dikategorikan sebagai pengkhianatan moral yang disengaja, karena mereka tidak punya "cermin hati nurani" yang bisa digunakan.

  • Mari Bersama Menggunakan Cermin Hati Nurani Ini

    Gagasan ini bersifat universal. Tidak peduli dari budaya mana kita berasal, prinsip "perlakukan orang lain sebagaimana Anda ingin diperlakukan" selalu ada dalam berbagai bentuk. Ini adalah "Aturan Emas" yang menjadi dasar empati dan moralitas.

    Jadi, lain kali ketika kita melihat sebuah tindakan, baik itu di media sosial, di lingkungan kerja, atau bahkan dalam diri sendiri, mari berhenti sejenak. Angkatlah "cermin hati nurani" dan tanyakan pada diri sendiri: "Apakah saya mau jika ini menimpa saya?"

    Jawaban dari pertanyaan sederhana itu bisa menjadi panduan paling jujur untuk menilai sebuah kejahatan, dan yang lebih penting, untuk menjadi manusia yang lebih baik. Bagi Anda yang ingin mendalami lebih lanjut gagasan ini dari perspektif filsafat ilmiah, pemikiran mengenai Kejahatan Reflektif Ontologis dapat ditemukan dalam makalah berjudul "Ontological Reflective Evil: A Philosophical and Empirical Framework for Universal Ethics Based on Self-Empathic Reflection." 

    Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

    HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
    Lihat Filsafat Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
    LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun