Mohon tunggu...
Jilal Mardhani
Jilal Mardhani Mohon Tunggu... Administrasi - Pemerhati

“Dalam kehidupan ini, selalu ada hal-hal masa lampau yang perlu kita ikhlaskan kepergiannya.”

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Drama Pencalonan Presiden Indonesia 2019-2024

10 Juli 2018   21:29 Diperbarui: 11 Juli 2018   09:29 1363
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam kalkulasi kekuasaan 5 tahun yang dimilikinya, Joko Widodo menantang segenap resiko untuk meluruskan kembali hak bangsa Indonesia itu. 

Termasuk masyarakat lokal Papua yang justru terbengkalai dan tak memperoleh manfaat wajar selama ini. Hal yang sesungguhnya sangat kita maklumi akan mendapat perlawanan sengit dari rival politik yang selama ini diuntungkan oleh 'perkeliruan' itu. 

Tentu masih hangat pada ingatan kita semua, bagaimana drama epik 'Papa Minta Saham' pernah menghiasi hari-hari pertama pemerintahan yang dipimpinnya kemarin.

Begitu pula dengan berbagai upaya 'tata ulang' lain yang dilakukannya, seperti penguasaan kembali 'Blok Mahakam',  'Pembubaran Bisnis Rente Petral', dan sebagainya.

+++

Joko Widodo memang bukan 'Superman' yang mampu menuntaskan persoalan bangsa kita yang sangat banyak. Beliau bukan hanya membutuhkan semangat gotong-royong dan kerelaan berkorban semua pihak. Tapi juga keleluasaan mengelola orang-orang terbaik yang bekerja sama dan membantunya. Hal ini adalah permasalahan utama yang harus dihadapi sejak hari pertama dia memasuki Istana Negara. 

Kita memaklumi, tekad awalnya untuk mengisi kabinet dengan sosok-sosok profesional dan independen, ternyata tak bisa dipertahankan. Tekanan partai-partai politik pendukungnya begitu besar sehingga ia tak kuasa menampik keharusan mengakomodasi kader-kader mereka. 

Bahkan julukan 'Petugas Partai' segera disematkan PDIP yang pada tahun 2014 kemarin, sempat bertele-tele memastikan pencalonannya. Kita kemudian harus memaklumi ketika puteri Ketua Umum partai itu ditempatkannya menduduki salah satu posisi Menteri Koordinator. 

Lalu kemudian prestasi  kementerian tersebut memang tak banyak terdengar selama masa kekuasaan Joko Widodo yang kini hampir berakhir. Padahal, dari kantor tersebut, kita berharap cemas soal Revolusi Mental yang pernah dikumandangkan sang Presiden pada awal mula dia terpilih. Atau tentang berbagai hal yang mencerminkan peningkatan kemakmuran, pemerataan kesejahteraan, dan keadilan sosial yang sebenarnya.

Di kemudian hari, ketika akhirnya harus melakukan sejumlah perombakan, Presiden RI ke 7 itu pun 'terpaksa' membuka pintu koalisi terhadap partai-partai yang semula tak mendukungnya. Lalu kemudian diikuti langkah penempatan sejumlah kader mereka pada jajaran kabinetnya.

Berbagai posisi strategis yang amat penting bagi masa depan bangsa ini, justru dikuasakan pada tokoh-tokoh partai politik. Seperti Perindustrian, Perdagangan, Dalam Negeri, Kehakiman, Sosiial, Pendayaangunaan Aparatur Negara, dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun