Mohon tunggu...
Jessicha HardeantiGunawan
Jessicha HardeantiGunawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Jember

Suka K-Pop

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Artikel Utama

Kisah Tukang Tambal Ban yang Dibayar Seikhlasnya

5 Juni 2023   12:53 Diperbarui: 9 Juni 2023   13:35 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejak kepulangan istrinya ke pangkuan Yang Maha Kuasa 3 tahun lalu, beliau memutuskan untuk hidup sendiri tanpa ingin merepotkan anak-anaknya, menurutnya beliau masih jika masih bisa menghidupi dirinya sendiri kenapa harus merepotkan anak-anaknya.

Anak-anak pak Ali sudah berulang kali meminta beliau untuk tinggal bersama mereka, dan jawaban pak Ali tetap sama sejak awal. Pak Ali berkata beliau akan tinggal bersama anaknya jika beliau sudah tidak mampu untuk berdiri sendiri. Pak Ali menjalani kehidupannya dengan penuh kesederhanaan dan keikhlasan bahkan dalam kesehariannya makan nasi karak pun tak masalah untuk mengganjal perut laparnya.

Saat itu jam telah menunjukkan pukul 13.20 WIB, wajahnya tampak begitu ramah. Disambutnya setiap orang yang datang, apapun keperluan orang tersebut.

Ada kalanya yang datang hanya bersapa ria, ada pula yang datang sekedar bertanya ringan, dan adapula mereka yang datang lengkap membawa ban sepeda motor bocor atau kempes.

Pak Ali berpesan bagaimanapun hidupmu nanti jangan lupa untuk bersyukur, dan harus bersabar untuk menghadapi banyak orang, karena menurutnya ada banyak orang pandai tapi tidak memiliki hati.

Pak Ali, seorang tukang tambal ban yang tidak pernah mengeluh akan takdir hidupnya. Beliau menjalani hidupnya dengan ikhlas. Pak Ali, tersenyum dengan bangga dan hati yang penuh sukacita. Meskipun dia mungkin hanya seorang tambal ban dan hidup seorang diri, dia menyadari bahwa tindakan sederhananya dapat memberikan harapan dan kebahagiaan kepada orang lain.

Ia terus melanjutkan pekerjaannya dengan semangat yang sama, menyentuh hati orang-orang dengan setiap ban yang diperbaikinya.
Keputusan Pak Ali untuk menerima pembayaran seikhlasnya adalah simbol bahwa kebaikan tidak harus diukur dengan uang.

Ia mengajarkan kepada kita bahwa ada nilai yang lebih besar dalam memberikan pertolongan kepada orang lain tanpa memandang status atau kemampuan finansial mereka.

Ia memberikan harapan kepada mereka yang sedang dalam kesulitan dan mengingatkan kita akan pentingnya saling peduli dan membantu di dunia ini. 

Kisah Pak Ali adalah pengingat bahwa di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, ada kebaikan yang bersinar di tepi jalan.

Keputusannya untuk menerima pembayaran seikhlasnya menunjukkan bahwa tidak ada batasan dalam hal memberikan kebaikan dan pertolongan kepada orang lain. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun