Mohon tunggu...
Jenri P. Hutasoit
Jenri P. Hutasoit Mohon Tunggu... Dosen - Lecturer in Agricultural Product Technology

e-mail: jenri.parlinggoman@uts.ac.id IG: Jenri.hutasoit

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Salah Satu Alternatif Pencegahan Pemanasan Global dan Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

21 Desember 2022   23:07 Diperbarui: 21 Desember 2022   23:24 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Jenri P. Hutasoit, S.TP., M.TP.

(Dosen Teknologi Hasil Pertanian UTS)

Indonesia merupakan salah satu negara pelopor inisiatif Koalisi Pangan dan Tata Guna Lahan (FOLU) bersama dengan Kolombia, Etiopia, Cina, India, Australia, negara-negara Nordik, dan Inggris. Folu adalah inisiatif global yang bekerja sama dengan berbagai mitra guna mentranformasi sistem pangan dan tata guna lahan dunia melalui penyusunan solusi berbasis sains dan aksi kolektif yang sangat ambisius.

Data laporan inventarisasi Gas Rumah Kaca (GRK) dan MRV 2020 Kementrian Lingkungan dan Kehutanan Republik Indonesia menyebutkan bahwa Forest and Other Land Uses (FOLU) merupakan sektor penyumbang gas rumah kaca terbanyak kedua setelah sektor energi yaitu sekitar 24% dari total emisi gas rumah kaca di Indonesia.  Sektor hutan dan lahan penyumbang total emisi CO2 dengan nilai 468425. GRK di Indonesia yang berasal dari sektor FOLU adalah deforestasi, degradasi, kebakaran hutan dan lahan gambut (karhutla), serta dekomposisi gambut. GRK merupakan faktor utama penyebab terjadinya perubahan iklim yang menyebabkan meningkatkan suhu di permukaan bumi. Apabila dibiarkan secara terus-menerus maka akan berdampak buruk bagi bumi itu sendiri.

Pengurangan emisi gas rumah kaca khususnya emisi CO2 sudah banyak dilakukan oleh negara-negara di dunia khususnya di Indonesia, namun teknologi dan pendekatan yang dilakukan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. sementara itu, ada teknologi yang lebih efektif dan rendah biaya yang memungkinkan kita menangkap sejumlah besar karbon (CO2) di udara: HUTAN. 

Hutan kerap disebut sebagai paru-paru dunia karena fungsinya sebagai salah satu penyerap emisi karbon. Menurut Persatuan Konservasi Alam Internasional (IUCN), hutan merupakan sumber sekaligus penyelamat masalah emisi karbon dunia. Menurut peneliti Houghton (2001) bahwa hutan dewasa mampu menyimpan karbon 50% dari total karbon yang terdapat di permukaan bumi, hal ini memungkinkan pengurangan terjadinya deforestasi sehingga mampu mengontrol GRK di atmosfer untuk mengurangi dampak dari pemanasan global.

Indonesia perlu mentransformasikan cara produksi dan konsumsi pangannya agar dapat mengatasi berbagai masalah tersebut serta menekan angka GRK di atmosfer sehingga pemanasan global dapat berangsur menurun. 

Salah satu tindakan yang dapat dilakukan untuk menekan kenaikan pemanasan global akibat GRK dari FOLU adalah dengan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK). Menurut UU No.41 Tahun 1999 hasil hutan bukan kayu (HHBK)  terdiri dari benda-benda hayati yang berasal dari flora dan fauna. Selain itu termasuk juga jasa air, udara, dan manfaat tidak langsung dari hutan. Hasil hutan bukan kayu (HHBK) menurut Permenhut No.35 Tahun 2007 adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunannya dan budidaya kecuali kayu yang berasal dari hutan.

HHBK telah lama menjadi komponen penting bagi kehidupan masyarakat khususnya masyarakat sekitar hutan. Sebagian besar penduduk menggantungkan hidupnya pada HHBK sebagai kebutuhan sampingan bahkan sebagai sumber pendapatan utama. HHBK saat ini belum dikelola secara optimal yang berakibat belum memberikan sumbangan pendapatan yang berarti pada pemenuhan keluarganya. 

Performa industri hutan hasil kayu ataupun pemanfaatan hasil hutan kayu masih menjadi menjadi fokus utama dalam perindustrian bidang kehutanan, jika dibiarkan hal ini terus menerus ditingkatkan maka semakin banyak lahan hutan yang akan derdegradasi dan menyebabkan pemanasan global akan terus meningkat karena semakin berkurangnya penyerap emisi gas rumah kaca khususnya CO2. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun