Sedari pagi mengulek mimpi yang hanya mimpi
Di dalam cobek batu penuh kenangan pedas
Bawang merah dan bawang putih
Mengumpan mata sedikit mengalir dalam bening
Atap sudah bocor
Kaki masih kotor
Menyapu lantai berbekas comberan dari selokan
Jemuran tak kunjung kering
Nasib tak jua berpaling
Untuk kami yang enggan berlari
Diluar hujan
Ada virus mencekam
Ada polisi menerjang
Di dalam...
Perut kelaparan
Pekerjaan tak mampu merentang
Bagaimana?
Sesuap nasi bisa dibagi bertiga?
Untuk aku, mertuaku yang rapuh
Dan anjing kecilku dengan ekor melambai sayu?
Ah..hutang ditetangga belum jua ditebus
Tinggal kalung pemberian almarhumÂ
Suami. Mati rasa saat bercerai.
Untuk dia yang bercincin permata
Harta lebih berguna dimasa ini
Logika bersuara lebih kuat dari cinta se
piring.
Lalu...
Ku ambil sajadah berdebu diujung lemari
Sujud memohon setelah sekian lama mencari teman
Azan magrib sayup terdengar
Menghibur hati yang kian mencari
"Tuhan...bagaimana?
Akan kuhadapi hari esok seperti sedia kala.
Saat putri kecilku belum terbingkai bersama lilin di meja.