Mohon tunggu...
jelita dachi
jelita dachi Mohon Tunggu... Mahasiswa

STT EKUMENE MEDAN Nias Selatan ×͜×

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Menghadapi Orang Toxic: Tetap Kuat Tanpa Pengaruh"

20 September 2025   08:29 Diperbarui: 20 September 2025   08:29 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto: orang toxic (sumber foto:dokpri/jelita)

pernah nggak kalian merasa lelah hanya karena bertemu atau berinteraksi dengan seseorang yang setiap perkataannya bikin hati panas? atau kalian punya teman, rekan kerja, bahkan keluarga yang seolah selalu membawa energi negatif suka mengkritik tanpa alasan, meremehkan pencapaian kita, bahkan memandang rendah apapun yang kita lakukan? kalau iya, besar kemungkinan kalian sedang berhadapan dengan orang toxic.

 mereka bisa muncul dimana saja, dan tanpa kita sadari, keberadaanya menguras tenaga, emosi, bahkan kepercayaan diri kita.Orang toxic biasanya punya satu pola yang sama: mereka senang menjatuhkan orang lain agar dirinya merasa lebih baik. Misalnya, saat kita cerita soal keberhasilan, mereka akan menanggapinya dengan sinis: "Ah, segitu doang bangga?" atau ketika kita sedang berusaha bangkit dari kegagalan, mereka justru bilang: "Dari dulu juga kamu emang nggak bisa." Kata-kata seperti itu, walau sekilas terdengar sepele, kalau terus-menerus kita dengar bisa membuat kita ragu terhadap diri sendiri.

Lalu, bagaimana cara menghadapi orang toxic tanpa ikut hanyut dalam racun yang mereka sebarkan? Pertama, kita perlu menyadari bahwa ucapan atau sikap mereka bukan cerminan diri kita, tapi lebih pada cerminan masalah yang ada dalam diri mereka sendiri. Orang yang selalu menyebar kebencian biasanya punya luka atau kekosongan dalam dirinya yang belum terselesaikan. Dengan menyadari hal itu, kita bisa lebih tenang dan tidak mudah terbawa emosi.

Kedua, penting banget untuk menjaga batasan. Jangan ragu buat bilang "stop" ketika ada kata-kata yang menurut kita sudah berlebihan. Kalau orang itu teman, kita bisa memilih untuk tidak terlalu sering bertemu. Kalau rekan kerja, kita bisa menjaga komunikasi sebatas profesional. Bahkan kalau itu keluarga, kita tetap berhak menjaga jarak sehat demi ketenangan batin. Ingat, mencintai diri sendiri itu bukan egois, tapi bentuk tanggung jawab terhadap kesehatan mental kita.

Ketiga, jangan biarkan kata-kata mereka menempel di hati. Kalau kita selalu mengulang-ulang perkataan toxic, lambat laun kita bisa percaya bahwa itu benar, padahal tidak. Maka, biasakan memberi afirmasi positif pada diri sendiri. Misalnya dengan berkata dalam hati, "Aku berharga, aku mampu, aku layak bahagia." Afirmasi sederhana ini membantu otak kita menepis racun yang mungkin sudah menempel tanpa sadar.

Selain itu, punya lingkungan positif juga sangat membantu. Carilah teman atau komunitas yang mendukung, yang bisa mengangkat kita ketika jatuh, dan ikut merayakan keberhasilan kita tanpa iri hati. Kehadiran orang-orang baik akan menjadi penyeimbang dari energi negatif yang kita terima. Mereka adalah pengingat bahwa dunia ini tidak hanya diisi oleh orang toxic, tapi juga banyak orang tulus yang siap mendukung.

Terakhir, jangan lupa untuk menguatkan diri dari dalam. Entah itu lewat hobi, meditasi, doa, olahraga, atau hal-hal yang membuat kita bahagia. Saat hati dan pikiran kita kuat, orang toxic tidak akan mudah menggoyahkan. Bahkan, lama-lama kita akan terbiasa dan tidak lagi terganggu.

Menghadapi orang toxic memang tidak mudah, apalagi kalau mereka adalah bagian dari hidup kita yang sulit dihindari. Namun, kita selalu punya pilihan: apakah mau terpengaruh oleh racun mereka, atau tetap melangkah dengan keyakinan diri. Jadi, jangan biarkan ucapan atau sikap orang toxic mengendalikan hidupmu. Tetaplah kuat, jaga diri, dan pilih untuk berfokus pada hal-hal yang benar-benar membuatmu bertumbuh. Karena pada akhirnya, kebahagiaanmu adalah tanggung jawabmu sendiri.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun