Mohon tunggu...
Herlambang Wibowo
Herlambang Wibowo Mohon Tunggu... wiraswasta -

rumit mit mit mit tim tim tim timur -umit mit mit mit tim tim tim timu- __mit mit mit mit tim tim tim tim__ confused between what is and ain't __mit mit mit mit tim tim tim tim__ -umit mit mit mit tim tim tim timu- rumit mit mit mit tim tim tim timur

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel

21 Agustus 2015   16:09 Diperbarui: 21 Agustus 2015   16:09 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 

Novel ini benar-benar membunuh waktu.

Hampir jam lima sore, artinya lima jam lebih buku ini memenjarakanku. Suami dan anak perempuanku, sebentar lagi datang, makanan dan minuman belum juga kupersiapkan. Aku pun lupa untuk memandikan Jeri.

Aku bahkan baru tahu, Jeri yang sedari tadi bermain sendiri, ternyata berhasil membuat rumah ini menjadi kapal pecah. Hal yang tentu saja membuat rasa sebalku semakin tebal. Jika saja ia mengerti atau pikirannya seperti orang dewasa, mungkin sudah kupukul atau kuusir saja dia. Tentu saja hanya sebagai peringatan, sama sekali bukan niatan untuk melakukan tindak KDRT. Terlebih, Jeri bukanlah anak yang terlahir dari rahimku. Apa kata orang jika aku memperlakukannya secara semena-mena?

Atas kelalaian ini, aku benar-benar akan mati konyol. Suamiku sudah pasti marah. Tapi aku siap dan sangat terbiasa menerima kata-katanya yang setajam silet, ucapannya yang tak putus-putus seperti penyiar radio. Atau tatapan matanya yang menggetarkan dan mampu menenggelamkanku dalam ketakutan.

Sekali pun demikian, aku bisa dikatakan beruntung, ia bukanlah tipe laki-laki yang gemar main tangan. Jadi, seperti kebanyakan istri-istri di kompleks ini yang gemar menyebutku ‘Jeng’, anggap saja angin lalu. Masuk telinga kiri, keluar telinga kanan. Toh, tidak setiap hari aku seperti ini.

Menjalani profesi sebagai ibu rumah tangga, memang harus pandai mengatur waktu. Dibilang santai, nyatanya jauh dari kesan santai. Bahkan tenagaku seringkali terkuras habis untuk urusan ini dan itu. Sebentar saja terlena, seperti inilah akibatnya.

Dibilang sibuk, apa yang sebenarnya kusibukkan? Sesibuk-sibuknya pekerjaan rumah tangga, tetap saja tak bisa dibilang sibuk. Apalagi dianggap pekerjaan seperti yang tercantum dalam KTP. Hanya eufimisme dari sebuah momok, pengangguran. Faktanya, memang tak ada penghasilan sama sekali. Pengeluaran, itu sih sudah pasti. Lalu, mengapa juga masih ngotot menyebutnya sebagai profesi atau pekerjaan?

Ahh! Semakin banyak meracau tak jelas, semakin sedikit juga waktu yang tersisa. Aku harus gerak cepat, syukur-syukur bisa membereskan smuanya. Jika pun tidak, usahaku ini telah mengurangi beberapa alasan untuk kemarahan suamiku. Artinya, tak banyak ocehan yang harus kutelan. Tak perlu waktu lama juga aku harus tertunduk menghindari matanya, sambil menjawab ya, ya dan ya! Ahh, mirip seperti dimarahi Pak Trisno, guru semasa SD yang galaknya minta ampun.

Astaga! Apa yang sebenarnya sudah ia lakukan? Ruang tamu, ruang tengah, dapur hingga kamar tidur, semua berantakan. Bahkan ia pipis dan membuang kotoran di atas karpet. Bukan hanya menyebalkan tapi menjijikan!

Sial, semua gara-gara novel ini. Novel ini bukan hanya membunuh waktu, tapi telah membunuh kesadaranku, bahkan membunuhku! Bagaimana mungkin aku tidak mendengar suara barang-barang yang berjatuhan, suara piring pecah dan suara-suara lainnya? Dan ohh! Sofa! Sofa yang baru saja dibeli dari hasil arisan kemarin! Ia menyayat-nyayatnya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun