Mohon tunggu...
Bionic HD
Bionic HD Mohon Tunggu... Tess

Pedulu baru Peduli

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pengembangan Karir

23 Maret 2013   11:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:22 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Membicarakan “Dunia kerja” tidak akan pernah habisnya. Apapun itu bentuk dunia kerjanya, pasti mebutuhkan jiwa-jiwa yang memiliki semangat tinggi, nilai juang dan pantang menyerah. Salah satu usaha penanaman semangat tersebut dilakukan dalam dunia pendidikan. Hampir seluruh lembaga pendidikan yang ada saat ini membimbing peserta didiknya untuk menjadi manusia yang siap guna dan bermutu.

Respon terhadap dunia kerja semakin gencar menjadi perhatian dunia pendidikan. Hal ini dapat kita lihat dengan semakin berkembangnya konseling sekolah di setiap institusi pendidikan. Konseling sekolah yang dahulunya dikenal sebagai bimbingan dan penyuluhan terhadap siswa-siswa bermasalah, kini telah terintegrasi untuk menggunakan pendekatan konseling karier. Hampir disebagian besar sekolah telah memanfaatkan konseling karier sebagai media penunjang kesiapan mental para siswa, terutama pelajar di sekolah lanjutan tingkat atas.

Perkembangan konseling karier disaat ini tentu tidak terlepas dari peran kurikulum 1975. Sehingga dapat katakan bahwa kurikulum 1975 memberi imbas terhadap keberhasilan pendidikan saat ini. Namun keberhasilan tersebut tidak merata hingga keseluruh institusi pendidikan di pelosok negeri ini. Hal ini dapat dikarenakan oleh kurangnya perhatian dari guru untuk memberikan gambaran karir bagi siswanya. Minimnya kualitas pendidik yang mengerti dalam mempersiapkan kesiapan karir para pelajar dapat dikarenakan kurangnya perhatian dan selektifitas pemerintah dalam membangun institusi pendidikan yang layak.

Contoh kecil dari kurangnya kepedulian pemerintah dalam hal pendidikan sekiranya telah tergambar dalam novel “Laskar Pelangi”. Berbeda halnya jika kita melirik kepada Negara yang lebih maju, sebut saja itu Amerika Sejak tahun 1898 tepatnya di kota Detroit, warga Amerika dapat berbangga karena jasa Jesse B. Davis yang mengabdikan dirinya sebagai konselor sekolah menengah. Dalam waktu sepuluh tahun, Davis membantu mengatasi masalah-masalah pendidikan, moral dan jabatan siswa. Hal yang serupa juga dilakukan oleh Eli Wever dan John Brewer. Selain itu, Frank Parsons juga menunjukkan kepeduliannya dengan mendirikan Vocational Bureau of Boston yang bertujuan untuk membantu individu (para pengangguran) agar mereka dapat mengenal atau memahami berbagai kekuatan dan kelemahannya, sehingga mereka dapat menemukan pekerjaan yang tepat. Bukan hanya sampai disitu, ditahun 1909 Persons mengeluarkan buku yang membahas tentang pemilihan jabatan.

Selain Amerika, kondisi Yunani pasca Perang Dunia membuat kondisi sosio-ekonomi Yunani terperosok. Pengangguran dan imigrasi membuat pertumbuhan penduduk lebih besar dibandingkan gerak pertumbuhan ekonomi. Namun hal ini tidak menyurutkan semangat pemerintah Yunani untuk menstabilkan kembali kondisinya. Pada tahun 1950, Pemerintah Yunani yang dimotori Departemen Tenaga Kerja dan Pendidikan memperkenalkan bimbingan karir guna menekan laju pertubuhan pengangguran di negeri itu.Selanjutnya, pada tahun 1953, bimbingan karir diperkenalkan di akademi keguruan sebagai bagian dari kurikulum guru Sekolah Dasar kedepannya.Keberhasilan dalam mengatasi persoalan karir mulai menampakkan titik terang terutama setelah berdirinya Organismos Apascholisis Ergatikou Dynamikou (OAED) yang mendapat topangan dari Departemen Tenaga Kerja dan pihak lainnya. Perjalanan Yunani memperkenalkan bimbingan karir dalam kurikulum pendidikan antara tahun 1950an dan 1960an, tidak berjalan mulus. Selanjutnya, Pedoman Pendidikan dan Karir (Sxolikos Epaggelmatikos Prosanatolilsmos) di tahun 1985 hanya melaksanakan bimbingan karir selama 3 tahun sekolah SMP dan 1 tahun dari SMA. Dan akhirnya program ini semakin membaik dengan munculnya Undang-Undang Reformasi Pendidikan 1997.

Amerika dan Yunani merupakan salah satu diantara beberapa Negara yang berhasil menangani persoalan karir melalui dukungan pemerintah dan pribadi-pribadi yang berjiwa pembangun. Pemerintah bertanggung jawab mencurahkan perhatian dan kepeduliannya terhadap permasalahan karir. Sudah saatnya pribadi-pribadi yang mengisi tampuk kekuasaan dalam lembaga pemerintah dipenuhi oleh mereka yang memiliki tujuan karir untuk memajukan karir bangsanya. Jika lembaga pemerintahan dianggap sebagai karir, maka tujuan pencapaiannya tentu menjadikan karir tersebut menjadi sesuatu yang dapat dirasakan oleh banyak orang. Ketika karir dijadikan lahan pencarian kekayaan materi, maka tidak diherankan jika terdapat berbagai kecurangan. Maka oleh sebab itu, para pekerja mesti bermental pekerja yang tidak curang dan berbudi pekerti.

Saat ini belum terlambat rasanya memberikan bimbingan/konseling karir bagi siswa. Namun demikian, bimbingan / konseling karir ini juga mesti berlandaskan nilai luhur serta budi pekerti yang baik. Meski saat ini mata pelajaran “Pendidikan Moral Pancasila” tidak dijumpai lagi dalam kurikulum pendidikan, akan tetepi semoga penyisipan nilai moral pancasila dapat selalu tertanam pada tiap siswa.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun