Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Body Shaming? Relevankah dengan Upaya Optimalisasi Layanan Bank?

7 Juni 2021   12:22 Diperbarui: 7 Juni 2021   14:56 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : jatengdaily.com

"Kesempurnaan itu adalah sesuatu kebohongan, tanpa mengupayakannya adalah sebuah kemunafikan" -JBS-

Selamat Siang Dunia,

Memulai sesuatu rutinitas di hari Senin pagi itu begitu ambyar dan juga menegangkan. Seakan masih dalam bayang-bayang santainya libur akhir pekan dengan suasana romantis, tak jarang sadis, beberapa fantastis, juga banyak kisah yang bombastis membuat tubuh dan pikiran ini seakan tak mau beranjak dengan repotnya hari Senin! Tetapi memulai minggu dengan kemudian bersikap kalah dengan awal hari Senin akan mempengaruhi mood sepanjang Minggu. 

Baik menghadapi urusan kantor, anak-anak di rumah bahkan pasangan maupun gebetan sepanjang satu minggu penuh. Demikian analisa dan pengalaman ala-ala JBS yang pernah sumringah tak jarang membuat resah. Sesuatu banget sepertinya yah...So, We do love MONDAY!

Udah cukup dan kembali ke topik. Sebenarnya jujur saja sebagai seorang buruh yang bekerja di bank dengan pengalaman operasional lebih 15 tahun dengan melihat, meresapi dan juga bagian dari korban "aturan main" bank yang dari ujung rambut sampai ujung jari kaki dilihat dan diatur sedemikian rupa sesuai standar penampilan bankir membuat tulisan ini dari awal akan tahu kesimpulannya akan menuju kemana. 

Diantara sebuah fenomena berikut permasalahan dengan "mindset" untuk direpotkan dengan pandangan atau keyakinan yang terkadang penuh "blocking". Setiap pribadi yang memang punya keunikan dan jiwa yang autentik diluar dari masalah kesehatan maka antara menjaga fisik tubuh dengan ketertarikannya sejatinya adalah sebuah keharusan bahkan ibadah. Begitu menurut pandangan ala-ala JBS.

Mari kita mulai perjalanannya...

Istilah skincare, diet, glowing, body goals, good looking, dan macam lainnya terkadang sangat memusingkan namun mau tidak mau sekelas pria kampung seperti saya wajib juga mengikuti atau sekedar mengetahuinya. Dan kemudian istilah tersebut juga akan diparelkan dengan alami, ahlak, batin, mulia, dan pelbagai kata lainnya yang seolah tanpa harus diperpanjang lebar adalah berlawanan dengan kata-kata dan upaya menciptakannya.

Lelah memang melihat manusia dengan tren atau upaya untuk tetap dilihat cantik, ganteng, atletis dan keren. Pada beberapa tahun belakangan di negeri ini bahkan dunia sekalipun yang menjadi kiblat tentang gaya hidup berikut kecantikan dan dunia per skincare-an dimana produk-produk kecantikan yang membanjiri pasar adalah berasal dari negeri ginseng Korea. 

Sejalan dengan tren masuknya musik berikut pula drakor alias drama korea yang menampilkan gaya, busana dan ciri khas wajah "glowing" mempesona tanpa pori (lalat pun bisa terpeleset), tubuh yang ramping dan aduhai menambah hati setiap orang menjadi terinspirasi dan memberi sensasi tersendiri.

sumber : iFunny.com
sumber : iFunny.com
Untuk pandangan ini dari dulu saya adalah termasuk orang yang berpendapat sama. Mengurus tubuh secara fisik, mengatur body mass index tetap ideal, memilih busana dengan berbelanja sendiri tanpa mendelegasi meski sudah berkeluarga adalah sebuah rutinitas yang sejak dahulu telah terbiasa. Bahkan untuk urusan fashion atau mode, bukanlah sesuatu yang baru paham setelah bekerja atau punya penghasilan atau gaji. 

Karena dari mulai mengecap pendidikan sekalipun, urusan duit bukanlah asing dan tergantung dari orang tua. Baik dari mengajar kursus atau memperoleh beasiswa yang mungkin membuat untuk kebutuhan ini menjadi diurus sendiri hingga saat ini. Tidak terkejut dengan tren yang ada karena sebelum jauh mengurusi orang lain sesungguhnya mengurus diri berikut tubuh baik jiwa, mental ataupun fisik untuk menjadi lebih baik adalah bukan gaya-gayaan saja tetapi adalah menyangkut karakter, tujuan dan membentuk pribadi. 

Sedikit berbeda, mengikuti tren gaya hidup termasuk per skincare-an dan produk turunan lainnya, maka tujuannya bukanlah untuk sebuah kata gelamor atau sensasi namun lebih kepada fungsi dan manfaat langsung ke diri sendiri. Hasilnya juga masih harap maklum karena jauh dari kata supermodel, ganteng, hebat, terkenal atau trendy. Orang biasa yang ingin berkarya secara totalitas dan sehat-sehat saja. Cukup!

"Selanjutnya kenapa repot-repot dan apa hubungannya dengan judul di atas Bray?" 

Tunggu dulu ternyata akses dan efek terhadap perkembangan gaya hidup khususnya upaya menjaga penampilan fisik lebih oke dan mempesona menimbulkan kegaduhan dengan istilah celaan fisik (body shaming). Sebuah tindakan mencemooh atau mengejek penampilan fisik seseorang. 

Cakupan celaan fisik sangat luas dan dapat mencakup celaan gemuk, celaan kurus, celaan tinggi badan, celaan rambut, warna rambut, bentuk tubuh, otot seseorang, atau kekurangannya, celaan penampilan (ciri wajah). 

Disadari atau tidak, sebagian orang kerap melakukan body shaming dan menganggapnya sebagai sebuah candaan atau basa-basi belaka dan sekedar mencairkan suasana. Pilihan antara blok penyanjung penampilan fisik vs blok penyanjung penampilan non fisik termetafora menjadi "Kaum Skincare Vs Kaum Dasteran"

sumber : Istockphoto
sumber : Istockphoto
Menyikapi antara pro dan kontra sejatinya adalah kedewasaan dan bukan digantungkan dengan pendapat yang kadang menyesatkan (menjadi bias) atau sebuah pembenaran atau hanya sebagai "playing victim". 

Apakah ini sebuah permainan dari upaya pasar yang menjual produk dan gaya hidup para pecinta tren fashion dan mode dimana lain pihak orang yang tidak mengikutinya masih dengan mempertahankan ke chubby-annya, aliran kedasteran, dan fokus pada kemuliaan jiwa tanpa memandang gaya atau fisik. Terserah saja dengan pendapat anda dan mau memihak kemana.

Bank Itu adalah Layanan Jasa...

Tapi anda sekarang bekerja di jasa layanan publik, dan namanya itu adalah karyawan bank. Penampilan adalah sebuah hal yang diatur bahkan sedikit mencubit "hak azasi" seseorang karyawan bank karena menjadi sebuah penilaian kinerja. 

Sampai hari ini front liner atau garda terdepan untuk menggambarkan kualitas bahkan terpotret menjadi keterwakilan dari sebuah gambaran utuh profesionalisme merek bank. 

Dan itu pertama sekali dilihat, diuji, dan dibuktikan dengan berinteraksi langsung dengan Customer Service Officer, Teller dan para Marketer Bank. 

Dan sebagai manusia yang terdiri dari tiga kemampuan sempurna oleh Neurolinguistik diuraikan dengan kemampuan mendengar (audiotory), kemampuan melihat (visuality), dan kemampuan merasakan (kinesthetic). 

Maka penilaian yang tertua adalah pada pandangan secara fisik. Sehingga dalam konsep layanan dengan istilah "first impression" itu adalah menjadi mutlak.

Bagaimana membuat kesan pertama atau 5 detik awal menjadi penentu? Jawaban sederhana adalah menjaga keindahan etalase bank yaitu para pekerja atau karyawan di garda depan layanan untuk menjaga penampilan fisiknya dengan baik dan cantik, lebih tepatnya menarik! 

Cantik memang tidak selalu berkorelasi dengan menarik, subyektivitas dengan kata cantik sesungguhnya khusus bagi nasabah atau calon nasabah kaum pria (disetiap level umur) sering terlalu didramatisir. 

Parameternya sederhana dengan kata cantik ini, artinya hampir 95% dengan deviasi 5% saja yang membias untuk mengatakan seorang lawan jenis itu tidak cantik secara fisik. 

Lagi-lagi berbicara kesan pertama atau 5 detik yang menggentingkan. Namun bila proses ini saja gagal (artikel ini juga tidak membahas proses berikutnya) bisa dipastikan layanan akan gagal dan jauh dari harapan optimal.

Bisnis jasa identik dengan memberi kenyataan yang lebih dari ekspektasi, membuat sesuatu berbeda dan menciptakan pengalaman baru dalam segala hal dan tidak melulu memenuhi kebutuhan dasar. 

Dengan perwakilan seorang karyawan yang menarik yang tak sekedar cantik maka optimalisasi akan semakin dekat terjadi. Berbahagialah terlahir dengan modal fisik yang mumpuni.

Adalah tugas dan kemudian melatih setiap etalase bank ini dengan selanjutnya pembentukan pribadi yang semakin menarik dengan program pendidikan kepribadian sehingga kata cantik menjadi menarik. Karena unsur utama pribadi yang mampu memiliki kemampuan "komunikasi" dengan baik kepada semua tingkatan nasabah menjadi terwujud.

Bagaimana dengan menjaga kata cantik dengan fisik yang tetap menarik? 

Yang ini justru adalah pekerjaan mudah. Beberapa masalah sering terjadi karena fisik yang cantik atau menarik kemudian menjadi penarik untuk direkrut. Diputuskan keliru di saat rekrutmen awal. Tidak adanya siasat dan tak terdeteksi tujuan tersembunyi para pelamar kerja atau calon karyawan berikut cara pandang awal yang membuat begitu banyak variabel yang bisa menjadi perdebatan tak kunjung usai bila hendak dikupas.

Pertama adalah menemukan yang menarik dengan batasan umur sesuai dengan risiko kerja yang bisa "terbatasi" dengan lingkup kerjaan tertentu. Maka salah satu mendapatkan yang cantik dan menarik itu dengan menjaga rentang usia calon karyawan. 

Demi sebuah etalase yang menarik tidak terlalu membuang banyak waktu hanya sekedar mencari lulusan atau tamatan ilmu hingga sarjana bahkan seorang master. 

Cukup integritas tinggi dengan anugerah wajah atau penampilan fisik yang menarik dengan syarat pendidikan lulusan terbaik SMA atau diploma saja. Karenanya bank juga berhitung dengan perkembangan usia produktif antara tuntutan karir dan menikah sehingga bisa mengikat lewat ikatan dinas waktu tertentu. 

Bahkan korelasi antara si cantik (yang baik hati) dan si pintar di era penuh kompetisi saat ini menjadi sesuatu yang wajar dan oleh semua calon angkatan kerja telah dipersiapkan dengan matang dan tersedia di pasar dunia kerja. Self assessment dan tes psikologi yang memadai adalah cara mudah membuktikannya.

Kedua adalah terkait karyawan kehilangan kesan menarik pasca menikah. Kembali ke awal bahwa sejatinya masalah cantik atau menarik adalah ideologi atau pandangan tersendiri dari seorang pribadi. Entah itu karyawan pria atau wanita pada umumnya seakan tenggelam dan jatuh pada titik nol untuk memelihara fisik yang menarik setelah menikah atau faktor termakan usia. Sesuatu yang alamiah memang namun tak seharusnya menjadi sebuah alasan untuk menjadi korban. Karena pada beberapa orang menjaga tubuh secara baik atau tetap berpenampilan baik bukanlah tergantung dimana dan apa profesinya. 

Sudah menjadi karakter dan jiwa. Dalam tahapan ini harusnya dihargai dan menjadi pembeda baik dalam hitungan penilaian kinerja bahkan dasar mempromosikan seseorang yang bertugas di layanan. Tunjangan khusus untuk menjaga penampilan tubuh para garda terdepan layanan itu wajib hukumnya berbeda dengan yang bukan di bidang tersebut. 

Sangat sepakat dengan istilah "cantik itu mahal" ada kemauan dan penuh pengorbanan dan kedisiplinan hidup. Dan setiap pengorbanan harusnya diberi penghargaan. Sebuah ganjaran bila memang tidak mau menjadi sebuah bully-an atau terhindar dari stigma Bank yang karyawannya terkena body shaming.

Dalam banyak pengalaman terjadinya body shaming dalam gurauan maupun kritikan termasuk menjadi "cara nakal" (menyediakan timbangan berat badan di ruangan penyelia) di internal karyawan tak jarang pula di lingkungan bisnis bank yang sejenis. Terlepas apakah kemudian akan membuktikan optimalisasi akan mengalami peningkatan langsung terhadap kinerja keuangan bank namun bagi saya secara pribadi lagi-lagi ini adalah menjadi personal branding yang akan memperkuat nama dan keunikan tersendiri sebuah bank. Semoga bermanfaat.

Medan, 7 Juni 2021

-Jesayas Budiman Surbakti-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun