Mohon tunggu...
JBS_surbakti
JBS_surbakti Mohon Tunggu... Akuntan - Penulis Ecek-Ecek dan Penikmat Hidup

Menulis Adalah Sebuah Esensi Dan Level Tertinggi Dari Sebuah Kompetensi - Untuk Segala Sesuatu Ada Masanya, Untuk Apapun Di Bawah Langit Ada Waktunya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Body Shaming? Relevankah dengan Upaya Optimalisasi Layanan Bank?

7 Juni 2021   12:22 Diperbarui: 7 Juni 2021   14:56 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan korelasi antara si cantik (yang baik hati) dan si pintar di era penuh kompetisi saat ini menjadi sesuatu yang wajar dan oleh semua calon angkatan kerja telah dipersiapkan dengan matang dan tersedia di pasar dunia kerja. Self assessment dan tes psikologi yang memadai adalah cara mudah membuktikannya.

Kedua adalah terkait karyawan kehilangan kesan menarik pasca menikah. Kembali ke awal bahwa sejatinya masalah cantik atau menarik adalah ideologi atau pandangan tersendiri dari seorang pribadi. Entah itu karyawan pria atau wanita pada umumnya seakan tenggelam dan jatuh pada titik nol untuk memelihara fisik yang menarik setelah menikah atau faktor termakan usia. Sesuatu yang alamiah memang namun tak seharusnya menjadi sebuah alasan untuk menjadi korban. Karena pada beberapa orang menjaga tubuh secara baik atau tetap berpenampilan baik bukanlah tergantung dimana dan apa profesinya. 

Sudah menjadi karakter dan jiwa. Dalam tahapan ini harusnya dihargai dan menjadi pembeda baik dalam hitungan penilaian kinerja bahkan dasar mempromosikan seseorang yang bertugas di layanan. Tunjangan khusus untuk menjaga penampilan tubuh para garda terdepan layanan itu wajib hukumnya berbeda dengan yang bukan di bidang tersebut. 

Sangat sepakat dengan istilah "cantik itu mahal" ada kemauan dan penuh pengorbanan dan kedisiplinan hidup. Dan setiap pengorbanan harusnya diberi penghargaan. Sebuah ganjaran bila memang tidak mau menjadi sebuah bully-an atau terhindar dari stigma Bank yang karyawannya terkena body shaming.

Dalam banyak pengalaman terjadinya body shaming dalam gurauan maupun kritikan termasuk menjadi "cara nakal" (menyediakan timbangan berat badan di ruangan penyelia) di internal karyawan tak jarang pula di lingkungan bisnis bank yang sejenis. Terlepas apakah kemudian akan membuktikan optimalisasi akan mengalami peningkatan langsung terhadap kinerja keuangan bank namun bagi saya secara pribadi lagi-lagi ini adalah menjadi personal branding yang akan memperkuat nama dan keunikan tersendiri sebuah bank. Semoga bermanfaat.

Medan, 7 Juni 2021

-Jesayas Budiman Surbakti-

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun