Mohon tunggu...
Jazzy Eka
Jazzy Eka Mohon Tunggu... Guru - Guru

Let's write the world

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tetap Waras dengan Membenahi Niat

23 Januari 2024   22:18 Diperbarui: 24 Januari 2024   06:49 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by rawpixel.com on Freepix

Manusia adalah makhluk sosial yang saling bergantung satu sama lain. Tentu saling berharap antar manusia tidak bisa dihindarkan. Orang tua berharap kepada anaknya. Begitupun seorang anak yang sangat berharap pada orang tuanya. Suami kepada istri, dan sebaliknya istri kepada suami. Murid kepada guru, dan tentu guru kepada murid. Menumpukan harapan antar relasi adalah suatu hal yang tidak bisa dihindari. Jangankan relasi erat seperti keluarga, bahkan relasi satu pekerjaan, komunitas, masyarakat bahkan bernegara pun, mempunyai pengharapannya sendiri.

Berharap pada manusia memang tidak ada salahnya. Tapi, tentu harus ada batasan. Jangan berlebihan berharap, bahwa manusia akan mengabulkan harapan-harapan kita. Manusia pada dasarnya makhluk lemah dan bodoh. Tanpa keagungan dan kebesaran Allah, ia tidak bisa mewujudkan keinginannya juga keinginan orang lain.

Oleh karena itu, ketika menjalani aktivitas habluminannaas, niatkan beribadah kepada Allah. Tumpukan harapan kepada Allah. Ketika beberapa orang bisa mewujudkan kita maka kita bersyukur, tapi jika orang-orang tidak bisa memenuhinya, maka kita ikhlas dan tidak sakit hati, karena niatnya memang untuk beribadah.

  • Takut dan ragu dalam mengambil keputusan

Berada dalam kebimbangan mengambil keputusan besar pasti pernah dilalui setiap orang. Keadaan yang menguji kita apakah bisa mengambil keputusan tepat untuk kebaikan kedepannya, sering menjadi saat-saat berat. Apalagi jika berhubungan dengan masa depan diri, atau berdampak berat pada orang-orang tercinta.

Menentukan pendidikan lanjutan, persoalan jodoh, memilih A atau B ketika dalam keadaan genting.
Banyak sekali fase terjepit dalam hidup ini. Terutama bagi orang-orang yang "kurang beruntung" dalam materi, keilmuan, keagamaan, bukan hal mudah mengambil keputusan akhir yang bisa menyelamatkan bukan hanya dirinya, tapi juga orang-orang disekitarnya.

Bahkan bagi beberapa orang dengan tingkat resistensi mental yang lemah, hal ini menjadi sesuatu yang menyebabkan depresi besar. Mereka menyimpan ketakutan sangat, ketika mengambil keputusan yang keliru. Mereka takut masa depannya hancur, mereka takut akan disalahkan orang lain, mereka takut gagal untuk kesekian kalinya.

Ya, itu, jika mereka lupa bahwa semua keputusan harus berakar dari satu niat, lillah. Itulah yang harus menjadi patokan dari setiap langkah. Pertimbangkan baik buruk dari berbagai sisi, dengan menggunakan kacamata lillah. Niscaya, jika hal itu dilakukan, tak ada keraguan untuk mengambil keputusan-keputusan berat, bahkan persoalan hidup dan mati sekalipun.

  • Berputus asa akan kegagalan

Salah satu hal yang sering menimpa manusia adalah kegagalan. Dalam perjalanan hidupnya, tentu sudah menjadi naluri, manusia ingin selalu meraih pencapaian yang hebat. Dalam materi, mempunyai tempat tinggal megah, kendaraan mewah dan uang yang melimpah adalah kehebatan tiada tara. Dalam pendidikan, mencapai gelar tinggi, menduduki jabatan mentereng, atau menerbitkan karya-karya yang bisa berpengaruh adalah impian. Bagi tubuh, memiliki fisik yang menarik, sehat dan enerjik adalah pencapaian luar biasa.

Hanya saja, terkadang ujian Allah datang dari arah yang tidak disangka-sangka. Apa yang kita impikan, alih-alih sesuai harapan, ternyata lebih banyak kegagalan yang didapat.

Berbisnis demi materi yang mencukupi, malah merugi tak terperi. Berniat sekolah tinggi, namun, karena satu dan lain hal, akhirnya harus menghadapi kenyataan pahit, terhenti di tengah jalan. Badan yang diharap bisa selalu fit, bugar dan kuat dalam menghadapi segala kesibukan, ternyata ditakdirkan mendapatkan ujian sakit yang tak ringan.

Andai menuruti hawa nafsu, ingin rasanya banyak berkeluh kesah dan menyerah. Namun, ketika kita mengingat kembali, untuk apa niat semua perjuangan itu, untuk kesombongan diri, untuk kebanggan keluarga, untuk kemewahan dunia, maka semua akan hangus dan tak berbekas. Tapi, ketika kita kembali, bahwa segala aktivitas yang kita lakukan, berakar dari lillah, maka segala kegagalan akan menajdikan kita semakin kuat akan keimanan.  Sehingga ketika kegagalan terus mendera, meskipun sakit, tidak akan menjadikan kita terpuruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun