Pada akhirnya, Murti yang berinisiatif mendatangi posisi Ratri. Sedangkan Widura dan Sogol yang mengetahui pergerakan dua temannya itu ikut mendekat. Mereka beranggapan kalau Ratri sepertinya menemukan jejak hewan buruan. Setelah sekian lama mencari dan tidak menemukan apa-apa, setidaknya ini bisa memberi sedikit kabar gembira.
"Kalian, coba lihatlah itu," ujar Ratri kepada yang lainnya setelah mendekat, sambil menunjuk ke arah jejak kaki manusia yang terlihat baru.
Mereka pun mengamati jejak-jejak itu. Sepertinya ada dua atau tiga pasang jejak.
"Yang aku temukan di situ juga sama," ucap Murti kemudian sambil menunjuk posisi dia berada sebelumnya.
Empat anak itu selanjutnya mendatangi arah yang ditunjuk Murti. Ternyata di situ juga ada jejak keberadaan manusia. Setelah ditelusuri agak jauh mereka menemukan pula bercak darah dan jejak seekor kelinci. Bila diamati kondisi jejak dan darah itu harusnya kejadiannya masih baru.
"Sepertinya orang-orang ini baru saja mendapat hewan buruan," ucap Widura mengajukan pemikirannya.
Yang lainnya mengangguk-angguk menunjukkan persetujuannya.
"Apa ini yang menyebabkan kita sekarang belum juga mendapat hewan buruan?" sambung Ratri.
"Sepertinya begitu," jawab Sogol. "Sepertinya kita ketinggalan acara, hehe."
Widura tiba-tiba teringat dengan informasi yang ia dengar saat berlatih di tempat Ki Jagabaya. Saat ini di desa-desa sekitaran sedang disantroni kawanan perampok. Mengingat perkataan Ratri sebelumnya bahwa wilayah hutan di perbukitan ini jarang didatangi orang, sepertinya ada kemungkinan gerombolan orang-orang ini adalah kawanan perampok yang sekarang sedang meresahkan. Kemungkinan besar kawanan inilah yang sekarang sedang diburu oleh para prajurit.
"Teman-teman, jangan-jangan sekumpulan orang-orang ini adalah kawanan perampok," bisik Widura.