Suasana pesta pembukaan pemandian Desa Turi Agung masih semarak. Warga dari desa lainnya di sekitar Turi Agung banyak yang meramaikan acara. Mereka bersenang-senang bersama keluarga atau bersama pasangannya. Pengunjung anak-anak bermain-main air, sedangkan yang lebih dewasa ada yang menemani anaknya bermain atau menikmati fasilitas yang disediakan pengelola.
Blok yang khusus disediakan untuk para penjual makanan, aksesoris, atau barang-barang lainnya pun masih ramai. Di salah satu lapak yang ditempati Ki Ratmoko, saat ini didatangi Ki Pratama. Dua pria yang masing-masing anaknya saling berteman ini bertemu untuk kali pertama. Keduanya duduk berhadapan, saling berbincang. Di sisi lainnya, Sogol dengan ditemani Wira melayani seorang pengunjung yang sedang memilih-milih barang yang ingin ia beli.
"Oh, jadi Kang Ratmoko berjualan pernak-pernik dari bambu dan kayu ini hanya pada waktu tertentu saja?"
"Benar, Kang Pratama. Kalau boleh dibilang, saya ini petani tapi punya sambilan pengerajin. Bila ada pesanan khusus dari orang, baru saya bikin. Bila ada keramaian seperti ini, baru saya ikut berjualan. Bila tidak ada pesanan, di waktu senggang saya membuat sesuatu yang umum dibutuhkan orang-orang, setelah terkumpul agak banyak baru saya jual."
Ki Pratama manggut-manggut mendengarkan cerita Ki Ratmoko dan kemudian bertanya, "Bagaimana dengan Sogol? Mulai kapan dia membuat ukir-ukiran?"
"Sebenarnya ia membantu saya sudah lama, Kang. Pada awalnya ia membantu membelah dan menganyam bambu saja. Lalu suatu saat ia mencoba membuat ukiran dari kayu dari alat seadanya. Ternyata kemampuannya bagus juga, lalu karena kelihatannya ia menyukai kegiatan ukir-mengukir, maka saya belikan beberapa alat untuknya. Dan begitulah, sejak itu benda yang bisa saya jual sekarang bukan hanya perkakas dari bambu saja, tapi ada tambahan pernik-pernik dari kayu yang diukir."
Ki Pratama lagi-lagi manggut-manggut sebelum berkata, "Hasil ukiran Sogol termasuk bagus untuk seorang anak yang baru mencoba mengukir. Bagaimana menurut Kang Ratmoko?"
"Saya kira juga begitu, Kang Pratama. Setelah saya bandingkan dengan benda-benda ukiran kayu yang lain, buatan Sogol termasuk halus pengerjaannya."
"Jika saya memesan gagang pisau buatan Sogol apakah bisa, Kang Ratmoko? Jumlahnya nggak usah terlalu banyak yang penting hasilnya bagus. Saya yakin orang-orang pengoleksi senjata akan suka dengan buatan dia."
Ki Ratmoko yang pada dasarnya awam dengan apa yang diucapkan Ki Pratama menampakkan raut muka kaget dan heran. Setelah dipikir-pikir, mungkin ini sebabnya Ki Pratama tertarik ingin menemui dirinya.
Demikianlah percakapan itu berlanjut membicarakan hal-hal lain yang lebih detail. Hari ini selain pembeli yang ramai, acara pesta yang diadakan Desa Turi Agung ini ternyata mendatangkan berkah lain bagi Ki Ratmoko. Setelah mendapat kabar gembira dari ayahnya, Sogol menjadi bahagia. Dengan didapatkannya pesanan dari Ki Pratama, hasil pekerjaan tangannya berarti dihargai oleh orang lain.