Mohon tunggu...
Jarang Makan
Jarang Makan Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis content untuk bidang manajemen dan fiksi.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Mengarungi Waktu

5 April 2024   15:45 Diperbarui: 5 April 2024   15:56 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Melintasi lautan waktu tak bertepi,
Kita berlayar dengan hati yang berbunga,
Menyusuri arus yang penuh arti,
Menuju pulau damai di ujung sana.
 
Di atas geladak impian kita melaju,
Melewati cobaan, melintasi ragu,
Dalam diri terpatri tekad yang teguh,
Mengarungi lautan, tak gentar sedu.

Pemandangan berganti, dunia berputar,
Namun cinta dan kebijaksanaan tak pudar,
Di pelabuhan hati, kita bersandar,
Menyatu dengan keindahan yang terus berpendar.
 
Lautan waktu mengajarkan makna hidup.
Di setiap hela napas, di setiap jantung berdegup.
Perjalanan bukan tentang akhir dan tujuan.
Namun tentang jejak yang kita tinggalkan.
 
Lautan waktu hanya menjanjikan ketidakpastian.
Kita berlayar dengan penuh keberanian.
Mengukir sejarah dan kenangan.
Dalam perjalanan sejati, menuju keabadian.
~
20
Romansa Taman Sore Hari

Di taman yang hening, saat matahari akan menghilang,
Warna langit merah jingga, menciptakan suasana yang damai dan tenang.
Angin sepoi-sepoi berhembus, membawa aroma bunga-bunga yang sedang mekar,
Membuat hati ini merasa hangat, seperti rasa cinta yang tak pernah tawar.
 
Kita berjalan bersama, di bawah dedaunan yang rindang,
Tertawa dan berbagi cerita, sambil menikmati merdu kutilang yang berdendang.
Desah nafasmu di dekatku, membuatku merasa begitu nyaman,
Seperti burung yang berdiam di sarang, merasa damai dan aman.
 
Cahaya matahari yang tersisa, memantulkan sinar di matamu yang indah,
Seperti kelip pemukiman di kaki gunung, mempesona menghapus gundah.
Gurat-gurat senyumanmu yang selalu berhasil memaniskan hatiku,
Membuatku merasa beruntung, bisa berbagi momen ini bersamamu.
 
Saat matahari terbenam, dan langit mulai berubah menjadi biru tua,
Aku melihat ke matamu dan berbisik, "Aku mencintaimu, selalu dan selamanya".
Di taman ini, di bawah langit yang indah, aku merasa begitu berbahagia,
Karena aku tahu, di situ ada ruang hati, dan aku ada di dalamnya.

Baca juga: Gila Jabatan

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun