Mohon tunggu...
Jannoko Prewira Chandralukita
Jannoko Prewira Chandralukita Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja lepas

Pelajar sepanjang masa, penulis dan pencatat sejarah

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kolaborasi Sinergis Erick-Ahok Bersih-Bersih Borok BUMN

9 Desember 2021   10:20 Diperbarui: 9 Desember 2021   16:59 858
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Ilustrasi: Dok. Kementerian BUMN

Pasti banyak kalangan yang penasaran dan bertanya-tanya, mungkinkah seorang Erick Thohir bisa "sepaham" dan "berkongsi" dengan seorang Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Lantas jika memang ada dan berjalan sebuah relasi "kesepahaman" antar keduanya, bakal berapa lama bertahan jika melihat gaya atau karakter keduanya yang boleh dibilang sangat berbeda? Semuanya terjawab pada awal Desember ini, ketika media ramai-ramai memberitakan soal respon bernuansa positif dan apresiatif Menteri BUMN Erick Thohir terhadap upaya Komisaris Utama PT. Pertamina (Persero) Basuki Tjahaja Purnama "membersihkan borok-borok" di sekujur tubuh perusahaan-perusahaan pelat merah, termasuk Pertamina yang diawasinya.

Memang belum sepenuhnya terbukti hipotesa bahwa kerja sama, sinergi atau kolaborasi keduanya dijamin langgeng dan permanen ke depannya, namun paling tidak hingga setahun ini terlihat harmonisasi keduanya sesuai jabatan dan kapasitas profesional terus terjalin. Karakter verbal Ahok yang identik dengan aristokrat bertipe blak-blakan, to the point bahkan kerap hantam kromo dinilai bakal mampu menjalankan fungsi pengawasan manajemen di tubuh perusahaan minyak dan energi pelat merah tersebut. Sementara Erick Thohir yang berlatar belakang pengusaha lebih berkarakter tenang dan santun namun memiliki banyak terobosan, keberanian, ketegasan dan inovasi untuk mereformasi badan-badan usaha negara yang sebagian besar sedang "sakit" manajerialnya.

Langkah Menteri BUMN Erick Thohir untuk mengangkat Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok sebagai Komisaris Utama PT. Pertamina (Persero) pada akhir November 2019 silam, bisa dibilang sebuah keputusan tepat. Kolaborasi keduanya dalam upaya melakukan reformasi atau transformasi sistem pengawasan manajemen di tubuh BUMN-BUMN supaya lebih akuntabel dan transparan, mulai terasa efektif dalam beberapa waktu terakhir.

Sejak menjabat sebagai komisaris utama PT. Pertamina (Persero), boleh dibilang cukup banyak gebrakan yang telah digulirkan Ahok - tentu dengan signature khasnya - mulai dari soal transparansi bisnis, penghapusan kartu kredit berlimit super besar, hingga mengkritik soal utang dan gaji para petinggi Pertamina. Tak pelak, gaya evaluasi a la Ahok itu memantik rasa penasaran banyak kalangan, apakah "gempa" yang disentakkannya bakal sejalan dengan karakter mengalir seorang Erick Thohir, yang juga digadang-gadang secepatnya mereformasi perusahaan-perusahaan negara yang kerap dianggap berkinerja seadanya selama ini. Dan dalam beberapa waktu belakangan, pertanyaan yang menggayuti benak publik itu pun terjawab.

Momentum yang dianggap bakal meretakkan sinergi keduanya bermula dari viralnya video kegeraman Ahok terhadap manajemen Pertamina (Tempo, 18 September 2021) yang tayang di akun Youtube Politik Indonesia (Poin) pada 14 September 2021. Dalam video itu, Ahok mengorek-ngorek kebobrokan tata kelola Pertamina dan mengaku kesal pada jajaran direksi Pertamina yang membahas utang untuk eksplorasi kilang minyak. Dalam video yang sama, Ahok meminta pemerintah membubarkan Kementerian BUMN dan menggantinya super holding atau yang disebutnya sebagai Indonesia Incorporation, sebagaimana yang dilakukan pemerintah Singapura dengan Temasek.

Pascaviralnya video itu, pada medio September 2021, Erick dan Ahok melakukan pertemuan dalam kerangka klarifikasi terkait video tersebut. Menurut staf khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga, dalam pertemuan itu Erick dan Ahok saling bertukar pikiran demi kebaikan pengelolaan Pertamina. Dan Arya pun menyebutkan bahwa pemikiran keduanya bisa disatukan, karena memang Ahok ditugaskan Erick untuk melakukan pengawasan dan transformasi di tubuh Pertamina. Dalam bahasa penyimpulan Arya sebagaiman dikutip dari berbagai media, "masukan diterima, bagus banget. Ini bagian dari transformasi di Pertamina, bagaimana membuat transparan, atau juga misal ada proyek yang belum dilaksanakan juga ya didorong. Untuk memantau proyek strategis. Jadi, bukan teguran, tapi ingin tahu ada apa di Pertamina". Gempa, untuk sementara, mereda.

Pada momen selanjutnya, apresiasi terhadap kinerja Erick Thohir pun datang dari Ahok. Mengutip dari Republika (25 Oktober 2021), Ahok menyatakan salut dan mendukung penuh langkah Erick melakukan transformasi bisnis dan sekaligus juga sumber daya manusia sebagai salah satu pondasi utama memperbaiki kinerja BUMN. Hal itu menurut Ahok menjadi selaras dengan Pertamina, yang disebutnya juga memiliki sejumlah langkah strategis dalam transformasi pada sektor bisnis. Ahok menyebut keselarasan upaya transformasi dari Menteri BUMN dan Pertamina akan semakin mendorong Pertamina menjadi perusahaan energi berkelas dunia dengan mengedepankan prinsip good corporate governance atau tata kelola perusahaan yang baik.

Ndilalah, "gempa" kembali terjadi ketika Ahok bersuara kenceng terkait borok-borok BUMN di akun Youtube-nya "Panggil Saya BTP" pada akhir November 2021. Dalam video itu, Ahok menyebutkan banyak kontrak bisnis BUMN yang justru merugikan perusahaan-perusahaan plat merah itu sendiri. Kasarannya, banyak "borok" di tubuh badan-badan usaha milik pemerintah di bawah Erick Thohir. Bahkan di dalam tubuh Pertamina sendiri juga disebut Ahok banyak berlangsung praktik bisnis "tak sehat" itu. Dalam bahasa a la Ahok yang cukup kritis adalah "banyak kontrak di BUMN yang merugikan BUMN, termasuk di Pertamina. Itu yang saya marah, ini lagi kita koreksi. Kenapa kontrak-kontrak ini menguntungkan pihak lain?".

Pernyataan mantan Gubernur DKI Jakarta itu sontak kembali memantik perdebatan di ranah publik. Kali ini, Arya Sinulingga sedikit berbeda tanggapan. Reaksinya lebih bergaya negasi dan penuh sindiran, yang cenderung "pedas" dengan mengatakan "jangan sampai komisaris utama berasa seperti direktur utama. Harus tahu batasan-batasannya". Pro kontra pun mengiringi, yang banyak kemudian terasa seperti polemik antara Stafsus Menteri "rasa" Menteri  versus Komut "rasa" Presdir.

Namun menarik mengetahui respon Erick terhadap "kritik pedas" itu. Alih-alih terseret dalam drama polemik, Erick justru memperlihatkan kenegarawanannya dengan mengapresiasi dan berterima kasih pada Ahok dalam sebuah konferensi pers, dan bahkan meminta Ahok untuk melakukan review atau pemeriksaan yang lebih dalam terhadap indikasi praktik-praktik itu, termasuk di Pertamina sendiri. Dari sisi ini, sekaligus menunjukkan bahwa Erick adalah seorang pengusaha sekaligus aristokrat cerdas yang tidak tipis kuping terhadap kritik terhadap kinerjanya. Dus pada saat bersamaan, memperlihatkan bahwa kepemimpinan Erick membenahi BUMN (yang memang secara rahasia umum memiliki banyak anak dan cucu perusahaan "tidak jelas") sudah jauh lebih cepat dan efektif.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun