Mohon tunggu...
Jannatul khairiah
Jannatul khairiah Mohon Tunggu... Mahasiswi Institut Agama Islam An-Nadwah Kuala Tungkal

Hobi saya membaca dan menggambar

Selanjutnya

Tutup

Financial

Pembiayaan Syariah: Pilar Etis dalam Sistem Keuangan Islam

22 April 2025   18:55 Diperbarui: 22 April 2025   18:55 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pilar Etis Dalam Keuangan Islam

Dalam dunia keuangan modern yang semakin kompleks, pembiayaan syariah hadir sebagai alternatif yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika dan spiritualitas Islam. Sistem ini tidak hanya bertujuan untuk meraih keuntungan finansial, tetapi juga memastikan adanya keadilan, transparansi, dan keberkahan dalam setiap transaksi. Pembiayaan syariah menjadi solusi bagi masyarakat Muslim yang ingin terlibat dalam aktivitas ekonomi tanpa terjebak dalam praktik riba dan spekulasi.

Pembiayaan syariah berakar dari prinsip-prinsip hukum Islam yang melarang riba (bunga), gharar (ketidakjelasan), dan maysir (perjudian). Dengan demikian, sistem ini dirancang untuk memberikan alternatif pembiayaan yang tidak eksploitatif dan berorientasi pada kesejahteraan bersama. Tidak hanya sebatas sistem keuangan, pembiayaan syariah juga berperan sebagai instrumen pemberdayaan ekonomi umat.

Menurut para ahli seperti M. Syafi'i Antonio dan Muhammad Usmani, pembiayaan syariah menekankan pada prinsip keadilan dan bagi hasil. Dalam praktiknya, pembiayaan ini tidak hanya menawarkan solusi finansial, tetapi juga menjadi sarana meningkatkan inklusi keuangan, terutama bagi kelompok masyarakat yang belum tersentuh oleh layanan perbankan konvensional.

Pembiayaan syariah memiliki tujuan mulia: menciptakan sistem ekonomi yang adil, mengedepankan kemaslahatan, dan membangun ekonomi berbasis nilai-nilai spiritual. Sistem ini membuka akses keuangan untuk sektor mikro dan UMKM, yang selama ini seringkali dipinggirkan oleh bank konvensional karena faktor risiko.

Manfaat dari pembiayaan syariah tidak hanya dirasakan oleh pelaku usaha, tetapi juga berdampak pada pembangunan sosial. Melalui model pembiayaan yang adil, masyarakat kecil dapat mengembangkan usaha mereka tanpa terjerat utang dengan bunga tinggi. Ini menjadi salah satu cara untuk mengatasi ketimpangan ekonomi secara struktural.

Prinsip-prinsip dasar pembiayaan syariah meliputi keadilan (al-'adl), kemaslahatan, dan penghindaran unsur-unsur haram dalam transaksi. Semua akad yang dilakukan harus transparan, tidak merugikan salah satu pihak, dan memberikan manfaat secara nyata. Tujuannya adalah menjaga keberlangsungan sistem keuangan yang sehat dan sesuai dengan syariat.

Jenis-jenis pembiayaan syariah sangat beragam dan fleksibel. Akad murabahah (jual beli dengan margin keuntungan) menjadi bentuk pembiayaan paling populer, terutama karena kesederhanaan mekanismenya. Dalam akad ini, bank membeli barang yang dibutuhkan nasabah dan menjualnya dengan margin keuntungan yang disepakati.

Selain murabahah, terdapat juga akad mudharabah dan musyarakah yang berbasis bagi hasil. Mudharabah memungkinkan kerjasama antara pemilik modal dan pengelola usaha, sedangkan musyarakah merupakan bentuk kemitraan di mana kedua belah pihak menyertakan modal. Keduanya mencerminkan semangat kolaboratif dan adil dalam pembiayaan.

Akad ijarah dan IMBT (Ijarah Muntahiya Bittamlik) juga menjadi pilihan pembiayaan yang populer. Dalam akad ini, barang disewakan kepada nasabah dalam jangka waktu tertentu, dan pada akhirnya bisa menjadi milik nasabah melalui proses jual beli atau hibah. Sistem ini memungkinkan kepemilikan bertahap atas aset produktif.

Pembiayaan salam dan istishna sangat sesuai untuk sektor pertanian dan industri. Salam memberikan dana di muka untuk pembelian produk yang akan diserahkan di kemudian hari, sementara istishna digunakan dalam pembiayaan proyek atau manufaktur. Dua akad ini mendukung produktivitas dengan cara yang halal dan adil.

Qardh atau pinjaman tanpa bunga juga menjadi bagian dari pembiayaan syariah. Tujuannya bukan mencari keuntungan, melainkan membantu masyarakat yang membutuhkan dana dalam kondisi darurat. Nilai tolong-menolong menjadi ciri khas dari akad ini.

Ketika dibandingkan dengan sistem pembiayaan konvensional, pembiayaan syariah menonjol dalam hal kemitraan dan prinsip keadilan. Jika bank konvensional menekankan bunga tetap yang harus dibayar, bank syariah menawarkan mekanisme bagi hasil sesuai dengan realitas usaha yang dijalankan.

Pendapatan dalam sistem syariah diperoleh melalui margin, bagi hasil, atau sewa, bukan bunga. Ini membuat sistem keuangan Islam lebih dinamis dan etis, serta tidak menekan nasabah ketika mereka mengalami kerugian usaha.

Sistem syariah juga menawarkan pengawasan lebih ketat melalui Dewan Pengawas Syariah (DPS), yang memastikan setiap transaksi mematuhi prinsip-prinsip Islam. Ini menjadi keunggulan sekaligus tantangan dalam pengembangan produk keuangan syariah yang kompetitif dan inovatif.

Dalam hal risiko, sistem syariah menerapkan konsep berbagi risiko antara lembaga keuangan dan nasabah. Ini berbeda dengan sistem konvensional yang melemparkan seluruh risiko kepada peminjam. Konsep ini memberikan rasa keadilan dan menghindarkan nasabah dari tekanan ekonomi berlebihan.

Keberlanjutan ekonomi menjadi fokus utama dalam pembiayaan syariah. Karena menghindari riba dan spekulasi, sistem ini mendorong pertumbuhan yang lebih stabil dan berkualitas. Aktivitas ekonomi menjadi lebih produktif dan bertanggung jawab terhadap sosial dan lingkungan.

Salah satu tantangan utama pembiayaan syariah adalah kurangnya literasi masyarakat terhadap produk dan prinsip syariah. Oleh karena itu, edukasi dan sosialisasi menjadi hal penting yang harus terus dilakukan oleh lembaga keuangan syariah, akademisi, dan pemerintah.

Inovasi produk menjadi langkah strategis untuk meningkatkan daya saing lembaga keuangan syariah. Hal ini mencakup digitalisasi layanan, pengembangan teknologi keuangan syariah (fintech), dan penciptaan akad-akad baru yang sesuai kebutuhan zaman tanpa keluar dari koridor syariat.

Secara keseluruhan, pembiayaan syariah adalah sistem yang holistik, menyentuh aspek ekonomi, sosial, dan spiritual. Ia menjadi pilar penting dalam membangun peradaban ekonomi yang adil, inklusif, dan berkelanjutan.

Dengan memadukan nilai-nilai etika dan profesionalisme, pembiayaan syariah siap menjadi kekuatan utama dalam mewujudkan keuangan yang lebih manusiawi. Di tengah tantangan global, sistem ini menawarkan solusi yang membumi dan memberdayakan masyarakat secara luas.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun