Mohon tunggu...
Ahmad J Yusri
Ahmad J Yusri Mohon Tunggu... Penerjemah - Mahasiswa Fisika UIN Malang

Mahasiswa Biofisika Succesfulness is only result from mature preparation

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menjadi Seorang Azhari (Part 3)

5 Agustus 2020   17:17 Diperbarui: 5 Agustus 2020   17:28 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : literasinusantara.com

"Sebenernya mamah dapet uang sebanyak ini dari mana ??Padahal bapak kemarin sakit , sekarang pun belum bisa kerja berat-berat?!"

Setelah kejadian yang ia lewati terlebih ucapan penguji yang menyayat hati , nampaknya Irfan mulai berpikir untuk mengubur impiannya dalam-dalam.

Dua minggu setelah itu , kelas tiga aliyah merayakan wisuda . Setiap santri akhir diwajibkan mengisi angket atau surat permohonan yang akan diajukan pada Mudir (pimpinan pondok).

Di dalam angketnya, Irfan menulis lima cita-cita besarnya setelah lulus pondok . Disitu tertulis bahwa "Ingin melanjutkan ke Al-Azhar University" dan juga " Pesantren Krapyak Jogja" , dua poin ini yang ia tonjolkan .

Takdir berkata lain , saat pembacaan Angket pada wisuda .Ternyata Irfan diamanahkan untuk mengabdi terlebih dahulu  . Ia akan mengabdi di suatu pondok di pelosok pedalaman sumatra selatan.

"Mungkin ini sudah jalannya , aku sadar kalau bapak baru sembuh dari sakit sehingga ekonomi tidak memadai " Gumamnya dalam hati . Irfan setuju mengabdi di sana. Dengan niat baru , ia akan curahkan kemampuannya untuk berkontribusibaik keilmuan dan pengalaman.

Irfan dan tiga teman lainnya berangkat menuju Palembang .Disana mereka terbagi lagi di dua tempat;Irfan dan Hafsoh di pelosok desa serta Diana dan rohman di tempat yang agak ramai.  Dalam suasana baru ,ia mulai  beradaptasi dengan kebiasaan setempat .

Sekolah tempat ia mengabdi belum selesai pembangunannya sehingga dengan sukarela ia harus membantu pihak sekolah .Sekolah itu juga berada sangat jauh dari perkotaan , dikelilingi oleh kebun juga hutan terkadang Irfan dan guru-guru lainnya harus terjaga dimalam hari demi menjaga keamanan sekolah . Kerap kali ada saja hewan liar masuk ke pekarangan baik itu monyet , anjing atau babi liar .

Saat itu bulan juli , dan disana sedang maraknya panen Durian . Irfan diajak oleh Bang Rustam (salah satu guru )dan kawannya untuk mencari durian di tengah malam . Perlu pendengaran yang jeli dan mata yang awas saat di kebun Durian . Irfan merasa takut , tapi ia lebih takut ada babi liar ketimbang melihat hantu.

"Gedebuggggg"

"Suara apa  itu bang " tanya Irfan

"Nah itu durian fan , ayo kita ambil " sergah bang Rustam

Durian akhirnya terkumpul banyak dan cukup untuk makan besar .Malam itu juga Irfan , Bang Rustam serta kawan-kawannya menikmati hasil buruannya . Tak lupa ditemani dengan seteko kopi hitam khas Sumatra . Malam itu adalah malam yang berkesan baginya.

Seminggu sudah Irfan menetap di bumi rantau .Tak terasa pengumuman hasil seleksi ke timur tengah telah keluar . Ia mencoba membuka situs web tersebut . Matanya menerawang dan terbelalak setelah tau namanya muncul dibarisan peserta yang lulus seleksi . Ia sempat senang , kendati demikian ia berpikir dua kali akan ekonomi keluarganya . Ia melewatkan begitu saja tanpa banyak omong ke orang-orang.

"tuuuut " Hp Irfan bergetar ada panggilan masuk . Sontak ia terkejut karena yang menelponnya itu adalah Pak Kyai Mulyana . Langsung ia angkat telponnya.

"Assalamualaikum fan , alhamdulillah kamu lulus dan orang tua kamu barusan menghadap Mudir dan menyampaikan bahwa mereka siap membiayai kamu belajar di Al-Azhar"

Dengan muka agak panik ia membalas " Wa'alaikumsalam Mudir ,Tapi Irfan masih mengabdi Mudir"

"Irfan tenang aja , masalah pengabdian biarlah mudir yang mengurus! ,yang penting besok kamu pamit dan langsung pulang ke rumah " Dengan nada lembut mudir meneruskan.

"Iya Mudir " Jawab Irfan takzim.

Irfan menghadap kepala sekolah tempat ia mengabdi sekaligus berpamitan dengan warga sekolah yang baru ia kenal dalam waktu seminggu. Kepala sekolah dengan berat hati mengizinkannya untuk pulang . Demikian pula rekan sepengabdiannya yaitu Hafsoh . Ia tak kuasa menangis melepas kepergian Irfan . Mau tak mau Hafsoh berjuang dan mengabdi sendiri di sekolah baru itu.

Barang-barang sudah diangkut , ia beranjak ke terminal bis sore hari. Sayangnya ia tak mendapati bis yang kosong . Semua armada bis sudah penuh . Irfan terus berfikir dan ia memutuskan untuk bernegosiasi dengan sopir bis .

"Pak ,tolong izinkan saya naik  bis ini ya pak , sudah gak ada bis lagi sekarang pak tolong " Pinta Irfan dengan penuh harap.

"Ya sudah naik , tapi kamu duduk disana ya !" Tunjuk Pak Supir ke arah bangku darurat yang tidak punya sandaran.

"Terimakasih pak " Ucap Irfan.

Bis berangkat , Irfan bersyukur bisa diizinkan naik.  Bis pun melaju menyusuri rimbunnya hutan sumatra sesekali ia melewati hutan karet atau hutan sawit. Dibalik perjalanan itu Irfan tak bisa seenaknya istirahat menikmati pemandangan layaknya penumpang lain , bagaimana tidak bangku yang ia duduki tak punya sandaran sehingga ia harus sigap bila bis rem mendadak . Jika ia tidak sigap pastilah ia terpental kedepan maupun terbentur kursi penumpang lain . Belum lagi jika ia ngantuk , ia bisa terjungkal kebelakang .

Di posisi tersebut Irfan menyadari dan merenung  betapa kerasnya hidup dan sulitnya meraih sebuah cita-cita. Ia jadi lebih menghargai perjuangan orangtua yang telah membesarkannya.

15 jam berlalu ,Irfan bergegas ke pondok untuk daftar ulang .

"Ayo cepetan fan , pendaftaran ditutup malam ini !" Ucap  Jayadi mengingatkan.

"Iya jay " . Irfan langsung menuju kantor guru untuk meminjam komputer . Kali ini ia menghadapi cobaan lagi. Setelah diklik berkali kali , situs web tak mau terbuka karena sinyal yang lambat dan bermasalah . Akhirnya Irfan berniat pulang kerumahnya di Tangerang supaya dibantu kakaknya.

Jam dinding dirumahnya menunjukan sepuluh malam , Irfan baru saja datang . Ia langsung meminta bantuan kakaknya . Karena dirumahnya tak ada Wi-fi , kakaknya mengajak ke KFC lantaran menyediakan Wi-fi gratis  . Barulah disaat genting tersebut , sinyal internet berhasil didapat dan pendaftaran ulang berhasil dilalui.

.......................................

Daftar ulang sudah dilakukan , tapi Irfan masih bertanya-tanya dalam hatinya  " Apakah biaya sudah ada" Pikirnya . Hal itu langsung ia sampaikan pada orang tuanya.

"Irfan sekarang gak usah cemas lagi , Alhamdulilah mamah dan bapak ada rejeki buat kamu !" Ujar mamah seusai ditanya perihal biaya.

"Sebenernya mamah dapet uang sebanyak ini dari mana ??Padahal bapak kemarin sakit , sekarang pun belum bisa kerja berat-berat?!! " Tanya Irfan penuh keheranan.

"Alhamdulillah fan , sewaktu bapak masih sakit , tiba-tiba ada orang pesan dua ratus sarung  , itu mungkin sudah jadi rejeki kamu fan "

"Tapi keuntungan jualan sarung gak bisa nutupin biaya keberangkatan Irfan mah ??!" Tanya Irfan masih bingung.

"Iya , sekali lagi alhamdulillah fan , keluarga ibu yang ada di jawa siap patungan untuk kamu berangkat ke Mesir "

Irfan terdiam sejenak , ia nampak berkaca-kaca mendengar semua ini  . "Terus minta doanya ya mah , Doakan terus anakmu ini " Ucap Irfan sambil memeluk ibunya.

Keesokkan harinya , Ustad Muzammil mengundang Irfan dan teman-temannya yang lulus datang ke pondok. Beliau menyarankan mereka agar mengikuti bimbingan persiapan calon mahasiswa mesir bernama At-Tadris. At-Tadris sendiri adalah lembaga pendidikan milik Ustad Reza yang pernah datang ke pondok.

Selama sebulan lebih mereka dibimbing dilembaga tersebut mulai dari cara beradaptasi dengan orang mesir , cara hidup , cara berbahasa , pendalaman materi dan sebagainya . Mereka juga berkenalan dengan teman-teman baru . Dari sanalah meraka mendapatkan arti kebersamaan, keikhlasan dan tentunya perjuangan.

Selanjutnya mereka diperbolehkan untuk pulang sembari menunggu tanggal keberangkatan , Disitulah Irfan memanfaatkan kesempatan untuk menambah biaya keberangkatan. Dengan bantuan Kakaknya , Irfan membuat proposal dan membagikannya ke instansi serta lembaga yang mumpuni juga ke beberapa dermawan. Salah satunya ke pemerintahan ,sayangnya nasib tak berpihak padanya. Irfan mendapat penolakan  proposal.

Dari sekian proposal tentu ada saja orang-orang bertangan mulia yang mau menolong . Irfan menggunakan uang sumbangan itu kebutuhan saat di Mesir nanti. "Berkahilah rejeki mereka Ya Rabb" Ucap Irfan dalam hati.

Tiga bulan sudah hasil seleksi diumumkan ,Irfan terlihat gembira karena tanggal keberangkatan sudah keluar . Kini Irfan dan teman-temannya siap-siap briefing keberangkan di At-Tadris . Mereka juga menyempatkan diri mereka untuk silaturahmi ke rumah dewan guru .Nasehat dan doa dari para guru mereka pinta sebelum berangkat .

Keberangkatan tinggal dua hari lagi . Irfan segera pulang dari At-tadris untuk bersiap-siap dirumah . Seperti biasa , ia naik kereta menuju rumahnya . Stasiun nampak ramai dan berdesakan , Irfan tak menyadari ada kejanggalan di keramaian tersebut . Yang ada dipikirannya hanyalah pulang kerumah secepatnya dan bersiap-siap .

Turun dari kereta , irfan merogoh kantong celananya juga baju yang ia kenakan . "Duh Gawat" ujarnya .  Irfan baru tersadar bahwa Hp-nya telah raib dari kantong . Ia bingung karena segala informasi ada di Hp-nya yang lama . Hatinya hancur dan badannya seketika lemas tak berdaya .Mau tak mau dia mengabari orangtuanya.

"kok bisa hilang nak , ????!!! " tanya ibunya yang sedang menyapu rumah.

"Maaf mah , tadi Irfan terlalu buru-buru" Jawabnya malu.

 Beruntung orangtua Irfan paham dengan keadaan anaknya . Esoknya tanpa sepetahuan Irfan , ibu langsung mencari pinjaman untuk membeli Hp barunya. Tapi tak diduga , ada saja orang dermawan yang mau memberikan rejekinya untuk membeli Hp . Ibu sangat bersyukur hari itu.

Akhirnya hari keberangkatan datang juga , selepas sholat shubuh Irfan beserta keluarga pergi kepondok untuk menghadiri acara pelepasan oleh Pak Kyai . Sambutan dan ucapan selamat menyertai pelepasan mereka . Juga salam perpisahan dari para sahabat dan handai taulan.

"Semangat akhi Irfan " seruan dari santri putri maupun putra tatkala ia lewat . Irfan membalasnya dengan senyum takzim dan hormat.

Di titik keberangkatan yakni di Bandara , segala doa bercampur harapan juga keharuan tumpah disana . Terlebih Irfan , ia menangis terisak-isak memeluk kedua orantuanya .

"Jaga kesehatannya ya Fan " Ucap Ibu dan Bapak dengan mata sembab  , nampak tanda-tanda kerutan diwajah mereka menandakan usia yang makin menua.

"Iya , tolong doakan anakmu ini selalu ya pak , ya mak , semoga mamah bapak selalu diberkahi  Allah dan diberi umur panjang " Sahut Irfan sesekali sesenggukan menangis .

Kini  cita-citanya menjadi seorang Azhari atau mahasiswa Al-Azhar sudah didepan mata .Melihat perjuangannya yang begitu panjang dan cita-citanya yang begitu tinggi diawan . Irfan tak dapat berkata apapun selain lantunan syukur pada sang Maha Kuasa , guru-guru , juga pondok dan lembaga yang telah membimbing dan menyokongnya sejauh ini.

Diatas pesawat , ia menulis sebuah catatan dibukunya " Saya sungguh merasakan bagaimana campur tangan Allah terhadap hambanya, sayapun makin percaya semakin kita berjuang maka semakin besar jalan terbuka lebar " 

"Walladzina Jaahaduu fiina lanahdiyannahum subulana" 

img-20200805-wa0006-5f2a895c097f366e126019f3.jpg
img-20200805-wa0006-5f2a895c097f366e126019f3.jpg

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun