Mohon tunggu...
Ahmad J Yusri
Ahmad J Yusri Mohon Tunggu... Penerjemah - Mahasiswa Fisika UIN Malang

Mahasiswa Biofisika Succesfulness is only result from mature preparation

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menjadi Seorang Azhari (Part 3)

5 Agustus 2020   17:17 Diperbarui: 5 Agustus 2020   17:28 142
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber : literasinusantara.com

"Gedebuggggg"

"Suara apa  itu bang " tanya Irfan

"Nah itu durian fan , ayo kita ambil " sergah bang Rustam

Durian akhirnya terkumpul banyak dan cukup untuk makan besar .Malam itu juga Irfan , Bang Rustam serta kawan-kawannya menikmati hasil buruannya . Tak lupa ditemani dengan seteko kopi hitam khas Sumatra . Malam itu adalah malam yang berkesan baginya.

Seminggu sudah Irfan menetap di bumi rantau .Tak terasa pengumuman hasil seleksi ke timur tengah telah keluar . Ia mencoba membuka situs web tersebut . Matanya menerawang dan terbelalak setelah tau namanya muncul dibarisan peserta yang lulus seleksi . Ia sempat senang , kendati demikian ia berpikir dua kali akan ekonomi keluarganya . Ia melewatkan begitu saja tanpa banyak omong ke orang-orang.

"tuuuut " Hp Irfan bergetar ada panggilan masuk . Sontak ia terkejut karena yang menelponnya itu adalah Pak Kyai Mulyana . Langsung ia angkat telponnya.

"Assalamualaikum fan , alhamdulillah kamu lulus dan orang tua kamu barusan menghadap Mudir dan menyampaikan bahwa mereka siap membiayai kamu belajar di Al-Azhar"

Dengan muka agak panik ia membalas " Wa'alaikumsalam Mudir ,Tapi Irfan masih mengabdi Mudir"

"Irfan tenang aja , masalah pengabdian biarlah mudir yang mengurus! ,yang penting besok kamu pamit dan langsung pulang ke rumah " Dengan nada lembut mudir meneruskan.

"Iya Mudir " Jawab Irfan takzim.

Irfan menghadap kepala sekolah tempat ia mengabdi sekaligus berpamitan dengan warga sekolah yang baru ia kenal dalam waktu seminggu. Kepala sekolah dengan berat hati mengizinkannya untuk pulang . Demikian pula rekan sepengabdiannya yaitu Hafsoh . Ia tak kuasa menangis melepas kepergian Irfan . Mau tak mau Hafsoh berjuang dan mengabdi sendiri di sekolah baru itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun