Mohon tunggu...
Jandris_Sky
Jandris_Sky Mohon Tunggu... Kompasianer Terpopuler 2024

"Menggapai Angan di Tengah Badai"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sudah Kerja Keras Tapi Tetap Susah: Apa Yang Salah?

16 September 2025   05:00 Diperbarui: 16 September 2025   01:14 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Walau kerja keras, rasanya hasil selalu kalah sama kebutuhan. (Sumber foto: Jandris_Sky)

Sudah Kerja Keras Tapi Tetap Susah, Keluar dari Lingkaran Kemiskinan?

Pernah nggak sih kamu merasa udah kerja keras banting tulang setiap hari, tapi ujung-ujungnya tetap saja uang habis buat bayar kebutuhan pokok? 

Rasanya gaji cuma numpang lewat: masuk rekening hari ini, besok sudah keluar semua buat bayar kontrakan, listrik, sekolah anak, belanja dapur, cicilan, sampai bensin. 

Hidup terasa kayak muter-muter di tempat. Itulah yang sering disebut orang dengan istilah lingkaran kemiskinan.

Nah, pertanyaannya, kenapa bisa begitu? Bukankah kerja keras seharusnya bikin hidup lebih baik? 

Kenyataannya, banyak orang yang kerja dari pagi sampai malam, tapi tetap merasa susah keluar dari kondisi serba pas-pasan. 

Mari kita coba bahas dengan santai, siapa tahu bisa jadi bahan refleksi bareng-bareng.

Kerja Keras vs. Kerja Cerdas

Kerja keras itu penting, tapi ternyata nggak selalu cukup. 

Banyak orang yang sudah mengeluarkan tenaga habis-habisan, tapi hasilnya tidak sepadan. 

Kenapa? Karena ada faktor lain yang ikut bermain: kerja cerdas.

Contohnya, bayangkan ada orang yang kerja angkat-angkat barang di pasar dari subuh sampai sore. 

Tenaganya terkuras habis, tapi penghasilannya terbatas karena sistem kerjanya harian. 

Sementara itu, ada orang yang mungkin kerjanya di depan laptop, jam kerjanya lebih fleksibel, tapi penghasilannya lebih besar karena ada nilai tambah dari keterampilan yang dimilikinya. 

Bukan berarti yang satu lebih baik dari yang lain, tapi ini soal bagaimana tenaga dan waktu dihargai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun