Ngomongin soal jejak karbon, banyak yang mikir itu urusan besar seperti pabrik, kendaraan, atau industri raksasa. Padahal, kebiasaan kecil kita sehari-hari juga berkontribusi.
Misalnya, saat kita membuang bohlam lampu LED sembarangan, proses pengelolaan sampah di TPA tetap menghasilkan gas metana yang berkontribusi pada pemanasan global.Â
Belum lagi kalau bahan berbahayanya bocor ke tanah dan mencemari air, bisa merusak rantai ekosistem dalam jangka panjang.
Dengan mendaur ulang, kita ikut menghemat energi, menekan penggunaan bahan baku baru, dan meminimalkan emisi. Jadi, sekecil apa pun langkah kita, tetap punya dampak.
Tantangan Recycling di Indonesia
Sayangnya, fasilitas recycling untuk limbah elektronik termasuk lampu LED masih terbatas di Indonesia.Â
Di beberapa kota besar mungkin sudah ada bank sampah atau komunitas hijau yang menerima limbah B3.Â
Tapi di daerah, kesadaran masyarakat dan akses fasilitasnya masih minim.
Artinya, perlu banget ada kerja sama antara pemerintah, swasta, dan masyarakat.Â
Pemerintah bisa menyediakan regulasi dan fasilitas pengumpulan, sementara masyarakat bisa berperan aktif memilah dan mendaur ulang.Â
Dan tentu saja, edukasi tentang bahaya limbah lampu dan manfaat recycling harus terus digencarkan.
Menyulap Limbah Jadi Berkah
Pada akhirnya, recycling lampu LED capsule bukan cuma soal mengurangi sampah, tapi juga tentang mengubah pola pikir.Â
Dari yang tadinya buang-buang, jadi memanfaatkan. Dari yang awalnya mencemari, jadi bermanfaat.