Mohon tunggu...
Jandris_Sky
Jandris_Sky Mohon Tunggu... Kompasianer Terpopuler 2024

"Menggapai Angan di Tengah Badai"

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Buruh Vs Robot? Isu Ketenagakerjaan di Era AI Warnai May Day 2025

1 Mei 2025   02:58 Diperbarui: 1 Mei 2025   02:58 254
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Konteks evolusi pegas kompresi dalam robotika: dulu, sekarang, dan masa depan.  (sumber foto: Acxess Spring/pinterest)

"Masa depan bukan untuk ditakuti, melainkan untuk disiapkan bersama"

May Day 2025 tidak hanya menjadi momentum reflektif bagi perjuangan buruh dalam memperjuangkan hak-hak normatif seperti upah layak, jaminan sosial, dan lingkungan kerja yang manusiawi. 

Tahun ini, peringatan Hari Buruh Internasional diramaikan dengan isu yang lebih kompleks: kecemasan massal terhadap otomatisasi dan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang perlahan mulai menggantikan peran manusia dalam dunia kerja.  

"Buruh vs Robot" bukan lagi sekadar tema futuristik, melainkan kenyataan yang mulai dihadapi para pekerja di berbagai sektor.

Dalam beberapa tahun terakhir, revolusi industri 4.0 dan akselerasi transformasi digital mendorong banyak perusahaan untuk berinvestasi dalam teknologi otomatisasi. 

Mesin-mesin pintar, robot industri, dan algoritma AI kini mampu menyelesaikan berbagai pekerjaan secara lebih cepat, efisien, dan konsisten dibanding tenaga kerja manusia. 

Di sisi lain, tren ini menimbulkan keresahan, terutama bagi para buruh di sektor manufaktur, logistik, bahkan layanan pelanggan yang paling terdampak oleh penggantian tenaga kerja manusia dengan sistem otomatis.

Aksi-aksi May Day 2025 di berbagai kota besar, seperti Jakarta, Surabaya, Bandung, dan Medan, menyuarakan keprihatinan terhadap kebijakan ketenagakerjaan yang dinilai belum cukup adaptif menghadapi dampak revolusi digital. 

Para buruh menuntut adanya jaminan pelatihan ulang (reskilling), perlindungan pekerjaan (job security), serta regulasi ketat atas penggunaan AI di sektor industri. 

Kami bukan anti-teknologi, tapi kami menuntut agar teknologi tidak menjadi alasan untuk menyingkirkan manusia dari pekerjaannya.

Tak dapat dimungkiri, kemajuan teknologi memang membawa manfaat besar bagi efisiensi produksi dan daya saing industri. 

Namun, perlu dicermati bahwa pergeseran peran manusia dalam proses produksi bisa memperlebar jurang ketimpangan sosial jika tidak diimbangi dengan kebijakan transisi yang adil (just transition). 

Tanpa pendekatan yang inklusif, otomatisasi justru berpotensi meningkatkan angka pengangguran, memperbesar beban ekonomi keluarga kelas pekerja, dan memperburuk ketimpangan antarwilayah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun