Mohon tunggu...
Jajang Munandar
Jajang Munandar Mohon Tunggu... Guru - Pengajara di SMPN Satu Atap Parungbanteng 1 dan SMA PGRI 1 Purwakarta

ikuti kata hati itu jawabnnya semangat dan terus mencoba

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Geliat Pendidikan di Ujung Perbatasan

21 Januari 2021   14:25 Diperbarui: 21 Januari 2021   14:35 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikna merupakan kewajiban bagi seluruh warga indonesia di kota maupun di perkamampungan merupakan merubah pengetahuan yang lebih baik, salah satunya di daerah ujung batas kota supaya tingkat perekonomian dan pemahaman berubah menjadi lebih baik lagi, meskipun kebanyakan di daerah perkampungan berpikir apa sih keuntungan sekolah? Menghamburkan biaya saja, dan kebnyakan orang tua menyuruh anak-anaknya baik bekerja dari pada sekolah.

Ini kisah para pengajar di ujung batas kota yang mengabdi untuk mencerdaskan generasi penerus di ujung perbatasan antar kabupaten purwakrta dan kabupaten cianjur, ada bebrapa orang berpikir bahawa menjadi guru itu sangat enak menyenakan dan mendapatkan gajih yang besar, tetapi realitanya sebalikanya jika meraka tau pengorbanan seorang pengajar seperti apa?

Sering kali saya dan rekan berpikir beginilah sebuah perjalan menjadi pengajajar di ujung perbatasan, dikala hujan kita harus melewati danau jatiluhur dan di kala musim kemarau melewati bendungan cirata, ada kala suka dukanya hujan panas tetap kita harus berangkat karena merupakan sebuah tugas dan pekerjaan yang kita pilih, cerita para pengajar tanggal 20 februarai 2020 di saat baru memasuki musim penghujan mersa bingung karena pasti perjalan jalan darat menujun sekolah sagatlah susah karena jalan penuh dengan lumpur serta mlewati jembatan yang sudah rapuh, salah satu guru (Unandar) sebelum berangkat berbicara “Masih di cerita mengisi amat UUD'45 semangatku dan kawan-kawan Demi menjeput "Indonesia Emas" Walau suka ada banyak rasa digelanggang tempat kami berjuang ini akan kami tempuh demi kewajiban dan kepuasan tersendiri buat kami” setelah dia berbicar seperti itu serasa semngat saya dan rekan-rekan menjadi bertambah, meskipun di ssat perjalana pemberangkatan banyak mengalami motor trabel salah satunya motor mati, terjatuh dari motor adakalanya baju kotor pas sampai sekolah tidak mengurangi semangat kami.

Tetapi setalah kita sampai di sekolah rasa yang tadinya penat di perjalan menjadi hilang setelah kita melihat siswa yang antusias mau belajar ke sekolah meskipun dengan jarak rumah siswa ke sekolah sekitar 2 km perjalanan dengan di tempuh jalan kaki, jiwa kita sebagai pengajar terpanggil siswa semangat kita menjadi lebih semangat, sedikir cerita tetapi ada bebrapa orang tua siswa yang datang dan sering bercerita kepada kami “pa saya bingung anak saya mau jadi apa sekolah nantinya juga bakalan jadi petani dan buruh mending kerja aja dapat penghasilan” kami sebagai pengajar memberikan penejelasan kepada orang tua tersebut bahawa belajar itu penting sebagai bekal untuk masa depan dan terus meotovasi orang tua siswa untuk menyekolahkan anakanya,

Alhamdulilah sampai saat ini setelah kita sebagai pendidik menjelaskan pentingnya belajar para orangtua dan warga di ujung asa desa parung banteng jadi merasa tau pentingnya belajar seperti apa dan pentingnya pengetahuan. Ya pengajar merupakan seseorang yang mempunyai jiwa pantang menyerah untuk mengambdikan ilmunya kepada siswa supay lebih baik lagi, pengajar merupakan pahlawan tanpa tanda jasa.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun