Mohon tunggu...
Robert Setiadji
Robert Setiadji Mohon Tunggu... Penulis - Warung Om KOMPA dan Tante SIANA Cari Kawan Kolaborasi

Email : Om KOMPA Tante SIANA warung.kata2x@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bisikan dari dasar Empang Kuburan Sentiong

15 September 2020   20:18 Diperbarui: 15 September 2020   20:31 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ridwan teman bermain aku setiap hari dari pagi-pagi hingga sore.
Aku dan Ridwan sering main layangan dari atas bukit gundukan kuburan Sentiong, dan juga main perosotan dari atas turun kebawah.
Suatu pagi ibu Ridwan nangis-nangis dan teriak-teriak...Ridwan...Ridwan...
Aku didalam rumah dan langsung ingin keluar...tapi di halangi oleh Mami...dan berkata : jangan lihat.. jangan lihat...
Tapi samar-samar aku mendengar orang-orang bergunjing berkata : Itu Ridwan lehernya kena tusuk besi pagar tralis dan tembus hingga kebawah kuping, saat panjat pagar tralis terpeleset ...mau ambil layangannya.
Kemudian nyawa Ridwan tidak tertolong dan tewas ditempat.

Melihat kejadian itu, langsung Mami minta pindah rumah.
Mami berkata kepada Papi kalau kawasan rumah itu angker.
Mulai dari Poly, Didik Dan Roby sering di hantui mimpi didatangi mirip Prajurit Tentara Dinasti Ming dan beberapa kali tidurnya dipindah ke kuburan Sentiong hingga Roy yang kecebur hampir tewas tenggelam di Empang tapi tertolong Selamat.
Akhirnya ada yang tewas yaitu Ridwan...itu artinya kuburan Sentiong itu angker dan minta tumbal atau minta korban nyawa...

Ajari Berenang Agar Tak Tenggelam...dan selalu ingat nasehat Mami.

Besok nya Mami minta pulang ke Surabaya dan mengatakan tidak akan ke Jakarta lagi kalau Papi tidak pindah dari rumah angker depan kuburan Sentiong itu.
Benar memang Mami tidak bisa ke Jakarta lagi karena tak lama setelah itu Mami meninggal Dunia.

Tahun 1976 aku ke Jakarta lagi bersama kakak-kakak ku untuk berlibur.
Waktu itu usaha Papi sudah maju dan sudah pindah rumah ke Jl. Cipayung 1 No. 1, Kebayoran Baru.
Dan berkantor di salah satu ruang di lantai dasar Hotel Borobudur lapangan Banteng.
Setiap hari aku dan kakak-kakak ku main ke hotel tersebut dan paling sering adalah berenang.
Dan aku diajari berenang oleh Didik hingga bisa, agar tidak tenggelam lagi.

Mungkin Didik merasa bersalah karena sebabkan aku tenggelam di Empang karena belum bisa berenang.
Dan tentunya Didik selalu ingat nasehat Mami yang terakhir saat di Jakarta yaitu Jangan lengah dan selalu membantu, menjaga dan melindungi Roy.

Benar, ketika aku kuliah di Jakarta yang mengantarkan untuk daftar dan mondar-mandir adalah Didik.
Dan uruskan KTP Jakarta agar mudah memperoleh pekerjaan adalah Didik juga.
Hingga membantu uruskan surat-surat saat aku menikah juga Didik.
Bahkan saat aku menikah yang menjadi Wali nya di Catatan Sipil adalah Didik juga, karena Papi sudah meninggal saat itu.
Rupanya Didik tidak lupa dan selalu ingat nasehat Mami yang terakhir itu.

Hingga suatu hari Didik bersepeda sore-sore, yang mungkin terlalu bersemangat dan jatuh karena Stroke dan kemudian koma hingga meninggal dunia.

Didik wafat 15 September 1995, tepat 3 bulan sebelum Hari Ulang Tahunnya di tanggal 15 Desember di usia 41 tahun.
Meninggal diusia yang terbilang muda bagi seorang ayah yang meninggal kan 1 istri Ran dan 4  orang anak :  Rere, Cit, Ay dan Ajar (bukan nama sebenarnya).

50 tahun kemudian dari saat kejadian tenggelam di Empang...

Pada tahun 2019 lalu sebelum PSBB atau lock down karena wabah Covid-19 dimana Bioskop masih buka.
Aku dan istri nonton film Mandarin Clasic Kolosal, tentang peperangan di Jaman Dinasti Ming.
Saat pulang setelah nonton film, aku menyetir mobil sambil melamun dan ingat kembali cerita film tadi.
Ada adegan bila seorang Jendral atau Pejabat yang tewas karena kalah pertempuran.
Akan dikubur bersama semua istri dan selir juga anak-anak nya serta pegawai dan prajurit-prajurit pengawal setianya berikut kuda-kuda nya.
Semua dikubur dalam satu lobang, oleh karena itu Makam kuburannya harus besar sekali dan tampak seperti bukit gundukan yang ditutup dengan Batu Nisan yang besar sekali.
Aku jadi ingat dengan kuburan Sentiong yang besar dan mimpi-mimpi Prajurit Tentara Berkuda Tiongkok Jaman Dinanti Ming yang kerap datang menghantui mimpi Poly, Didik dan Roby ternyata ada hubungannya.
Ada kemungkinan yang dikubur adalah Jendral Panglima perang beserta seluruh keluarga nya juga seluruh pegawai dan prajurit-prajurit pengawal setianya berikut kuda-kuda nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun