Mohon tunggu...
Jagat Alit
Jagat Alit Mohon Tunggu... Novelis - Konten Kreator

Mantan Super Hero. Sekarang, Pangsiun. Semoga Berkah Amin

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Randu Nyali

29 Juli 2022   15:01 Diperbarui: 29 Juli 2022   15:07 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Tarrraaatat... blaaaarrrr!"

"Huuuwwwhh... woossshh!"

Suara petir di langit berbaur dengan suara deru angin membawa air hujan seperti dicurahkan saja dari langit. Alam seakan murka, sehingga langit yang semula berwarna biru berseri dielus oleh sinar Sang Surya menjadi gelap gulita dan menyeramkan.

Suara petir dan suara angin seperti suara lolongan makhluk liar dari neraka saja.

Alam gelap gulita, tidak sedikit pun terlihat apa pun di depan jarak pandang normal, hanya sesekali terlihat pemandangan terang diselimuti bayangan hitam karena cahaya petir muncul membelah langit.

"Prrrttt... perrt... blaaarrrrrr...!"


Bayangan hitam yang bergerak liar, seperti tangan dan kaki raksasa menari dilatari hujan dan petir.

Sesatwaan tidak ada yang muncul, semua bersembunyi di sarang menghindari dingin dan suara geletar menakutkan. Hanya tetumbuhan dan pepohonan yang ikut menari liar membuat suasana siang pekat semakin menggiriskan.

"Wroooshhh... Whooooasssshhh!"

Saling bergesekan, saling bergemerisik dan menimbulkan suara desis keresekan dan bergemeretak tanpa memperdulikan sosok mungil yang bergerak perlahan karena siuman dari pingsannya.

"Blaaarrrrrrt...!"

Sosok mungil yang bergerak-gerak itu ternyata seorang bocah lelaki yang sebagian pakaian yang dipakainya hancur koyak-moyak. Ada bekas hitam, ketika cahaya petir menyinari tempatnya tergolek di atas rumput gajah tepat di bawah pohon Randu raksasa di pinggir Kedung Srengenge.

Bagaimana bisa, bocah mungil malang itu berada di bawah pohon Randu dalam siraman hujan dan tikaman petir?

Sendiri terperangkap dalam amukan badai di siang hari bolong?

Marilah kita mundur ke beberapa hari yang lalu!

*

Balung Pati semula terkejut ketika tiba-tiba muncul tiga orang bertopeng mencegat laju kereta kuda yang ia kendalikan dengan cara licik yaitu melukai salah satu kuda penarik keretanya. Untung saja ia berhasil mengendalikan kuda yang terluka sebelum akhirnya satu kuda itu mati karena salah satu pengeroyoknya menyusuli dengan mengayunkan goloknya membelah perut kuda itu. Sehingga kuda itu menggelepar kesakitan kemudian terbanting mati. Mengakibatkan kereta melaju tanpa kendali dan berhenti karena menabrak batu.

"Ieeegghhh... ieeeegghhh... druuk... druukkk... brukk!"

Satu kuda mati, satu lagi ketakutan dan membedal pergi dengan memutuskan tali kekang kuda.

"Ieeegghh... trat... tas... drap... drap!"

Tidak berhenti di begitu saja ternyata, tiga pengeroyok bertopeng ternyata datang bersama tujuh orang lagi kambratnya sehingga genap sepuluh orang. 

Balung Pati segera meloncat dari atas kuda sambil mencabut pedang panjang yang menggantung di punggungnya.

"Hiaaaaa... sraatt!"

Jatuh tanpa suara dengan kuda-kuda kaki yang kuat dan sikap waspada.

Tanpa suara, mereka segera menyerang Balung Pati. Tidak memberi kesempatan dan tanpa penjelasan. Bergerak cepat mengepung Balung Pati yang masih terkejut oleh kemunculan sepuluh orang yang tanpa suara mengeroyoknya. Hanya salah satu dari mereka yang bertubuh tinggi kurus, mengangkat tangan kanannya memberikan perintah rupanya.

"Hiaat... hiat... singgg!"

Tiga cahaya pedang dari arah depan segera mengurungnya dalam gunakan tikaman dan cecaran hujan pedang.

"Hiaaaa... wuutt...!"

Tanpa kompromi lagi, Balung Pati memutar pedangnya melakukan perlawanan. Ia meloncat menyongsong hujan pedang itu dengan memutar pedang dalam lingkaran penuh seperti payung saja. Akibatnya...

"Trang... tranggg... tranggg!"

Serangan pertama dari ketiga mengeroyoknya berhasil dirangkulnya dengan satu kali putaran pedang yang mengandung tenaga dalam menanting jurus Badai Pedang. 

Kegagalan serangan pertama membuat tiga orang pengeroyok turun bergabung menambah kekuatan serangan. Terpaksa Balung Pati melesat tinggi ke udara sambil menebar cahaya pedang yang kekuatan dan ketajamannya tidak kalah dengan mata pedang panjangnya yang asli.

"Singg... singgg... wuutt...!"

"Aaaa... ooooh!"

Enam pengeroyoknya sangat terkejut melihat apa yang dilakukannya. Mereka sebenarnya sudah paham dengan lawan yang dihadapi. Tamtama muda yang terkenal sakti, ternyata bukan hanya isapan jempol saja kehebatannya karena terbukti, sekarang mereka merasakan kehebatannya.

Sedangkan tamtama muda andalan kerajaan Jonggring Saloka, Balung Pati ini sekali pun tidak pernah bermimpi mengalami nasib buruk seperti ini. Tanpa sebab dikeroyok oleh sepuluh pengeroyok bertopeng dengan senjata pedang di tangan.

Dua kali gebrakan ternyata membuat dua pihak saling waspada dan lebih berhati-hati.

Keringat membasahi seluruh tubuh Balung Pati, membuat pakaian yang dikenakannya lengket ke tubuhnya yang tinggi kekar. Rambut hitam panjangnya terurai terbang mengikuti gerakan trengginas dari gerak sebat sepasang kaki dan sepasang tangannya. Dahinya yang lebar berkerut berusaha mengingat sepuluh orang bertopeng hitam yang kini sedang mengeroyoknya. 

Alis matanya melengkung seperti golok terbang menaungi sepasang matanya yang tajam seperti mata elangnya mengikuti pergerakan pengeroyoknya dengan seksama. Hidungnya mancung dengan kumis tipis indah yang menambah kesan jantan dan laki sekali. Sepasang bibirnya terkatup rapat, serapat genggaman tangan kanannya. Pedang panjang berkilau tertimpa sinar mentari siang itu, berkerkeredepan menyilaukan mata para pengeroyoknya ketika Balung Pati memutar arah gerakan pedangnya.

"Siapa kalian? Huuhhs... Mengapa, berlaku tidak ksatria mengeroyokku?"

Balung Pati, berteriak bertanya kemudian mendengus geram.

Mata elangnya terus mengikuti gerakan pengeroyoknya dengan waspada meski dengan hati was-was karena ia mengkhawatirkan Raka Nyali yang meringkuk tidur di dalam kereta.

Ia sangat paham. Pasti mereka sudah tahu apa yang dilakukannya sehingga mereka bisa berada di Bukit Angsa Biru mengeroyoknya. Itulah membuatnya khawatir karena perjalanannya kali ini, ia tidak pergi sendiri melainkan ia melakukan perjalanan kembali ke ibukota bersama istrinya Wulan Sari dan Raka Nyali yang ada di dalam kereta.

Ia sedikit bisa bernafas lega, meski ia tahu pengeroyoknya adalah orang-orang yang licik dan curang. Akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya, tapi kali ini mereka kelihatannya terlalu percaya diri bisa mengalahkan Balung Pati sehingga tidak perlu menyandera anaknya yang mereka tahu berada di dalam kereta. Atau... mungkin hanya menunggu waktu saja. Jika Balung Pati tidak bisa ditaklukkan maka langkah licik itu akan diambil mereka. Menyandera anaknya dan mereka tidak tahu bahwa istri Balung Pati, Wulan Sari mempunyai kesaktian yang lebih tinggi.

Berpikir seperti itu, Balung Pati mengambil inisiatif menyerang lebih cepat sehingga perhitungan buruknya tidak perlu terjadi.

"Hiaaaa.... Singgg!"

Sekali lagi, mereka bergerak cepat tanpa berbicara sedikit pun, hanya si kurus tinggi sang pimpinan memberikan isyarat melakukan pengepungan lebih ketat.

Pakaian merah tua Balung Pati sangat kontras dengan bayangan putih keperakan dari sinar gerakan pedang panjangnya.

Bayangan berwarna merah putih bergerak lincah seperti kincir angin menyerbu ke arah delapan penjuru angin, di mana ke sembilan pengeroyoknya kini, menutup setiap celah untuk meloloskan diri

"Hiaaaa... trang... trangg...!"

Beradunya pedang menerbitkan cahaya letikan dan bunga api yang mengurung Balung Pati di dalam tarian maut yang mengincar selembar nyawanya.

Siapakah kesepuluh pengeroyok bertopeng itu?

Siapakah yang orang yang berada di balik pengeroyokan maut di Bukit Angsa Biru?

Dan mampukah Balung Pati, menyelamatkan diri dan keluarganya atau ia terpaksa harus mati penasaran?

Bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun