Mohon tunggu...
Jagat Alit
Jagat Alit Mohon Tunggu... Novelis - Konten Kreator

Mantan Super Hero. Sekarang, Pangsiun. Semoga Berkah Amin

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Randu Nyali

29 Juli 2022   15:01 Diperbarui: 29 Juli 2022   15:07 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

"Aaaa... ooooh!"

Enam pengeroyoknya sangat terkejut melihat apa yang dilakukannya. Mereka sebenarnya sudah paham dengan lawan yang dihadapi. Tamtama muda yang terkenal sakti, ternyata bukan hanya isapan jempol saja kehebatannya karena terbukti, sekarang mereka merasakan kehebatannya.

Sedangkan tamtama muda andalan kerajaan Jonggring Saloka, Balung Pati ini sekali pun tidak pernah bermimpi mengalami nasib buruk seperti ini. Tanpa sebab dikeroyok oleh sepuluh pengeroyok bertopeng dengan senjata pedang di tangan.

Dua kali gebrakan ternyata membuat dua pihak saling waspada dan lebih berhati-hati.

Keringat membasahi seluruh tubuh Balung Pati, membuat pakaian yang dikenakannya lengket ke tubuhnya yang tinggi kekar. Rambut hitam panjangnya terurai terbang mengikuti gerakan trengginas dari gerak sebat sepasang kaki dan sepasang tangannya. Dahinya yang lebar berkerut berusaha mengingat sepuluh orang bertopeng hitam yang kini sedang mengeroyoknya. 

Alis matanya melengkung seperti golok terbang menaungi sepasang matanya yang tajam seperti mata elangnya mengikuti pergerakan pengeroyoknya dengan seksama. Hidungnya mancung dengan kumis tipis indah yang menambah kesan jantan dan laki sekali. Sepasang bibirnya terkatup rapat, serapat genggaman tangan kanannya. Pedang panjang berkilau tertimpa sinar mentari siang itu, berkerkeredepan menyilaukan mata para pengeroyoknya ketika Balung Pati memutar arah gerakan pedangnya.

"Siapa kalian? Huuhhs... Mengapa, berlaku tidak ksatria mengeroyokku?"

Balung Pati, berteriak bertanya kemudian mendengus geram.

Mata elangnya terus mengikuti gerakan pengeroyoknya dengan waspada meski dengan hati was-was karena ia mengkhawatirkan Raka Nyali yang meringkuk tidur di dalam kereta.

Ia sangat paham. Pasti mereka sudah tahu apa yang dilakukannya sehingga mereka bisa berada di Bukit Angsa Biru mengeroyoknya. Itulah membuatnya khawatir karena perjalanannya kali ini, ia tidak pergi sendiri melainkan ia melakukan perjalanan kembali ke ibukota bersama istrinya Wulan Sari dan Raka Nyali yang ada di dalam kereta.

Ia sedikit bisa bernafas lega, meski ia tahu pengeroyoknya adalah orang-orang yang licik dan curang. Akan melakukan apa saja untuk mencapai tujuannya, tapi kali ini mereka kelihatannya terlalu percaya diri bisa mengalahkan Balung Pati sehingga tidak perlu menyandera anaknya yang mereka tahu berada di dalam kereta. Atau... mungkin hanya menunggu waktu saja. Jika Balung Pati tidak bisa ditaklukkan maka langkah licik itu akan diambil mereka. Menyandera anaknya dan mereka tidak tahu bahwa istri Balung Pati, Wulan Sari mempunyai kesaktian yang lebih tinggi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun